Bupati Luwu Utara: Pesantren Merupakan Laboratorium Perdamaian
Demikian disampaikan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani dihadapan ratusan santri saat menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Santri ke-4
Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNLUTRA.COM, MASAMBA - Pesantren merupakan laboratorium perdamaian, tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlilalamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama.
Demikian disampaikan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani dihadapan ratusan santri saat menjadi inspektur upacara pada peringatan Hari Santri ke-4 di Pondok Pesantren Al-Falah, Kecamatan Bone-bone, Selasa (22/10/2019).
BREAKING NEWS : Pintu Gerbang Stadion Mattoanging Digembok
Gubernur Sulsel Ganti Formasi Baru Pemprov Sulsel Diakhir 2019 Karena ini
Polres Luwu Utara Ciduk Empat Orang Pengguna Sabu, Satu Diantaranya ASN
Jelang Ultah ke-51, PT Semen Tonasa Beri Pengobatan Gratis Bagi Warga Sekitar Pabrik
Untungnya Prabowo Jadi Menteri Jokowi, Manuver Menuju Pilpres 2024 Agar Tak Kalah dari AHY & Puan
Menurut Indah, setidaknya ada beberapa alasan mengapa pesantren disebut laboratorium perdamaian.
Seperti santri yang menjunjung tinggi kesadaran harmoni beragama dan berbangsa, pesantren punya metode mengkaji dan mengaji.
Santri biasa diajarkan untuk khidmah, pesantren punya pendidikan kemandirian, kerjasama dan saling membantu di kalangan santri, pesantren punya gerakan kesenian dan sastra.

Di pesantren juga tempat lahirnya beragam kelompok diskusi, pesantren merawat khazanah kearifan lokal serta para santri yang punya prinsip maslahat.
"Pada peringatan Hari Santri tahun 2019 ini, terasa istimewa dengan hadirnya UU Nomor 18 tahun 2019 tentang pesantren. Dengan UU tentang pesantren ini memastikan bahwa pesantren tidak hanya mengembangkan fungsi pendidikan, tetapi juga mengembangkan fungsi dakwah dan fungsi pemberdayaan masyarakat," terang Indah.
Ia menekankan, santri berasal dari bahasa sanskerta yang artinya membaca atau melek huruf.
Maka dari itu santri harus rajin membaca, membaca setiap buku yang tersedia di perpustakaan ponpes.
"Pendidikan itu harus berlangsung sepanjang hidup. Banyak kebiasaan baik yang didapat dari pondok, jangan sampai kebiasaan itu hilang setelah keluar dari pondok, tapi harus sebaliknya, sebarkan kebiasaan baik itu," tutur Indah. (*)
Laporan Wartawan TribunLutra.com, @chalik_mawardi_sp