Pembawa Baki Paskibraka 2019 Meninggal Misterius? Paru-paru Rusak, Keluar Cairan Berwana Hijau Pekat
Seorang siswi yang dikenal sebagaia pembawa baki Paskibraka asal Bali, Desak Putu Tiara (17) meninggal dunia, Kamis (7/11/2019).
Hingga pihak medis, sebut Dewa Sadnyana yang juga merupakan salah satu anggota Pol Air Polres Buleleng terpaksa menyuntikan obat penenang.
Selang beberapa menit kemudian, sebut Dewa Sadnyana, Tiara semakin drop, dan langsung tak sadarkan diri (koma).
"Sudah dilakukan pengecekan darah dan lendir. Hasilnya negatif. Sampai sempat di tes HIV, hasilnya juga negatif.
Dokter juga bingung Tiara itu sakit apa dan obat apa yang harus diberikan. Jadi selama di ICU dia hanya diberikan cairan infus, cairan makanan dan oksigen," ucap Sadnyana lirih.
Bahkan sebut Sadnyana, sempat keluar cairan berwana hijau pekat dari dalam hidung korban sebanyak setengah botol.
Malangnya, menurut dokter kata Sadnyana, cairan itu menandakan jika paru-paru dan jantung milik Tiara telah rusak.
Pun bagian lambungnya dinyatakan telah bocor.
Setelah lima hari berjuang melawan sakit, Tiara akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Rabu (6/11/2019) sekira pukul 16.55 wita.
Kini penyebab kematian Tiara masih misterius.
Pihak dokter sebut Sadnyana telah mengambil sampel darah milik Tiara, untuk dilakukan penelitian di Universitas Udayana Denpasar.
Rencananya, jenazah Tiara akan di kremasi di Setra Kelurahan Penarukan, pada Rabu (13/11/2019) mendatang.
"Kami juga sudah mencoba nanya ke balian, ya katanya di santet orang. Namun hal seperti itu kan tidak bisa dibuktikan," katanya.
Main Basket dan Futsal
Desak Tiara lahir di Sumbawa, NTB pada tanggal 18 Sepember 2002. Ia tinggal di Sumbawa bersama ayah dan ibunya sejak hingga tamat Sekolah Dasar.
Ayahnya merupakan salah satu angota Sat Pol Air Polres Sumbawa. Memasuki bangku SMP, Tiara meminta kepada orangtuanya untuk bersekolah di Buleleng saja, bersama bibiknya.
Keinginan Tiara itu lantas dipenuhi oleh kedua orangtuanya. "Dari kecil dia memang kepingin sekolah di Buleleng," ujar ayahnya.
"Meski berjauhan, dia setiap hari menghubungi saya. Selalu saya selipkan pesan agar dia menjadi anak yang rajin, jangan nakal," kenang ayahnya, Dewa Gede Sugiarta.
Sebelum meninggal atau sekitar dua minggu yang lalu, Sugiarta sempat pulang ke Buleleng untuk bertemu dengan anak semata wayangnya itu.