Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUN WIKI

Kembali Erupsi, Ini Catatan Erupsi Terbesar Gunung Merapi hingga Renggut Nyawa Mbah Marijan

Gunung Merapi menjadi trending topik Google. Gunung tersebut kembali lagi mengalami erupsi.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Instagram
Kembali Erupsi, Ini Catatan Erupsi Terbesar Gunung Merapi hingga Renggut Nyawa Mbah Marijan 

Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi.

Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010.

Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak.

Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km).

Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap.

Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi.

Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas".

Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

3. Erupsi 2018

Area bekas terdampak erupsi Gunung Merapi, Yogyakarta sangat cocok untuk wisata petualangan.
Area bekas terdampak erupsi Gunung Merapi, Yogyakarta sangat cocok untuk wisata petualangan. (KOMPAS.COM/RONNY ADOLOF BUOL)

Aktivitas vulkanik kembali ditunjukan gunung ini pada Jumat, 11 Mei 2018, pukul 07.30 WIB.

Meski berstatus normal, Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh disertai asap membumbung tinggi.

Letusan yang memunculkan asap setinggi hingga 5.500 meter ke udara tersebut diketahui merupakan letusan freatik.

Saat terjadi letusan, sebagian pendaki masih berada di areal Pasar Bubrah.

Tak ada laporan pendaki yang meninggal dunia maupun luka-luka.

Kawasan Pasar Bubrah adalah tempat para pendaki Merapi biasa menginap dan memasang tenda.

Hujan abu tipis jatuh di wilayah lereng barat.

Aktivitas Merapi terus meningkat hingga pada tanggal 21 Mei 2018, pukul 23.00 WIB status Merapi dinaikkan dari normal aktif menjadi waspada.

Pada Kamis, 24 Mei 2018 Merapi kembali erupsi dengan memuntahkan asap setinggi 6.000 meter.

Hujan abu mengguyur wilayah barat gunung yaitu Kabupaten Magelang bahkan sampi ke Kabupaten Kebumen yang berjarak lebih dari 40 kilometer.

Gunung Merapi kembali meletus Jumat, 1 Juni 2018 pada pukul 08.20 WIB dengan durasi 2 menit.

Menurut BPPTKG, kolom letusan gunung Merapi sekitar 6.000 meter dari puncak, atau sekitar 8.968 meter di atas permukaan laut arah barat laut dan teramati dari Pos Pengamatan Jrakah.

Letusan tersebut menyebabkan hujan abu di Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah dan Selo.

Bahkan laporan hujan abu hingga ke Salatiga dan Kabupaten Semarang.

Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada atas hujan abu dan selalu mengenakan alat pelindung diri (APD), seperti kacamata, jaket, dan masker saat berada di luar rumah.

4. Erupsi 2019

Peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018).
Peserta Family Gathering Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi berkesempatan berkunjung ke Makam Mbah Marijan, Juru Kunci Gunung Merapi di Sleman Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018). (FADHLY)

Gunung Merapi mengalami erupsi dengan memuntahkan awan panas pada pukul 16.31 WIB, Senin (14/10/2019).

Letusan terjadi selama 270 detik dengan ketinggian kolom asap hingga 3000 meter.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan karakter letusan kali ini sama dengan letusan yang terjadi 22 September lalu.

Namun letusan pada Senin kemarin ketinggian kolom asapnya jauh lebih tinggi atau sekitar 3 kali lipat.

"Karakter letusan masih sama, karena ada akumulasi gas. Artinya Gunung Merapi masih hidup. Yang membedakan dengan letusan kemarin hanya tinggi kolomnya saja. Kalau kemarin 800 meter, yang sekarang 3 kilometer atau 3000 meter,"katanya, Senin (14/10/2019) malam.

Akibat erupsi Merapi, beberapa daerah mengalami hujan abu, khususnya daerah yang berada di sisi barat.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Status Gunung Merapi masih Waspada atau level II.

"Arah lontaran ke segala arah,tetapi abu teridentifikasi jarak maksimal 20 km dengan intensitas tipis. Menurut informasi hujan abu terjadi Muntilan, Magelang. Kalau DIY, Kaliurang,"lanjutnya.

"Rekomendasi masyarakat tidak perlu panik, tidak mengikuti kurang tepat, ikuti berita kami. Kami akan berikan informasi kepada masyarakat. Jarak aman masih sama 3km dari puncak,"sambungnya.

Ia memperkirakan letusan serupa masih akan terjadi. Untuk itu masyarakat tidak perlu khawatir.

Penyebab letusan Gunung Merapi

Di Hari Kedua, peserta Family Gathering (Famgat) Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi 2018 berkesempatan mengunjungi kawasan wisata Gunung Merapi di Kabupaten Slemen, Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018).
Di Hari Kedua, peserta Family Gathering (Famgat) Saribattang Pertamina MOR VII Sulawesi 2018 berkesempatan mengunjungi kawasan wisata Gunung Merapi di Kabupaten Slemen, Yogyakarta, Sabtu (11/2/2018). (FADHLY)

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida menjelaskan letusan tersebut terjadi akibat adanya kumpulan gas yang keluar secara tiba-tiba.

"Kejadian ini disebabkan akumulasi gas vulkanik yang terlepas secara tiba-tiba," kata Hanik dalam siaran resminya, Senin (14/10/2019) malam.

Bahkan dari laporan pengamatan yang dilakukan, lanjut Hanik, letusan tersebut terjadi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.

"Tidak teramati peningkatan data pemantauan yang signifikan menjelang kejadian," bebernya.

Gunung Merapi sebelumnya dilaporkan mengeluarkan awan panas letusan pada Senin (14/10/2019) sore.

Tepatnya pada pukul 16.31 WIB.

Letusan terekam seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 270 detik.

Kolom asap letusan membumbung tinggi kurang lebih 3ribu meter dari puncak.

Kendati demikian, BPPTKG masih mempertahankan status di level II atau waspada dan mengimbau agar masyarakat tidak panik dan tetap beraktivitas normal.

"Masyarakat untuk tetap tenang dan beraktivitas seperti biasa diluar radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi," tutupnya.

Sosok Fajar Bustomi, Sukses dengan Film Dilan, Kini Sutradarai Film dari Novel Terlaris Mariposa

Sulli Eks f(x) Tak Sendiri, Ini 6 Idol KPop yang Tewas Tragis karena Bunuh Diri, Depresi Jadi Momok

VIDEO: Preview Pertandingan Pekan ke-23 Liga 1 Persija vs Semen Padang

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:
Sumber: Tribun Jogja
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved