WAWANCARA EKSKLUSIF
Sempat ‘Terusir’, F8 2019 Berlangsung Meriah. Ini Curhat Danny Pomanto
F8 ini adalah satu-satunya festival masuk top 10 Indonesia. Saat pertama kali digelar, masuk top 100. Setelah 3 tahun digelar, masuk top 10
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Festival Eight (F8) telah dibuka Jumat (11/10/2019) lalu. Ferstival ini dihelat tiga hari atau hingga Minggu (13/10/2019) malam.
Bukan lagi di Pantai Losari dan Jl Penghibur, Makassar. F8 kali ini digelar di kawasan reklamasi Pantai Barat Kota Makassar.
Jelang pembukaan, Inisiator F8, Danny Pomanto, menyampaikan curahan hati (curhat), terkait festival yang sudah masuk dalam 10 Agenda Utama Kementerian Pariwisata RI itu.
Danny memastikan tempat pelaksanaan F8 itu bukan di lahan milik pemerintah, tapi milik Ciputra.
F8 tahun ini sempat ‘terusir’ karena tiada restu.
Retina mata Danny berlinang menjelaskan beberapa keajaiban yang membuat F8 2019 tetap terlaksana, meski sudah mendapat ‘hambatan’ karena tak mendapat restu pemerintah.
“Yang namanya keajaiban itu ada. Di tengah kesulitan selalu ada jalan. Itu yang saya rasakan dalam F8 tahun ini. Ada saja pihak yang tiba-tiba menelepon menawarkan bantuan,” kata Danny.

Dalam perbincangan sekitar 2,5 jam di kediaman pribadinya, Jl Amirullah, Makassar, pekan lalu, Danny beberapa kali menerima telepon.
Si penelepon menawarkan bantuan. Telepon, antara lain, dari pihak yang memberi sumbangan 5.000 liter solar untuk genzet.
Ada juga yang menelepon menawarkan bantuan makanan.
“Ini kita saksikan sendiri. Mereka menelepon menawarkan bantuan, tanpa saya hubungi sebelumnya. Mereka hanya bilang, ‘saya baca di koran, Pak Danny sedang kesulitan’. Bahkan ada camat yang menelepon. Tapi tentu saya tidak mau sebut nama camat itu karena kalau ditahu pasti dapat masalah kasihan.” jelas Danny.
Menurut Ketua Ikatan Alumni Teknik Arsitek Unhas ini, permasalahan F8 bukan persoalan uang sehingga lambat.
Tapi, adanya keterlambatan kepastian izin dari Pemerintah Kota Makassar.
"Nanti 30 hari baru ada dan tidak tertulis, ini kita anggap sangat dizalimi," jelas Danny dengan suara tegar.
Berikut lanjutan petikan wawancara eksklusif Jumadi Mappanganro dan Muh Hasim Arfah dari Tribun Timur dengan Danny:

Bagaimana konsep dan kesiapan F8 2019?
Alhamdulillah dengan segala tantangan F8 sudah bisa kita gelar. Persiapan itu, masuk persiapan lapangan dan konseptual.
Setiap kali F8 digelar selalu ada trend baru. Sekarang ini misalnya ada trend untuk kepedulian kepada lingkungan.
Jadi, setiap pengunjung yang datang maka harus membawa botol plastik.
Kami bakal mengampanyekan gerakan untuk mengurangi sampah plastik di laut.
Sehingga, kita juga bekerja sama dengan aktivis peduli lingkungan. Masuk gratis asal bawa botol plastik bekas.
Pak Danny selalu bilang ada yang baru di F8 tahun ini. Apanya yang baru?
Salah satu yang baru itu karena lokasinya. Kita laksanakan di tanah tumbuh. Saya sudah cek dan memastikan tanah itu milik Ciputra, bukan tanah milik negara.
Lokasi itu jauh lebih baik dari sebelumnya. Kita bisa menyaksikan langsung sunset. Dan lebih memudahkan pengunjung untuk mencapai semua stand.
Sebelumnya, pengunjung harus berjalan sekitar 5 kilometer (KM) untuk melihat semua stand. Sekarang cukup berjalan sekitar 800-an meter sudah bisa melihat semuanya.
Katanya mengusung konsep baru. Bisa dijelaskan seperti apa konsep barunya?
Saya kira para kurator sudah mengkurasi berbagai konsep dan karya dari delapan festival di Festival Eight (F8).
Kekuatan kita adalah kekuatan komunitas. Festival ini sudah hampir rampung, mulai hari Senin (7/10), kelompok ini sudah mulai melakukan latihan dan persiapan.
Misalnya, kelompok seni sudah mulai bekerja dan saya tak ikut campur. Nanti kita jahit festival mereka.
Selain itu, ada konsep flora dan fauna. Ternyata di Makassar itu, ada banyak komunitas fauna dan ini kita tampilkan. Misalnya, ada ular sepanjang delapan meter.

Siapa saja penampil dan artis yang kita datangkan, mereka cenderung anak Milenial?
Artis tak kalah juga maka kita mendatangkan artis yang sedang naik daun seperti Dul Jaelani,Rezki Febian. Mereka akan kolaborasi seniman lokal.
Dulu kita libatkan anak sekolah untuk memberikan pembelajaran terkait flora dan fauna dan tentu budaya. Tapi sekarang, kita akan libatkan sanggar-sanggar seni yang ada di Kota Makassar.
Misalnya kita punya kampung Paropo, di kampung ini ada banyak talenta luar biasa.
Nah, ini akan kita satukan nanti antara orkestra dan tarian lokal.
Anda juga selalu bilang banyak tantangan untuk melaksanakan F8 tahun ini. Tantangan seperti apa itu?
Tantangan itu sudah hal biasa, yang penting kita berpikir sama tentang negara. Memang benar F8 itu adalah inisiator saya tapi, inikan sudah milik rakyat.
F8 ini adalah satu-satunya festival masuk top 10 Indonesia. Saat pertama kali kita bikin masuk top 100, dan 3 tahun masuk top 10.
Ini kan pengakuan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
F8 harus lakukan karena kita tak perlu keliling dunia untuk mamerkan Makassar. Dunia yang datang ke sini dari minimal 30 negara.
Apakah ada kesan bahwa F8 kali ini tak diinginkan pihak tertentu?
Tuhan mengajari saya ilmu baru dan jalan keluar. Orang lain menganggap ini penzaliman.
Saya mengartikan kita banyak belajar dan berbuat dan lebih sabar menghadapi.
Tanpa kesabaran dan ketenangan maka kita tak bisa berpikir positif. Misalnya Anda makan kacang, kita tak bisa makan kalau tak ada tekanan.
Kita mencari tempat baru yang tak boleh di bawah Pantai Losari. Kita keliling dan akhirnya kita temukan tempat yang bagus di tengah kota.
Ini kita bersyukur atas kejadian, ini kan ada pertentangan, dan banyak kesyukuran kita apalagi kita dipacu untuk lebih berpikir keras.

Anda yakin ada pihak tertentu yang ingin F8 dihilangkan seperti program terdahulu lainnya di Sulsel?
Entahlah! Tapi saya berharap F8 ini tidak dipandang dari sisi politik.
Makanya saya sudah sampaikan ke panitianya, tidak boleh ada wajah saya di tempat acara supaya tidak dianggap politis lagi.
Lalu apa yang menyemangati Anda sehingga tetap ingin menggelar F8?
Kalau sebagai saya sebagai wali kota membuat F8, itu biasa karena tugas kita untuk meningkatkan dan memajukan kota ini.
Tapi, ketika saya sudah selesai jadi wali kota, maka ini menjadi menarik. F8 itu adalah sebuah kehormatan untuk Makassar.
Orang-orang mengakui kita, pemerintah pusat hingga negara lain. Terus mengapa kita harus mengubur kehormatan ini tak alasan yang jelas.
Jadi, apakah Pak Gubernur dan Pj Wali Kota tetap diundang?
Sudah pasti. Pak Gubernur dan Pak Pj dimasukkan dalam sambutan. Yang membuka kan menteri pariwisata. Seandainya waktu pelantikan belum mepet, Pak Presiden Joko Widodo yang akan buka.
Mengapa Anda menamakan sebagai F8?
Ini menarik juga karena banyak anggapan selama ini ada yang hubungkan dengan nomor waktu kita maju sebagai calon wali kota Makassar 2013 lalu.
Padahal, delapan itu adalah kesepakatan para dewan seni di Makassar yakni delapan jalan seni.
Dulu kita mau berikan nama Festival Makassar, mirip dengan Festival Banyuwangi dan Jember.
Tapi, kita anggap ini namanya terlalu biasa sehingga kita berikan nama F8. Dari situ banyak pertanyaan, sehingga ini jadi populer kala itu.

Sebagai inisiator, mengapa Anda menetapkan 8 jenis festival?
Ide ini lahir dari berbagai pengalaman dulu ketika ikut pada senior dan budayawan.
Dulu itu, katakanlah saya ini sebagai anak bawang, waktu pembangunan Benteng Somba Opu, maka saya ikut para pakar dan budayawan keliling Sulsel.
Dari pengalaman ini, saya membuka lontar dan mendapatkan berbagai budaya di Mamuju, Luwu, Bagis, Toraja, dan Makassar.
Ternyata, banyak sekali budaya kita dan ini kalau kita pamerkan di festival maka akan menjadi tontonan dunia.
Bagaimana cara Anda mentaktisi tak adanya anggaran?
Saya kira itu kita tak permasalahkan, bagus juga karena kemandirian sebuah festival itu harus jalan.
Alasan tak ada dana, itu sebuah tantangan menarik. Sehingga ketika jalan maka jangan ada intrik-intrik dan ada tuduhan korupsi.
Walapun begitu, festival ini perlu disupport, karena kita juga butuh pemerintah.
Tak perlu kita saling menyalahkan karena ini kita sama-sama memikirkan negara. Setiap kekuasaan kan punya selera.
Tapi, seharusnya kan, pemerintah itu sustainable (berkelanjutan) karena ini kan sudah masuk program Kemenpar, dan ini juga programnya Pak Jokowi.
Apalagi ada target kita 25 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Acara seperti ini bisa menciptakan kunjngan wisata negara.
Sehingga, tak ada alasan untuk menolak ini acara. Nah, kalau ada pertanyaan apa kegunaan F8, ini pertanyaan melecehkan kementerian dan kurator nasional.
Sehingga, saya sampaikan ke teman-teman di lapangan untuk jangan berbuat salah dan saya kira ini memacu kita untuk memberikan hasil maksimal.

Bagaimana dukungan kemenpar untuk F8?
Kemenpar mendukung kita 1000 persen. Kemudian, beliau memberikan asistensi yang baik.
Beliau tak terlalu mengintervensi karena ini F8 barang bagus.
Kemenpar komitmen karena sudah menjadikan kegiatan ini sebagai kegiatan nasional. Bayangkan dilaksanakan tapi kita siap di sini.
Sudah ditender, teman-teman kurator itu adalah relawan dan 1.000 persen jadi relawan.
Apa harapan Anda terkait acara ini?
Tak ada keuntungan, saya cuman untung karena disayang dan bisa masuk surga.
Tak ada unsur politik karena bisa menjadi nila dalam susu. Kita ini ingin Makassar kuat dan orang-orang luar bisa nyaman saat ke Makassar.
Kalau Makassar nyaman maka bagus untuk Makassar karena occupancy hotel naik. Selain itu, orang-orang yang transaksi naik. Itu bisa diukur melalui uji T.
Siapa yang akan kita libatkan dalam F8?
Banyak orang-orang ikhlas bekerja di Makassar demi F8. Ini urusan kita sama-sama, saya sebagai orang yang lebih paham ide ini maka harus terlibat langsung.
Saya mungkin kalau bicara, maka mereka lebih dengar. Luar biasa....luar biasa ini barang. Tapi, kita semua mengakumulasi jadi benefit kota.
Misalnya, kita cuman butuh 200 relawan, kini sudah 600 mendaftar padahal mereka tanpa gaji.
Kalau tak ada gen seperti ini, maka bisa tak maksimal acara kita. inilah gambaran anak-anak muda yang keren-keren karena mau jadi relawan.
Semangat kemakassaaran bersatu, saya kagum dengan kegiatan ini.

Tampaknya Ibu Indira juga membantu penuh kegiatan ini?
Nyonya saya bekerja menyempurnakan yang bolong-bolong, cari artis dan semangati para penampil Makassar.
Tak ada secara finansial kita di sini, semangat nya anak di sini luar biasa.
Saya kumpulkan vendor dan seniman, saya bilang kau potong sendiri anggarannya. Karena kita tak bisa menentukan nilai di sini.
Kapan kita temukan ini kalau tak ada F8. Saya kumpulkan komunitas untuk share ini F8.
Apa tanggapan netizen?
Semua wawancara saya di TV dan media sosial disebarkan dan kita Alhamdulillah mendapatkan dukungan juga.
Dari lima tv yang mendukung, ada masukan dari netizen UMKM diperbesar. Orang-orang kecil juga masuk.
Datang kelompok pisang epe, masuk juga. Semua komunitas muncul, hampir seluruh potensi Makassar turun.
Apa hikmah dari acara F8?
Kota itu adalah ibarat manusia. Dalam Al Quran itu, ada ayat yang menyebut kulebihkan engkau dari sebagian yang lain.
Sehingga, itu sunnatullah. Boleh saja 6 miliar orang penduduk dunia, tapi ada orang yang memikirkan lebih.
F8 ini menjadi pembeda, semua orang-orang berkumpul semua. Dalam jangka waktu 3-4 tahun F8, saya menemukan banyak anak jago soal pohon dan tanaman.
Ini sama dengan tambang dalam gunung, ada emas dan tembaga. Ini emas lebih bagus untuk dikembangkan.
Saya sampaikan kepada teman-teman panitia. Saya akan jamin ini acara. Karena lewat acara ini bukti bahwa kita cinta Makassar.(*)