Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

SAR Baru Temukan Ceceran Celana Baju Pendaki Fikri & Jumadi di Gunung Dempo, Hilang 12 Hari Lalu

Tim SAR Baru Temukan Ceceran Celana Baju pendaki Fikri Sahdilah & Jumadi di Gunung Dempo, Hilang Sejak 12 Hari Lalu

Editor: Waode Nurmin
(KOMPAS.com/AJI YK PUTRA)
Misteri Hilangnya 2 pendaki Fikri Sahdilah dan Jumadi di Gunung Dempo, Tim SAR Hanya Temukan Celana dan Kalung Korban 

Tim SAR Baru Temukan Ceceran Celana Baju Pendaki Fikri Sahdilah & Jumadi di Gunung Dempo, Hilang Sejak 12 Hari Lalu

TRIBUN-TIMUR.COM - Dua pendaki asal Jambi, M Fikri Sahdilah (19) dan Jumadi (26) yang melakukan pendakian di Gunung Dempo, Sumatera Selatan, belum juga ditemukan sejak mendaki Selasa 15 Oktober lalu.

Pencarian resmi dilakukan 21 Oktober setelah ada laporan langsung dari keluarga korban dalam hal ini ibu Fikri Sahdilah, Hasnah.

Di hari kedua pencarian, tim gabungan sempat menemukan beberapa barang milik korban yang berceceran di jalur pendakian.

Namun hingga 31 Oktober kemarin, tim belum juga menemukan kedua korban.

Ini kemudian Tim SAR gabungan memutuskan untuk menghentikan operasi pencarian.

Sementara itu Koordinator Tim Wanadri, Fandi alias Otek menegaskan pihaknya akan terus melakukan pencarian terhadap kedua pendaki yang hilang sampai enam hari kedepan.

"Kami dari tim Wanadri memutuskan untuk meneruskan pencarian korban sampai enam hari kedepan. Kami akan terus memaksimalkan pencarian sampai batas waktu tersebut," tegasnya kepada sripoku.com, Kamis (31/10/2019).

Misteri Hilangnya 2 pendaki Fikri Sahdilah dan Jumadi di Gunung Dempo, Tim SAR Hanya Temukan Celana dan Kalung Korban
Misteri Hilangnya 2 pendaki Fikri Sahdilah dan Jumadi di Gunung Dempo, Tim SAR Hanya Temukan Celana dan Kalung Korban (IST)

Kronologi awal pencarian korban

 Fikri Sahdilah (19) dan Jumadi (26) yang merupakan kakak iparnya berangkat dari Bungo, Jambi, untuk melakukan pendakian ke Gunung Dempo, Sumatera Selatan, Senin 14 Oktober.

Keduanya tiba di kaki gunung Selasa 15 Oktober 2019.

Dengan perencanaan baru akan mendaki besoknya.

Tiga hari kemudian, kabar keduanya belum juga ada.

Istri Jumadi, kemudian menyampaikan kepada ibunya (ibu Fikri juga), bahwa sudah tiga hari handphone suaminya belum aktif.

"Biasanya kan kalau anak saya itu pergi naik gunung tiga hari baru balik. Jadi anak saya istri Jumadi tanya ke saya kok belum aktif Hp nya," ujar Hasnah ibu Fikri dilansir dari YouTube Dempo Zone, Jumat (1/11/2019).

Pencarian resmi dilakukan pada 21 Oktober.

Di hari kedua tim SAR gabungan menemukan ceceran barang yang diduga milik kedua korban.

"Tim SAR Gabungan pukul 12.00 WIB berhasil menemukan ceceran korban, berupa pakaian dan sandal yang dikenakan salah satu korban di pelataran Gunung Dempo Pagaralam," kata Humas Basarnas Palembang, Taufan Tornado, melalui keterangan tertulis, Rabu (23/10/2019) lalu.

Berbekal ceceran yang ditemukan, Tim SAR Gabungan yang dibagi menjadi tiga regu, melanjutkan penyisiran.

"Regu I dan Regu II Tim SAR Gabungan, menyisir turun menuju Posko Rimau sekaligus menyerahkan temuan ceceran korban kepada tim yang berada di posko Rimau.

Sedangkan Regu III Team SAR Gabungan bergerak pada pukul 14.00 WIB menyisir dari titik awal pendakian Tugu Rimau tetap dengan teknik pencarian ESAR menuju Pelataran Gunung Dempo Pagaralam," jelas Taufan Tornado.

Menutup hari ketujuh pencarian, dua pendaki asal Muara Bungo yang diduga hilang di Gunung Dempo belum juga ditemukan.

Humas Basarnas Palembang, Taufan Tornado mengatakan, pencarian korban atas nama M Fikri Sahdilah (19) dan Jumadi (26) akan diperpanjang tiga hari ke depan.

"Sudah sepekan tim SAR gabungan melakukan pencarian terhadap M Fikri Sahdilah (19) dan Jumadi (26), namun belum berhasil menemukan kedua korban tersebut.

Walau begitu, Tim SAR gabungan Tidak Patah semangat dan tetap melakukan pencarian dengan menurunkan seluruh kemampuan, peralatan dan personel yang ada," katanya melalui keterangan tertulis, Senin (28/10/2019) malam.

Taufan mengatakan, dari keterangan Kepala Basarnas Palembang melalui Kasi Operasinya, Benteng Telau, yang juga bertindak sebagai SMC (SAR Mision Coordinator) dalam operasi SAR, sesuai SOP Basarnas, operasi SAR dilakukan selama tujuh hari.

Tim Basarnas dan tim gabungan melakukan pencarian pendaki asal Jambi yang hilang di Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan.
Tim Basarnas dan tim gabungan melakukan pencarian pendaki asal Jambi yang hilang di Gunung Dempo, Pagaralam, Sumatera Selatan. (Humas Basarnas Palembang)

Namun dikarenakan dihari ketujuh tim belum menemukan korban, berdasarkan hasil musyawarah bersama seluruh unsur Potensi SAR yang telibat, operasi SAR diperpanjang hingga tiga hari ke depan.

"Selama tujuh hari ini tim telah berhasil menemukan ceceran baru, seperti jaket, botol air minum, dan bungkus plastik susu yang diduga milik korban," terangnya.

Dari keterangan Benteng yang disampaikannya, dalam pencarian hari ketujuh ini, tim SAR gabungan dibagi menjadi 2 tim.

Pencarian tim I menggunakan tracking mode dengan penyapuan difokuskan di hulu Sungai Batu Gajah.

Sedangkan tim II menggunakan penyapuan tipe III paralel swift, membuat barisan satu bersaf jarak 2 meter, dengan penyapuan di pelataran Gunung Dempo.

Lebih lanjut, berdasarkan keterangan Koordinator Pos SAR Pagaralam selaku OSC (On Scene Coordiantor) yang merupakan Staf dari SMC melalui komandan timnya, RM Gatta Pramana mengungkapkan, kendala di lapangan adalah vegetasi hutan yang lebat, cuaca yang tidak menentu, hingga badai.

"Sehingga tim di lapangan terpaksa menghentikan sementara proses pencarian karena berbahaya untuk tim," lanjutnya.

Dijelaskannya, proses pencarian tetap dilaksanakan sesuai rencana operasi. Namun karena hujan badai di sekitar puncak, pencarian dihentikan sementara.

"Proses pencarian tetap dilaksanakan sesuai rencana operasi. Namun karena hujan badai di atas, sementara kita hentikan untuk keselamatan tim, dan akan di lanjutkan jika cuaca sudah membaik," ujar Gatta melalui keterangan tertulis yang disampaikan Taufan.

Perlu disampaikan, dua pendaki asal Muara Bungo diduga hilang setelah putus kontak sejak sekitar dua minggu yang lalu.

