680 Pengungsi Asal Wamena Tiba di Toraja, Terbanyak dari Toraja Utara
Dari 680 pengungsi, 614 merupakan warga dari Kabupaten Toraja Utara, dan 64 merupakan warga Kabupaten Tana Toraja.
Penulis: Desy Arsyad | Editor: Sudirman
TRIBUNTORAJA.COM, RANTEPAO - Sebanyak 680 pengungsi asal Wamena tiba di Toraja, Selasa (25/9/2019).
Dari 680 pengungsi, 614 merupakan warga dari Kabupaten Toraja Utara, dan 64 merupakan warga Kabupaten Tana Toraja.
Ketua Satgas Sangtorayaan Peduli Wamena Novianus L Patanduk, dan Anggota DPRD Sulsel Jhon Rende Mangontan, turut hadir bersama para pengungsi yang tiba dari Makassar.
Jelang Pilwali Makassar, Disdukcapil Terapkan Sistem Jemput Bola Perekaman e-KTP
VIDEO: Foto Sepupu Tersebar di FB, Dewa Pimpin Penyerangan Jukir Depan UIN Alauddin
Reaksi Ustadz Abdul Somad Setelah Kuliah Umum Dibatalkan UGM, Teman-teman UGM Nantinya akan Nonton
Para pengungsi yang tiba dilayani langsung oleh BPS, relawan, warga muslim, dan pemerintah daerah.
Ratusan pengungsi tersebut menggunakan 21 bus, yang disumbangkan para pengusaha otobus asal Toraja di Kota Makassar.
"Selama di Makassar kami terus mendapat topangan, sehingga semua bisa terselesaikan dengan baik," ujar Novianus L Patanduk.
Ia mengaku sangat prihatin, dan peduli akan saudara sangtorayaan yang mengalamai dampak kerusuhan di Wamena.
"Kita sangtorayaan harus bersatu padu, mulai dari Makassar hingga ke Toraja. Dan kami berterima kasih atas semua kepedulian unsur yang terlibat," jelasnya.
Novianus mengatakan, apa yang telah dilakukan kepada para pengungsi adalah suatu pelayanan yang terus dikembangkan kedepan, dalam kekeluargaan orang Toraja.
Reaksi Ustadz Abdul Somad Setelah Kuliah Umum Dibatalkan UGM, Teman-teman UGM Nantinya akan Nonton
Diungkap Ustadz Danu Sakit di Leher Raffi Ternyata Buah Kata-katanya ke Ibu Paling Sadis ke Nagita
Skor 0-0, Link Live Streaming RCTI Timnas Indonesia U23 vs Arab Saudi, Akses di Sini via HP
Sementara Anggota DPRD Sulsel Dapil 10 asal Toraja, Jhon Rende Mangontan menjelaskan, kepedulian dan kebersamaan atas kericuhan di Wamena adalah suka cita.
"Persoalan Papua bukan masalah RAS, agama, tapi adanya segelintir orang yang tidak bertanggung jawab sehingga muncul gesekan. Orang Papua dan Toraja saudara yang saling membutuhkan, sehingga perlu dijaga dalam suka cita kedepan," ucap JRM.
Jhon menginginkan agar elemen pemerintahan, tokoh agama, dan masyarakat, dapat duduk bersama membangun sistem komunikasi sehingga suasana di Wamena kembali pada posisi semula.
"Mereka datang ke rumah (Toraja) istirahat, dan mereka akan kembali ke Papua membangun tanah Papua yang kita cintai," tutup Jhon yang juga Ketua Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) Provinsi Papua. (*)
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur: