Tribun Wiki
Aktivis 98 Fadjroel Rachman Beberkan Perbedaan Demo 1998 dengan Demo 2019, Ini Katanya, dan Profil
opinion makers Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam kampanye pemilihan presiden tahun 2014.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Demo mahasiswa akhir-akhir ini, banyak menimbulkan komentar dari berbagai pihak.
Salah satunya, pengamat politik sekaligus aktivis '98, Fadjroel Rahman.
Ia pun ikut berkomentar soal demo mahasiswa akhir-akhir ini.
Ia membandingkan demo mahasiswa di tahun 2019 dengan masanya.
Dilansir dari TribunWow.com melalui acara E Talk Show pada Jumat (4/9/2019), Fadjroel Rahman mengungkap perbedaan demo mahasiswa akhir-akhir ini dengan unjuk rasa pada 1998.
Fadjroel Rahman mengatakan, demo pada 1998 itu bersifat konfrontatif.
"Sebenarnya ada dua karakter gerakan mahasiswa, itu yang pertama konfrontatif, konfrontasi melawan kekuasaan itu 98 itu cirinya," ungkap Fadjroel.
Pasalnya, pada 1998 demo berdasarkan keinginan untuk melawan kekuasaan.
"Karena kekuasaan ini antidemokrasi, mahasiswa dan rakyat mewakili gerakan yang pro demokrasi," jelas Fadjroel Rahman.
Sedangkan, demo pada akhir-akhir ini lebih bersifat korektif yang ingin mengoreksi DPR dan pemerintah.
"Kemudian yang sekarang sebagian disebut sebagai karekternya itu adalah korektif, mengkoreksi mereka kan tidak langsung menghadapi kekuasaan, tapi mengkoreksi misalnya undang-undang KPK, mengkoreksi KUHP, mengkoreksi ada sejumlah undang-undang," jelas Fadjroel Rahman.
Sehingga pria lulusan Universitas Indonesia ini menilai demo akhir-akhir ini menarik.
Fadjroel jadi teringat dengan gerakan demo di Eropa.
"Menarik tapi sebenernya menurut saya karena cara keluarnya asyik seperti putri tadi dan teman-teman saya jadi ingat gerakan tahun 68 di Eropa namanya flower generation (generasi bunga)," kata dia.
Fadjroel menilai, protes politik ini lebih bersifat pribadi.