Pendaki asal Muara Bungo ini berangkat ke kota Pagaralam pada Minggu (13/10/2019) lalu dan berencana mendaki gunung setinggi 3159 mdpl itu.

Dari keterangan keluarga korban, mereka terakhir kali mendapat kabar dari korban pada Selasa (15/10/2019).

Kabar terakhir yang diperoleh dari keluarga korban, keduanya saat itu tengah berada di lereng Gunung Dempo, sebelum naik ke puncak.

Hingga kini, tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, pencinta alam, dan masyarakat sekitar masih melakukan pencarian.

Pamit Naik Gunung di Hari Ulang Tahun

Pendaki asal Muara Bungo ini berangkat ke kota Pagaralam pada Senin (14/10/2019).

Mereka berencana mendaki gunung setinggi 3.159 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.

Dari keterangan ibu Fikri, Hasnah, anaknya itu terakhir mengabarkan jika sudah sampai di kaki Gunung Dempo pada Selasa 15 Oktober.

"Mama, abang sudah di kaki gunung, itu Selasa 15 Oktober. ini WA nya dia terakhir. Besok mulai mendaki. saya balas pos pendakian mana dia tidak balas lagi. Terakhir WA nya pukul 18.10 WIB," ujar Hasnah

Hasnah menceritakan jika anaknya itu baru lulus SMA tahun ini.

Fikri sempat mendaftar kepolisian namun gagal. Dia lalu diminta ibunya untuk kuliah saja tapi tidak mau.

Saat itu juga rupanya Fikri berulang tahun pada 14 Oktober.

Sebagai hadiah ulang tahun, rupanya Fikri tidak meminta kado.

"Mak abang mau ulang tahun gak minta kado, abang cuman mau minta uang ke Dempo," lanjut Hasnah

Fikri juga sempat meminta ibunya membelikan dia celana untuk di pakai mendaki gunung.

14 Oktober Fikri dan kakak iparnya Jumadi berangkat.

"Senin pagi dia pamit. Turun ke bawah cium saja, peluk saya. Mak abang pergi yah. Pergi seperti biasa, pergi sama kakak iparnya Jumadi. Tidak ada firasat sama sekali," katanya.

Setelah tiga hari belum juga ada kabar, keluarga kemudian mencari info kepada seseorang bernama Yoga.

Dari keterangan Yoga jika tak ada nama Fikri dan Jumadi di buku registrasi pendakian Gunung Dempo.

Tanggal 21 Oktober keluarga akhirnya menuju pos pendakian Gunung Dempo untuk melaporkan kehilangan.

"ada memang ketemu barang-barang, iya benar itu barang anak saya. Bajunya anak saya, celana punya anak saya, pakaian dalam punya anak saya, cuman sepatu punya abang iparnya. Hafal saya karena saya yang belikan. Pengennya anaknya pulang dengan selamat. Terima kasih yang sangat besar dengan Tim SAR

M Fikri Sahdila (17) dan Jumadi (26) warga Muara Bungo dikabarkan hilang kontak saat mendaki Gunung Dempo,
M Fikri Sahdila (17) dan Jumadi (26) warga Muara Bungo dikabarkan hilang kontak saat mendaki Gunung Dempo, (ISTIMEWA)

Kalung Korban Ditemukan di Bibir Kawah Gunung Dempo

Kalung Jumadi, satu dari dua pendaki asal Jambi, ditemukan di bibir Kawah GAD.

 

.

Namun sosok pendaki yang sedang dalam pencarian belum juga ditemukan.

Meskipun tim SAR gabungan telah menemukan banyak petunjuk dengan temuan barang milik Jumadi salah satu pendaki yang hilang tersebut, namun sampai hari ke sepuluh ini keberadaan keduanya belum juga diketemukan.

Informasi yang dihimpun sripoku.com, Kamis (31/10/2019) menyebutkan, setelah tim menemukan Tracking Pole milik Jumadi pada hari ke delapan pencarian, kemarin Rabu (30/10/2019) hari kesembilan tim kembali menemukan barang milik Jumadi yaitu kalung.

