Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pertemuan Lagi, KPU dan Bawaslu Tetap Kompak Tolak Tanda Tangani NPHD Pilkada Pangkep Rp 20 Miliar

Hari ini, Jumat (18/10/2019) KPU Pangkep dan Bawaslu duduk bersama lagi dengan Pemkab Pangkep dan dengan Ketua Tim Anggaran Daerah yang juga Plt Sekda

Penulis: Munjiyah Dirga Ghazali | Editor: Syamsul Bahri
Munjiyah/Tribun Pangkep
Ketua KPU Pangkep, Burhan (kiri membaca selebaran) dan Ketua Bawaslu Pangkep, Samsir Salam saat berbicara di pertemuan pembahasan NPHD Pilkada Pangkep 2020 di Ruang Wakil Bupati Pangkep, Kantor Bupati Pangkep, Jumat (18/10/2019). 

TRIBUNPANGKEP.COM, PANGKAJENE-- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pangkep dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pangkep tetap menolak menandatangani Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) Pilkada Pangkep 2020.

Hari ini, Jumat (18/10/2019) KPU Pangkep dan Bawaslu duduk bersama lagi dengan Pemkab Pangkep dan dengan Ketua Tim Anggaran Daerah yang juga Plt Sekda Pangkep, Hj Jumliati.

Warga Pinrang Diwajibkan Pakai Helm saat ke Masjid, ini Alasannya

Baru 5 Tahun Berdiri, SD Telkom Makassar sudah Berakreditasi A

VIDEO: Begini Keseruan Mattojang di Pesta Adat Mattoana Wanua di Paccekke Barru Hingga Menegangkan

Gelar Pasukan, Bagaimana Kesiapan Personel Polres Jeneponto untuk Pengaman Pelantikan Presiden?

30 KK di Kampung Bohe Pangkep Belum Pernah Tersentuh Bantuan

Mereka berdiskusi, cukup alot dan tidak ada titik temu.

Masing-masing bertahan dengan angka yang sama. KPU Pangkep masih di angka Rp 34 miliar sebelum honor adhoc dinaikkan, tetapi jika pusat menaikkan honor adhoc mereka meminta Rp 47 miliar.

Sementara itu, Bawaslu Pangkep masih di angka yang sama Rp 14 miliar dan belum juga menerima jumlah Rp 6 miliar sesuai dana anggaran Pilkada yang disiapkan Pemkab Pangkep.

Ketiga lembaga ini saling bertahan, hingga akhirnya belum juga ada titik temu padahal Bupati Pangkep, Syamsuddin A Hamid sudah menandatangani NPHD tersebut sejak 3 hari yang lalu.

Pantauan TribunPangkep.com, Ketua KPU Pangkep, Burhan langsung keluar dari rapat di Ruang Wakil Bupati Pangkep, Kantor Bupati Pangkep, Jumat (18/10/2019).

Ada map yang digenggamnya dan tidak nampak raut senyum di wajahnya.

Kepada TribunPangkep.com, dia mengaku masih belum menandatangani NPHD Pilkada Pangkep tersebut.

"Kami dan Bawaslu Pangkep tidak ikut tanda tangan, padahal tadi diminta untuk menyepakati dan Rp 20 miliar untuk KPU Pangkep itu tidak mencukupi penyelenggaraan, hingga seluruh tahapan Pilkada. Jadi kami tidak bisa mengikatkan diri dalam NPHD tersebut," ujar Burhan.

Burhan mengaku, tidak ada analisa anggaran dan penjelasan dari Pemkab Pangkep soal anggaran Rp 20 miliar itu.

"Tidak ada penjelasan dari Pemkab Pangkep Rp 20 miliar itu untuk kegiatan apa saja. Kita langsung saja diserahkan Rp 20 miliar dan tidak didasarkan analisa anggaran," ungkapnya.

Ketua KPU Pangkep, Burhan (kiri membaca selebaran) dan Ketua Bawaslu Pangkep, Samsir Salam saat berbicara di pertemuan pembahasan NPHD Pilkada Pangkep 2020 di Ruang Wakil Bupati Pangkep, Kantor Bupati Pangkep, Jumat (18/10/2019).
Ketua KPU Pangkep, Burhan (kiri membaca selebaran) dan Ketua Bawaslu Pangkep, Samsir Salam saat berbicara di pertemuan pembahasan NPHD Pilkada Pangkep 2020 di Ruang Wakil Bupati Pangkep, Kantor Bupati Pangkep, Jumat (18/10/2019). (Munjiyah/Tribun Pangkep)

KPU Pangkep, kata Burhan meminta kepada Pemkab Pangkep menganalisa anggaran tersebut, pada bagian mana permintaan KPU yang tidak relevan, tidak sesuai atau terlalu tinggi. Silahkan tim anggaran menghilangkan, tetapi KPU tidak diberitahu.

Hasil pertemuan tadi, dia akan melaporkan ke pimpinan sekaligus diteruskan ke Kementerian Dalam Negeri.

Ditempat yang sama, Ketua Bawaslu Pangkep, Samsir Salam juga keluar dengan tanpa senyum seperti biasanya.

"Saya dan KPU Pangkep menolak untuk menandatangani NPHD. Yang pasti sikap kami jelas di Bawaslu, kalau cuma Rp 6 miliar tidak akan bisa bekerja secara maksimal," tambahnya.

Samsir mengaku, selanjutnya akan menyerahkan persoalan ini ke Kementerian Dalam Negeri.

"Kita lihat saja apa reaksi Kemendagri soal ini, atau kalau perlu Pilkada ditunda saja," katanya.

Sementara itu, Ketua Tim Anggaran Pemkab Pangkep yang juga Plt Sekda Pangkep, Hj Jumliati membenarkan keduanya masih belum juga menandatangani NPHD.

"Kita akan komunikasikan dengan Kemendagri, tapi kan terbukti pak Bupati sudah mau bertanda tangan, cuma memang mereka ngotot di besarannya," ujarnya.

Ketua KPU Pangkep, Burhan (kiri membaca selebaran) dan Ketua Bawaslu Pangkep, Samsir Salam saat berbicara di pertemuan pembahasan NPHD Pilkada Pangkep 2020 di Ruang Wakil Bupati Pangkep, Kantor Bupati Pangkep, Jumat (18/10/2019).
Ketua KPU Pangkep, Burhan (kiri membaca selebaran) dan Ketua Bawaslu Pangkep, Samsir Salam saat berbicara di pertemuan pembahasan NPHD Pilkada Pangkep 2020 di Ruang Wakil Bupati Pangkep, Kantor Bupati Pangkep, Jumat (18/10/2019). (Munjiyah/Tribun Pangkep)

Langkah selanjutnya, kata Jumliati pihaknya menunggu Bupati Pangkep, Syamsuddin A Hamid.

"Kita tunggu pak Bupati, apakah ada petunjuk lebih lanjut ke Kemendagri, karena pak Bupati itu tidak berani kalau KUA PPAS sudah ditetapkan besarannya dan beliau tidak berani keluar dari situ," pungkasnya.

Ditanya soal Pilkada Pangkep 2020 terancam ditunda, Jumliati mengaku kemungkinan tidak ditunda.

"Jika tidak ada kesepakatan disini, pasti akan diambil alih Kemendagri yang dalam hal ini Menteri Dalam Negeri turun tangan terkait persoalan ini," jelasnya. (*)

Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

(*)

Laporan Wartawan TribunPangkep.com, @munjidirgaghazali.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved