Jenderal Gatot Nilai Terlalu Dini Sebut Penusuk Wiranto Anggota Jaringan Tertentu 'Nanti Jadi Hoaks'
Jenderal Gatot Nilai Terlalu Dini Sebut Penusuk Wiranto Anggota Jaringan Tertentu 'Nanti Jadi Hoaks'
Gatot sendiri mengaku sudah ingin menjenguk Wiranto pada kesempatan pertama tetapi belum bisa.
Dia berencana menjadwalkan kembali untuk menjenguk setelah mengisi kegiatan ceramah kebangsaan 58 tahun Pramuka di Pangkal Pinang.

Dalam kegiatan Pramuka itu Gatot mengingatkan masyarakat agar bijak bermedia sosial.
Selain Gatot Nurmantyo, peneliti terorisme Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib juga sempat menyampaikan pendapatnya
Sebelumnya, Ridlwan membeberkan analisisnya terkait kasus penusukan yang terjadi di pintu gerbang Lapangan Alun-alun Menes, Desa Purwaraja, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019)
Dilansir dari Tribunnews dalam artikel 'Analisis Peneliti Terorisme: Dari Teknik Pelaku Pegang Senjata, Penusuk Wiranto Orang Terlatih', Ridlwan mengungkap dugaan alasan pelaku berani menusuk Wiranto
"Pelaku inisial S alias AR secara ideologi menolak Pancasila dan demokrasi, dan Menkopolhukam dianggap sebagai simbol Thaghut atau setan besar yang wajib diperangi," ujar peneliti terorisme UI Ridlwan Habib di Jakarta, Kamis (10/10/2019).
"Mereka berpura-pura sebagai warga masyarakat yang menunggu mobil Menkopolhukam mendekat, jarak pelaku saat menunggu hanya 3 meter dari sasaran, ini kelengahan pihak pengamanan setempat, " lanjut Ridlwan.

Dari berbagai video maupun foto yang beredar di media sosial, tampak dua pelaku memang menunggu mobil Wiranto datang.
Keduanya berdiri tepat di samping Kapolsek.
"Jarak itu memungkinkan pelaku merangsek dari sudut kiri belakang pak Wiranto, sudut itu kosong karena ajudan menghadap ke kanan, " kata Ridlwan yang juga praktisi beladiri KravMaga tersebut.
Dari cara memegang senjata saat dihunjamkan kepada sasarannya, tampak pelaku cukup terlatih.
"Teroris itu memegang senjatanya dengan teknik reverse grip, atau pegangan terbalik yang mengakibatkan daya hunjaman dua kali lebih kuat dari gaya pegang biasa, " ujar alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut.
Ridlwan menilai, informasi kunjungan Wiranto ke desa Menes Pandeglang yang memicu kedua pelaku untuk beraksi.
"Itu jelas tidak spontan, ada niat jahat yang sudah direncanakan, termasuk teknik pelaku menyembunyikan senjata tanpa terdeteksi petugas keamanan setempat, " kata Ridlwan.