Konflik Sosial Wamena, Pengungsi Alami Trauma Mendalam
Sama halnya dengan Ardi. Bersama sang istri, Hermawati, serta ketiga anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar mereka mengungsi ke Jayapura.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Konflik kemanusiaan yang terjadi di Wamena membawa dampak buruk bagi warga yang terdampak.
Hingga kini mereka masih mengalami trauma dan belum berani kembali ke Wamena.
Ananda Badudu: Saya Tidak akan Lari Kalau Dipanggil, Saya Bukan Pinokio, Sindir Siapa Nih?
Komentar Ayu Ting Ting Sahabat Ruben Masuk Nominasi Wajah Tercantik 2019 Saingannya Jennie BLACKPINK
Kabar Buruk, iPhone & Android Sudah Tak Bisa Pakai WhatsApp, Cek Ponselmu, Masih Bisa Pakai Tidak?
6 Pemain Barcelona Bakal Absen Hadapi Inter Milan Dinihari Nanti
BREAKING NEWS : Mantan Gubernur Sulsel Majyen TNI Purn Zainal Basri Palaguna Meninggal Dunia
Suherman, misalnya. Ia berada di Bataliyon Infanteri 751 Jayapura selama delapan hari.
Di markas TNI di Sentani itu, Suherman bersama ribuan orang lainnya mengungsi untuk menyelamatkan diri dari konflik sosial.
Konflik sosial itu sedang terjadi di Wamena, Jayawijaya, Papua. Konflik membawa luka batin serta fisik bagi Suherman.
Sama halnya dengan Ardi. Bersama sang istri, Hermawati, serta ketiga anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar mereka mengungsi ke Jayapura.
Menumpang pesawat Hercules milik TNI, sejak Senin (23/9) atau hari pertama kembali pecahnya konflik di Wamena, Ardi memboyong keluarganya ke Jayapura untuk berlindung.
“Kami harus antre berjam-jam untuk dapat giliran ikut pesawat ke Jayapura, kondisi di Wamena tidak kondusif,” kata Ardi dalam rilis yang diterima Tribun dari ACT Sulsel, Rabu (2/10/2019).
Ardi merupakan warga asal Makassar yang merantau ke Wamena. Ia datang mengadu nasib dengan berdagang di Pasar Jibama, Wamena.
Saat ini ruko miliknya serta ratusan ruko lain rusak dan terbakar akibat konflik sosial yang terjadi di sana.
Hingga kini, Ardi dan anaknya belum mau kembali ke Wamena akibat trauma.

Di lokasi yang sama, yakni Yonif 751 Jayapura, Muhammad Erwin juga bertahan di pengungsian.
Keinginannya saat ini ialah kembali ke kampung halamannya di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Ia masih belum mengetahui kapan akan kembali ke Wamena karena trauma.
Dari data yang dihimpun ACT, warga Pesisir Selatan yang menjadi korban meninggal dunia akibat konflik sosial di Wamena berjumlah sembilan orang.
Mereka ialah perantau yang menjadi tulang punggung keluarga yang berada di Pesisir Selatan.