Misteri Hilangnya pendaki Fikri Sahdilah & Jumadi di Gunung Dempo, Tim SAR Hanya Temukan Celana & Kalung Korban
Misteri Hilangnya pendaki Fikri Sahdilah & Jumadi di Gunung Dempo, Tim SAR Hanya Temukan Celana & Kalung Korban (ist)

Koordinator Tim Wanadri, Fandi alias Otek mengatakan, bahwa tim juga menemukan kalung besi warna kuning dengan liontin tulang tidak jauh dari lokasi penemuan Tracking Pole kemarin.

"Kalung yang kita temukan itu berdasarkan keterangan keluarga Jumadi itu milik Jumadi. Kalung ini kita temukan tergeletak disisi Timur Kawah Gunung Api Dempo," ujarnya.

Anehnya kalung yang ditemukan dalam kondisi baik atau tidak putus. Kemungkinan kelung tersebut sengaja dilepas karena memang ada larangan dikawasan itu tidak boleh memakai kalung.

Berbekal temuan tersebut, hari ini tim akan dibagi menjadi dua untuk langsung memantau kawasan kawah GAD baik dari sebelah Selatan dan Utara.

"Harapan kita jika keduanya berada dilereng kawah akan tampak jika tim memantau dari dua sisi itu," katanya.

Tim SAR tetap melakukan pencarian dikawasan Pelataran dengan menempatkan satu tim dikawasan tetsebut. Bahkan hari ini ada penambahan tim dari Pagaralam dan Jambi untuk melakukan pencarian.

"Penambahan tim hari ini dari Pagaralam dan Jambi. Kita berharap dengan banyaknya tim yang turun semua sudut yang ada bisa disisir dan harapan kita keduanya bisa ditemukan," harapnya.

Akses ke Lokasi Gunung Dempo

Dikutip dari travelingyuk.com,  Gunung Dempo berada sekitar 310 km di sebelah barat Palembang, tepatnya di Desa Dempio Makmur, Kecamatan Pagar Alam, Kota Pagar Alam.

Akses menuju tempat ini bisa menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum, dengan waktu tempuh 6-7 jam.

Berikutnya dari Terminal Pagar Alam tinggal berjalan kaki sekitar 15 menit untuk menuju kaki gunung, dengan tempat perhentian di Kebun Teh PTPN. 

Jalur Pendakian

Kebun Teh PTPN buka merupakan titik awal pendakian. Pendaki masih harus berjalan ke Kampung IV. Perjalanan akan memakan waktu sekitar 30 menit dengan menumpang truk pabrik yang hendak menuju kebun. Ongkosnya sekitar Rp20.000 per orang.

Sepanjang perjalanan kita akan disuguhi hamparan perkebunan teh milik PTPN.

Panorama Gunung Dempo juga akan terlihat jelas. Di sini udara dingin akan mulai terasa menusuk kulit.

Kampung IV sendiri merupakan perkampungan kecil yang jauh dari pemukiman lain. Di sini Teman Traveler bisa mengurus perizinan sebelum memulai pendakian. Jika tak terburu-buru, sebaiknya kalian menginap semalam di sini untuk menyesuaikan tubuh dengan cuaca sekitar.

Pendakian dari pintu rimba hingga ke puncak memakan waktu delapan jam. Jalurnya lumayan menantang, dengan vegetasi rapat. Jika Teman Traveler menyukai trekking, Dempo akan jadi destinasi pas. Selain konturnya variatif, suasana sekitarnya masih terkesan alami dan asri.

Selama pendakian, jangan heran jika berpapasan dengan segerombolan pelajar.

Pasalnya gunung ini kerap dijadikan sebagai arena trekking pelajar setempat.

Namun yang sangat penting diperhatikan adalah perlengkapan dan kondisi fisik. Sebab pendakian akan lumayan menguras energi, ditambah cuaca ekstra dingin yang bisa membuat tubuh menggigil.    


Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved