TRIBUN WIKI
Kembali Erupsi, Ini Catatan Erupsi Terbesar Gunung Merapi hingga Renggut Nyawa Mbah Marijan
Gunung Merapi menjadi trending topik Google. Gunung tersebut kembali lagi mengalami erupsi.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Kembali Erupsi, Ini Catatan Erupsi Terbesar yang Pernah Dialami Gunung Merapi sejak Tahun 2006
TRIBUN-TIMUR.COM- Gunung merapi menjadi trending topik Google.
Gunung yang berada dalam wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah tersebut kembali lagi mengalami erupsi.
Bahkan menimbulkan hujan abu yang menyebabkan beberapa kecamatan ikut terkena.
Dilansir dari Tribun Jateng, hujan abu selain terjadi Kecamatan Srumbung dan Dukun, juga terjadi di Kecamatan Salam, Sawangan, Muntilan dan Mungkid, Kabupaten Magelang, Senin (14/10/2019).
Total ada 17 desa di enam kecamatan yang terkena hujan abu.
Dari data BPBD Kabupaten Magelang, ada 17 desa di enam kecamatan yang terkena hujan abu.
Kecamatan Srumbung di Desa Ngargosoko, Mranggen dan Srumbung.
Kecamatan Dukun di Desa Sumber, Talun, Ngargomulyo, Kalibening, Ngadipuro, Mangunsoko dan Dukun.
Kemudian di Kecamatan Salam, Desa Sucen dan Jumoyo.
Kecamatan Sawangan di Desa Sawangan. Kecamatan Muntilan di Desa Tamanagung dan Muntilan.
Kecamatan Mungkid di Desa Bojong dan Pabelan.
"Selain di Srumbung dan Dukun, hujan abu juga terjadi di sejumlah desa di Kecamatan Salam, Sawangan, Muntilan, Mungkid," ujar Kepala BPBD Kabupaten Magelang, Edy Susanto, Senin (14/10/2019).
Kepala Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Yatin, mengatakan, hujan abu terjadi di wilayah Desa Ngargomulyo.
Hujan abu turun tipis. Kondisi paska letusan sendiri masih kondusif.
Warga setempat masih tenang dan beraktivitas seperti biasa.
Terkait letusan, tidak terdengar dentuman. Asap letusan sendiri tidak terlihat dari wilayah Ngargomulyo karena tertutup kabut.
"Tiba-tiba saja (hujan abu itu). Warga masih biasa dan kondisi kondusif. Masyarakat juga tidak panik," kata Yatin.
Untuk diketahui, terjadi awan panas letusan di Gunung Merapi pada tanggal 14 Oktober 2019 pukul 16:31 WIB.
Awan panas terekam di seismogram dengan durasi 270 detik dan amplitudo 75 mm.
Terpantau kolom setinggi maksimum 3.000 m dari puncak.
Angin bertiup ke arah Barat Daya.
Ini tiga momen erupsi terbesar yang pernah di alami gunung merapi dilansir dari beberapa sumber:
1. Erupsi 2006

Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi.
Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi.
Instruksi juga sudah dikeluarkan oleh kedua pemda tersebut agar penduduk yang tinggal di dekat Merapi segera mengungsi ke tempat-tempat yang telah disediakan.
Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus.
Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik - artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi.
Tanggal 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
Tanggal 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09.03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09.40 WIB.
Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.
2. Erupsi 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta.
Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan.
Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober.
Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan.
Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.
Dan menelan korban 43 orang, termasuk sang juru kunci, Mbah Marijan.
Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur.
Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB.
Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November.
Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi.
Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010.
Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak.
Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km).
Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap.
Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.
Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi.
Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).
Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas".
Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.
3. Erupsi 2018

Aktivitas vulkanik kembali ditunjukan gunung ini pada Jumat, 11 Mei 2018, pukul 07.30 WIB.
Meski berstatus normal, Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh disertai asap membumbung tinggi.
Letusan yang memunculkan asap setinggi hingga 5.500 meter ke udara tersebut diketahui merupakan letusan freatik.
Saat terjadi letusan, sebagian pendaki masih berada di areal Pasar Bubrah.
Tak ada laporan pendaki yang meninggal dunia maupun luka-luka.
Kawasan Pasar Bubrah adalah tempat para pendaki Merapi biasa menginap dan memasang tenda.
Hujan abu tipis jatuh di wilayah lereng barat.
Aktivitas Merapi terus meningkat hingga pada tanggal 21 Mei 2018, pukul 23.00 WIB status Merapi dinaikkan dari normal aktif menjadi waspada.
Pada Kamis, 24 Mei 2018 Merapi kembali erupsi dengan memuntahkan asap setinggi 6.000 meter.
Hujan abu mengguyur wilayah barat gunung yaitu Kabupaten Magelang bahkan sampi ke Kabupaten Kebumen yang berjarak lebih dari 40 kilometer.
Gunung Merapi kembali meletus Jumat, 1 Juni 2018 pada pukul 08.20 WIB dengan durasi 2 menit.
Menurut BPPTKG, kolom letusan gunung Merapi sekitar 6.000 meter dari puncak, atau sekitar 8.968 meter di atas permukaan laut arah barat laut dan teramati dari Pos Pengamatan Jrakah.
Letusan tersebut menyebabkan hujan abu di Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah dan Selo.
Bahkan laporan hujan abu hingga ke Salatiga dan Kabupaten Semarang.
Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada atas hujan abu dan selalu mengenakan alat pelindung diri (APD), seperti kacamata, jaket, dan masker saat berada di luar rumah.
4. Erupsi 2019

Gunung Merapi mengalami erupsi dengan memuntahkan awan panas pada pukul 16.31 WIB, Senin (14/10/2019).
Letusan terjadi selama 270 detik dengan ketinggian kolom asap hingga 3000 meter.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan karakter letusan kali ini sama dengan letusan yang terjadi 22 September lalu.
Namun letusan pada Senin kemarin ketinggian kolom asapnya jauh lebih tinggi atau sekitar 3 kali lipat.
"Karakter letusan masih sama, karena ada akumulasi gas. Artinya Gunung Merapi masih hidup. Yang membedakan dengan letusan kemarin hanya tinggi kolomnya saja. Kalau kemarin 800 meter, yang sekarang 3 kilometer atau 3000 meter,"katanya, Senin (14/10/2019) malam.
Akibat erupsi Merapi, beberapa daerah mengalami hujan abu, khususnya daerah yang berada di sisi barat.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Status Gunung Merapi masih Waspada atau level II.
"Arah lontaran ke segala arah,tetapi abu teridentifikasi jarak maksimal 20 km dengan intensitas tipis. Menurut informasi hujan abu terjadi Muntilan, Magelang. Kalau DIY, Kaliurang,"lanjutnya.
"Rekomendasi masyarakat tidak perlu panik, tidak mengikuti kurang tepat, ikuti berita kami. Kami akan berikan informasi kepada masyarakat. Jarak aman masih sama 3km dari puncak,"sambungnya.
Ia memperkirakan letusan serupa masih akan terjadi. Untuk itu masyarakat tidak perlu khawatir.
Penyebab letusan Gunung Merapi

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menjelaskan letusan tersebut terjadi akibat adanya kumpulan gas yang keluar secara tiba-tiba.
"Kejadian ini disebabkan akumulasi gas vulkanik yang terlepas secara tiba-tiba," kata Hanik dalam siaran resminya, Senin (14/10/2019) malam.
Bahkan dari laporan pengamatan yang dilakukan, lanjut Hanik, letusan tersebut terjadi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.
"Tidak teramati peningkatan data pemantauan yang signifikan menjelang kejadian," bebernya.
Gunung Merapi sebelumnya dilaporkan mengeluarkan awan panas letusan pada Senin (14/10/2019) sore.
Tepatnya pada pukul 16.31 WIB.
Letusan terekam seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 270 detik.
Kolom asap letusan membumbung tinggi kurang lebih 3ribu meter dari puncak.
Kendati demikian, BPPTKG masih mempertahankan status di level II atau waspada dan mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap beraktivitas normal.
"Masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa diluar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," tutupnya.
Sosok Fajar Bustomi, Sukses dengan Film Dilan, Kini Sutradarai Film dari Novel Terlaris Mariposa
Sulli Eks f(x) Tak Sendiri, Ini 6 Idol KPop yang Tewas Tragis karena Bunuh Diri, Depresi Jadi Momok
VIDEO: Preview Pertandingan Pekan ke-23 Liga 1 Persija vs Semen Padang
Follow akun instagram Tribun Timur: