Diinterogasi Propam Polda Sulsel, Begini Jawaban Irfan Driver Ojol Korban Terinjak Mobil Polisi
Saat ditemui, Rabu (9/10/2019) sore, sejumlah personel Propam Polda Sulsel terlihat memasuki rumah Irfan.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Irfan Rahmatullah (31) driver ojek online (ojol) yang menjadi korban tertabrak kendaraan taktis Tambora, kini berbarin di rumahnya Jl Tidung VII lorong 10, Makassar.
Ia terbaring dengan kondisi paha kiri terperban akibat patah tulang yang diderita.
Saat ditemui, Rabu (9/10/2019) sore, sejumlah personel Propam Polda Sulsel terlihat memasuki rumah Irfan.
Baca: Penyebab Sunarto Korban Kecelakaan Bisa Hidup Lagi Setelah Dimakamkan atau Dikubur
Terlihat juga Kapolsek Rappocini Kompol Supriady Idrus.
Kehadiran Propam Polda Sulsel untuk menginterogasi atau menggali keterangan Irfan selaku korban kecelakaan pada pembubaran aksi unjukrasa di Jl Urip Sumoharjo Makassar, Jumat (27/9/2019) lalu.
Lebih kurang sejam menggali keterangan Irfan di dalam kamarnya, personel beebaret biru muda itu pun pamitan ke keluarga Irfan.
Baca: Chaidir Syam Tonton Turnamen Sepakbola di Soreang, Warga Teriak Begini
Saat dihampiri di halam depan rumah Irfan, personel Propam Polda Sulsel enggan memberikan keterangan ke awak media.
"Nanti tanya ke pak Kabid (Kombes Pol Hotma C Sirait) saja ya," singkat seorang personel berbadan kekar berpangkat tiga balok.
Terpisah, Irfan yang ditemui seusai menjalani pemeriksaan Propam Polda Sulsel, mengungkapkan, dirinya ditanya seputar kronologi kejadian yang mematahkan tulang pahanya.
Baca: Ketua PKK Sulsel Resmikan Kantin Muslimah di Lokasi ini
"Yang ditanyakan seputar kronologis kejadian kenapa bisa ada di sana (TKP), terus ditanyakan jenis kendaraan yang tabrak, yang kedua saya juga tidak tahu tapi orang bilang barracuda, terus yang ketiga ditanya masalah biayanya selama di Bhayangkara jadi saya bilang tidak adaji keluar biar satu rupiah di Bhayangkara," kata Irfan.
Selain itu, ayah satu orang anak itu juga mengaku ingin bertemu Kapolda Sulsel Irjen Pol Maa Guntur Laupe untuk menanyakan terkait status penabrak dirinya.
"Tapi kan sudah terjawabmi dengan adanya propam keseini," ujarnya.
Baca: Prediksi Susunan Pemain Republik Ceko vs Inggris Kualifikasi EURO 2020: Harry Kane Tajam di Timnas
Driver ojol ini, juga menanyakan soal nasibnya selama menjalani proses penyembuhan yang oleh dokter kata Irfan, belum dapat beraktifitas normal selama tiga bulan kedepan.
"Terus yang saya tanyakan tentang bagaimana proses penyembuhan saya, kan masih ada untuk lepas perban dan lain sebagainya, bagaimana biayanya. Terus yang ketiga selama tiga bulan ini saya tidak bisa beroperasi (ngojek), bagaimana bisa nafkai keluarga selama tiga bulan itu," paparnya.
Selain Irfan, rantis Tambora polisi juga menabrak seorang mahasiswa Universitas Bosowa bernama Dicky Wahyudi. Ia juga terpaksa menjalani perawatan intensif akibat luka yang diderita.
Siapa Dicky Wahyudi? Mahasiswa Ditabrak Mobil Polisi saat Bubarkan Pendemo di Fly Over Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dicky Wahyudi (19) mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bosowa (Unibos) masih terbaring di dalam ruang operasi RS Ibnu Sina Makassar, Sabtu (28/9/2019) siang.
Pantauan awak tribun, pukul 15.05 Wita, sejumlah keluarga dan teman-teman sekampusnya memadati ruang tunggu operasi .
Dicky Wahyudi terpaksa dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi akibat ditabrak kendaraan taktis polisi saat unjukrasa ricuh di Jl Urip Sumoharjo, Jumat malam.
Ketua BEM Fakultas Hukum Universitas Bosowa, Ewaldo Aziz (22) mengungkapkan, sebelum peristiwa tersebut, Dicky sapaan Dicky Wahyudi sedang menuju ke halaman kampus, setelah berunjukrasa damai di depan DPRD Sulsel.
Bassitoayya Santap Makanan Jepang di Sushi Marru
Ambil Formulir di PAN, Mantan Sopir Bupati Ingin Maju Pilkada Luwu Utara
Ringankan Beban Masyarakat, Kodam Hasanuddin Gelar Baksos Peringati HUT ke-74 TNI
Namun, nahas, Dicky yang berada di barisan belakang belum sempat memasuki halaman kampus.
Ia pun tertahan di luar kampus saat terjadi lemparan dari arah Jl poros Urip Sumoharjo ke titik kumpul polisi,l di bawah Fly over.
"Sebelum bentrok itu terjadi, kita pulang dari DPRD sudah menujuk ke dalam halaman kampus. Tapi ini Dicky di belakang jadi dia masih berada di luar waktu bentrok terjadi," katanya.

"Ia (Dicky) sama kelompok massa lain pun dipukul mundur ke depan UMI, sampai depan kantor Gubernuran," ujar Ewaldo Aziz.
Saat di sekitar depan kantor Gubernur Sulsel, Dicky pun tertabrak oleh kendaraan taktis polisi.
"Di sekitar depan gubernuran itu semelam, dia tertabrak. Itu juga dikuatkan dengan video yang tersebar di grup whatsApp teman-teman," ujarnya.
Akibat kejadian itu, kata Ewaldo, Dicky mengalami luka yang cukup serius.
Bassitoayya Santap Makanan Jepang di Sushi Marru
Ambil Formulir di PAN, Mantan Sopir Bupati Ingin Maju Pilkada Luwu Utara
Ringankan Beban Masyarakat, Kodam Hasanuddin Gelar Baksos Peringati HUT ke-74 TNI
"Yang luka itu, mata kanan bengkak, tulang rusuk bagian kanan remuk dan bagian wajah alami luka lecet," kata Ewaldo Azis.
Akibat luka yang dialami, Dicky harus menjalani operasi.
Ia dioperasi beberapa saat setelah kejadian. Namun rencananya akan menjalani operasi kedua.
"Sudah operasi tadi malam waktu dibawa kesini. Tapi saya ketemu mamanya tadi, dia bilang mau dioperasi lagi untuk diangkat cairan gas air mata di paru-parunya," ujar Ewaldo.
Peristiwa tertabraknya Dicky oleh rantis polisi dikecam Ewaldo Aziz.
Menurutnya, penabrakan terhadap demonstran menggunakan kendaraan taktis tidak sepatutnya dilakukan pihak kepolisian dalam mengamankan jalannya unjukrasa.
"Kami dari BEM Fakultas Hukum, mengecam tindakan kepolisian khususnya Polda Sulsel terkait pengawalan aksi," katanya.
"Kepolisian sepatutnya hanya mengawal tentunya dengan SOP, bukan malah melakukan tindakan anarkis dengan menabrak rekan kami," tegasnya.
Ia pun berharap agar oknum polisi yang mengemudikan rantis saat melakukan penabrakan dapat diproses hukum.
"Kalau perlu dicopot," ujarnya.

Terpisah, sepupu Dicky, Syarif (40) mewakili pihak keluarga menyayangkan aksi penabrakan mobil polisi terhadap korban.
Menurutnya, aksi itu tidak perlu dilakukan polisi.
"Mewakili pihak keluarga, kita tentu sayangkan kejadian ini. Mungkin harusnya polisi tidak sampai harus menabrakan ke Dicky," ujar Syarif.
Terlebih kata, Syarif, Dicky belum lama ini ditinggal ayahnya Tamsil, yang meninggal dunia pada April 2019 lalu.

"Belum lapami meninggal bapaknya (Tamsil) itu kasihan, baru anak satu-satunya. Makanya mamanya (Nurbaeti) kayak teruama sekali," ujarnya.
Syarif pun mengaku menyerahka sepenuhnya kasus itu ke kepolisian dan pihak kampus untuk mengambil sikap.
"Kalau bisa diproses juga itu yang menabrak. Kita serahkan juga kepada pihak kampusnya seperti apa kedepannya," kata Syarif.
Bassitoayya Santap Makanan Jepang di Sushi Marru
Ambil Formulir di PAN, Mantan Sopir Bupati Ingin Maju Pilkada Luwu Utara
Ringankan Beban Masyarakat, Kodam Hasanuddin Gelar Baksos Peringati HUT ke-74 TNI
Kapolda Sulsel Irjen Pol Mas Guntur Laupe telah mengunjungi Dicky di ruang operasi. Hal itu dibenarkan Syarif.
Namun, ia mengaku tidak sempat bertemu lantaran saat tiba, sang kapolda telah pergi.
"Iya ada tadi katanya pak Kapolda, tapi ibunyaji yang ketemu. Saya baru datang," ungkap Syarif
Sementara, Nurbaeti sang ibu, belum dapat ditemui lantaran ia masih terus mendampingi anaknya yang berada ruang operasi. (tribun-timur.com).
Laporan wartawan tribun-timur.com, Muslimin Emba.
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Kapolda Sulsel Tanggung Biaya Perawatan Dicky Wahyudi, Driver Ojol Patah Tulang?
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kapolda Sulsel Irjen Pol Mas Guntur Laupe bernjanji akan menanggung seluruh pengobatan Dicky Wahyudi (19) yang menjalani perawatan di RS Ibnu Sina Makassar.
Dicky dirawat di ruang operasi setelah tertabrak tertabrak kendaraan taktis polisi saat unjukrasa ricuh di Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat malam.
"Pengobatan mahasiswa, Alhamdulillah InsyaAllah kita tanggungjawab terhadap hal itu. Jadi, kita obati sampai sembuh, itu janji saya," kata Irjen Pol Mas Guntur Laupe seusai menjenguk Dicky Wahyudi.
Sementara, driver Ojol Irfan Rahmatullah yang ikut tertabrak kendaraan rantis, Mas Guntur Laupe hanya menyebut luka lecet.
Ingin Lebih Dekat dengan User, GMTD Gelar Ngopi Bareng
Simon McMenemy Panggil 25 Pemain Lawan UEA-Vietnam, Ferdinand-Pellu Tersingkir
8 Film Tayang di Cinemaxx Pipo, Ini Jadwal, Sinopsis dan Trailer, Ada FIlm Korea, Jepang, dan Anak
Padahal, Irfan Rahmatullah kepada tribun mengaku mengalami patah tulang pada paha kirinya.
Ia meninggalkan perawatan di RS Ibnu Sina bukan karena sembuh. Melainkan lantaran terkendala biaya.
Berikut pengakuan Irfan Rahmatullah.
Malang niang nasib Irfan Rahmatulla (37), driver ojek online (ojol) yang turut menjadi korban saat polisi membubarkan unjukrasa ricuh di Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Jumat malam.
Driver yang tiap harinya mencari nafkah dengan menawarkan jasa angkutan itu, kini harus terbaring di rumahnya, Jl Tidung VII, Makassar.
Tulang paha kirinya patah, akibat ditabrak kendaraan taktis (rantis) polisi yang memukul mundur pengunjukrasa dari plyover hingga ke depan kantor Gubernur Sulsel.
Kejadian itu bermula saat, ia yang dari arah Tello atau Jl Perintis Kemerdekaan hendak menuju arah fly over.
Ingin Lebih Dekat dengan User, GMTD Gelar Ngopi Bareng
Simon McMenemy Panggil 25 Pemain Lawan UEA-Vietnam, Ferdinand-Pellu Tersingkir
8 Film Tayang di Cinemaxx Pipo, Ini Jadwal, Sinopsis dan Trailer, Ada FIlm Korea, Jepang, dan Anak
Setibanya di kantor Gubernur Sulsel, Irfan melihat kerumunan massa yang berlarian dikehar polisi ke arah Jl Perintis.
Melihat banyaknya massa yang berhamburan, Irfan pun memutar balik motornya dan terpaksa melawan arah untuk menghindari kericuhan.
Namun nahas, saat kendaraanya belum jauh dari jarak ia memutar balik. Kendsraan taktis polisi sudah berada di belakangnya.
Ia pun tertabrak.
Motornya tergilas. Sementara Irfan terpental ke pinggir jalan.
"Untungnya saya terlempar ke kiri, seandainya ikutka motorku atau di tengah-tengahka, mungkin tergilaska," kata Irfan kepada tribun, Sabtu (28/9/2019).
Beberapa warga dan driver ojek yang melintas sigap menggotong Irfan dan membawanya ke RS Ibnu Sina, Makassar.
Di RS Ibnu Sina, Irfan menjalani perawatan medis. Ia difoto retgen dan diberi obat.
Oleh dokter, kata Irfan, paha kirinya divonis mengalami patah tulang dan harus menjalani operasi.
Namun, keterbatasan biaya membuatnya enggan menjalani anjuran dokter.
Ia memilih meninggalkan RS Ibnu Sina sebelum menjalani operasi lantaran tidaj cukup biaya untuk berobat umum.
"Tidak ada BPJS ku kasihan, jadi keluarka sekita jam setengan 3 (dini hari). Karena itu saja hanya beberapa jamja di dalam sudah Rp 700an ribu nabayar istriku, karena masuk umumka," ujarnya dengan nada haru.
Irfan saat ini menjalani perawatan di rumahnya. Ia memilih pengobatan tradisional atau terapi pengobatan kampung (urut) agar tidak terbebani biaya perawatan yang baginya terlampau mahal.
"Dokter bilang semalam, bagaimana pak mauki dioperasi atau bagaimana? Jadi saya bilang berapa biayanya? Dia (dokter) bilang sekitar Rp 30an juta, jadi saya bilang janganmi, pulangma saja," ujarnya.
Saat ini, lanjut Irfan, pihak keluarganya mencari tukang urut atau pengobatan alternatif.
Lalu bagaimana sikap kepolisian?
Hingga pukul 17.20 Wita, Irfan mengaku belum menerima telepon atau kunjungan dari pihak kepolisian.
Padahal dirinya merupakan korban tertabrak kendaraan taktis polisi.
"Belum ada dari polisi ini. Tadi malam di rumah sakit (RS Ibnu Sina) sampai sekarang belum ada yang datangi, begitu juga telpon belum ada saya terima telpon dari polisi," ujarnya.
Ia pun berharap agar pihak kepolisian mengerti dengan kondisinya. Pasalanya, akibat peristiwa tertabkranya Irfan oleh kendaraan taktis polisi, ia harus rehat beberapa minggu hingga beberapa bulan untuk mencari nafkah buat keluarganya.
"Kalau harapannya saya, setidaknya ada pertanggungjawaban dari polisi. Karena saya ini tertabrak mobil polisi kasihan, baru kuta tahumi sendiri bagaimana kslau orang patah tulang, agak lama juga sembuhnya," harap Irfan.
Selain itu, kata Irfan, komunitas driver ojek onlinenya saat ini juga tengah berembuk untuk membahas konfisi yang dialami Irfan.
Selain menabrak Irfan, rantis polisi juga menabrak seorang mahasiswa Universitas Bosowa bernama Dicky Wahyudi (19) yanv menjalani operasi di RS Ibnu Sina.
Laporan wartawan Tribun-Timur.com, Muslimin Emba.
Langganan berita pilihan tribun-timur.com di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur: