Prostitusi Berkedok Warkop di Labuaja? Warga Lakukan ini ke DPRD Maros
Kedatangan Syamsul ke DPRD Maros, pasca dirinya mengungkap dugaan aktivitas prostitusi di desanya.
Penulis: Amiruddin | Editor: Ansar
TRIBUN-MAROS.COM, CENRANA - Warga Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana, Syamsul Basri, mendatangi kantor DPRD Maros, Selasa (5/11/2019).
Kedatangan Syamsul ke DPRD Maros, pasca dirinya mengungkap dugaan aktivitas prostitusi di desanya.
Syamsul mengunggah dugaan prostitusi tersebut, melalui media sosial Facebook miliknya bernama Rios.
Dalam postingannya, Syamsul menduga Warkop Whanda yang terletak di Dusun Nahung, Jl Poros Maros-Bone itu juga terdapat aktivitas prostitusi.
• Disebut Pilih Kasih saat Operasi Zebra, Kasat Lantas Polres Tator Bilang Begini
• Kapan Stok BBM Normal Kembali? Simak Penjelasan Pertamina
• VIDEO: Pemeringkatan Hasil Monev Keterbukaan Informasi Pemprov Sulsel akan Digelar
Postingan tersebut pun viral, dan ramai dikomentari warganet.
Anehnya, Syamsul justru merasa terpojok pasca unggahannya itu viral.
Dia mendapat surat panggilan dari kepala desanya. Ingin dihadap-hadapkan dengan pemilik warung.
"Harusnya kan pemerintah fokus investigasi itu warung. Apalagi sudah jadi bahan pembicaraan di masyarakat," ujar Syamsul, dalam keterangan pers kepada tribun-maros.com, Selasa (5/11/2019).
Syamsul pun merasa terintimidasi dengan pernyataan beberapa oknum, termasuk ASN, di media sosial.
"Makanya saya tidak hadiri panggilan itu. Tak elok rasanya datang jika sudah ada ciri-ciri keberpihakan," imbuhnya.
• Disebut Pilih Kasih saat Operasi Zebra, Kasat Lantas Polres Tator Bilang Begini
• Kapan Stok BBM Normal Kembali? Simak Penjelasan Pertamina
• VIDEO: Pemeringkatan Hasil Monev Keterbukaan Informasi Pemprov Sulsel akan Digelar
Syamsul memilih ke kota Maros, untuk meminta perlindungan hukum di aparat Polres Maros.
Jelang sore, dia mendatangi kantor DPRD Maros. Dia diterima Ketua Komisi I, Haeriah Rahman dan Wakil Ketua DPRD Maros, Fatmawati.
Syamsul diberi semangat dan dijanjikan bahwa aduannya akan segera diproses.
"Kita juga siap fasilitasi jika memang dibutuhkan perlindungan saksi dan korban," tutur Haeriah.
Syamsul pun mengaku siap buka-bukaan jika forumnya transparan dan terbuka, seperti di gedung dewan.
"Niat kami baik. Tidak ingin kampung jadi sarang maksiat. Kok seperti dapat perlawanan dari pemerintah desa sendiri. Tetapi tak apa, mungkin ini jalan perjuangan saya," ujarnya.
Terpisah, Kepala Desa Labuaja, Asdar, mengatakan sebelum pendirian warung, pemiliknya sempat meminta izin.
Pemilik warung mengaku, ia hendak menjual kopi dan makanan di tempatnya itu.
"Setelah meminta izin, saya suruh buat pernyataan, jika yang dijual hanya kopi dan makanan saja. Itu lengkap dokumentasinya pak," kata Asdar, kepada tribun-maros.com.
Asdar menambahkan, selama ini kata dia, tidak ada laporan ataupun keluhan warga kepada Pemerintah Desa Labuaja.
"Apa yang mau saya tindak, kalau tidak ada laporan. Kalau terbukti melakukan seperti yang ditulis warga di Facebook, itu hari pun saya tutup," ujarnya.
• Disebut Pilih Kasih saat Operasi Zebra, Kasat Lantas Polres Tator Bilang Begini
• Kapan Stok BBM Normal Kembali? Simak Penjelasan Pertamina
• VIDEO: Pemeringkatan Hasil Monev Keterbukaan Informasi Pemprov Sulsel akan Digelar
Makanya kata dia, pihaknya telah memanggil warga yang mengunggah hal itu di Facebook.
Termasuk pemilik warung, yang diduga ada aktivitas prostitusi.
"Tadi kami telah panggil warga yang mengunggah hal tersebut di Facebook. Tetapi dia malah tidak hadir, padahal sudah disurati, dan dipanggil langsung," ujarnya.
Usai pertemuan digelar di kantor desa, unsur Forkopimcam Cenrana dan Pemerintah Desa Labuaja juga mendatangi langsung warkop yang dimaksud.
Laporan Wartawan Tribun Timur, @amir_eksepsi
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur