Sidang Umum Ke 74 PBB
A Long Night in New York
Malam itu, Jumat (27/9/2019) benar-benar jadi malam panjang bagi Delegasi Indonesia
Penulis: AS Kambie | Editor: Edi Sumardi
Laporan jurnalis Tribun Timur, AS Kambie dari New York, Amerika Serikat
NEW YORK, TRIBUN-TIMUR.COM - Malam itu, Jumat (27/9/2019) benar-benar jadi malam panjang bagi Delegasi Indonesia untuk Sidang Umum ke-74 Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ).
Malam terakhir di New York, Amerika Serikat.
Sepekan terasa singkat.
Jalan kaki beberapa kilometer tiap hari terasa pendek.
Tapi malam panjang ini terasa singkat.
Saya dan Timboel (wartawan Kompas) sudah masuk kamar sejak sore.
Ajakan Timboel untuk jalan-jalan sore ke tokoh NBA dan Disney kubalas dengan memeluk erat bantal guling kecil di kasur.
"Ya, wes, aku pergi dulu yah...," ujar Timboel.
Baca: Misteri Pengusiran Benny Wenda dari Sidang Umum PBB
Hanya suara tutupan pintu hotel yang kudengar samar, setelah itu aku "tiada".
Saya baru "ada" lagi sejenak setelah terdengar suara pintu berderak pelan lagi.
"Waduh, Daeng masih tidur," suara Timboel sayup kudengar.
Lalu kudengar suara benda jatuh di permukaan empuk.
Beberapa saat kemudian, yang kudengar malah suara ngorok Timboel.
Saya terbangun pukul 18.15 WS.
Setelah saya kirim beberapa berita, pukul 21.56, saya kirim pesan WhatsApp kepada Fotografer Wapres Jery Wong, "Om Jery susah tidur?"
"Ini baru mau. Ada perintah," balas Jery.
"Oh, saya kira mau jappa-jappa malam terakhir di New York," jawabku.
Baca: Wapres Jusuf Kalla Cukur di New York di Sela Sidang Umum PBB, Sang Cucu Bocorkan Berapa RI 2 Bayar
Pukul 22.07,Asisten Deputi Komunikasi dan Informasi Publik Setwapres Rusmin Nuryadin mengirim pesan WhatsApp, "Satu jam lagi saya mau jalan sama orang TV One, mau ikut ga?"
Saya tanya mau ke mana?
Mantan ajudan SBY di masa militer aktif itu menjawab mau jalan-jalan sekalian lihat-lihat produk HP terbaru.
Dia sudah janjian dengan Yandri, kontributor TV One di New York.
Saat menunggu Yandri, Jean (reporter MetroTV) datang.
"Mega (reporter MNC) mana?" tanya Rusmin Nuryadin.
"Sudah jalan duluan," kata Jean.
Yandri akhirnya membawa kami.
Jean ikut.
Dia tidak berani tidur karena harus live report di Metro TV pada pukul 01.30 WS, dini hari.
Mengendarai mobil dinasnya, Yandri membawa kami menyusuri jalan yang semakin ramai.
Pertama kami di bawa ke Times Square.
"Di sini ini pusat perayaan Tahun Baru di New York. Setiap malam tanggal 1 Januari, jutaan orang ngumpul di sini," kata Yandri.
Lokasi itu tidak beda dengan tempat lain di New York yang jalanannya penuh perempatan.
Yandri juga tidak tahu kenapa di situ.
Dia hanya menduga mungkin karena history karena sepengetahuan dia, tempat itu dipakai merayakan Tahun Baru warga NY (New York) sejak tahun 1800-an.
"Itu di billboard itu pernah dipasang gambar beberapa destinasi wisata di Indonesia," ujar Yandri menunjuk ke perempatan di depan.
Kami lalu melewati hutan kota.
Unik, salam kota supermetropolitan itu ada hutan.
"Hutan ini lumayan luas, Pak. Usianya sudah ratusan tahun. Suasana persis hutan, baunya juga bau hutan," kata Yandri.
Saya membuka kaca jenderal mobil, bau tahi kuda datang menyengat.
Yandri menyebut bau itu datang dari hutan itu.
"Oh, Pak JK pernah jalan di sekitar hutan ini. Lumayan luas," kata Rusmin Nuryadin.
Luas hutan itu 3,41 persegi.
Ia memanjang seluas 4 kilometer seluas 800 meter.
Dari situ Yandri membawa kami ke Apple Store di New York.
"Ini baru pekan ini buka lagi, Pak, setelah perbaikan. Bangunannya semakin besar dan megah," kata Yandri
Dari mobil, saya melihat puluhan orang berjejer di depan pintu pagar gedung yang bergambar logo Apple itu.
"Itu mereka sudah antre untuk membeli. Jadi yang mau beli harus antre, yang mau lihat-lihat langsung masuk saja," kata Yandri.
Sudah pukul 00.20, masih puluhan bahkan mungkin ratusan orang antre untuk membeli produk terbaru Apple.
Kami masuk melewati pintu kaca.
Aneka produk dipajang di meja.
Pengunjung bisa mengakses langsung atau mencoba laptop atau telepon genggam terbaru itu.
Harga terendah $429 atau sekitar Rp 6 juta.
Kebanyakan seharga Rp 32 juta.
"Ini harganya Rp 32 juta, sama dengan motor," kata Rusmin Nuryadin.
Masih di Apple Store, pesan istriku masuk.
Minta dibelikan chocolate choco chip cookies.
Saya perlihatkan Yandri pesan itu.
Saya kemudian diantar ke supermarket 24 jam.
Kami juga sempat mampir foto-foto di depan rumah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, Trump Tower.
Tiba di The Westin Hotel sekitar pukul 02.30.
Saya putuskan tidak tidur lagi setelah kemas barang.
Pukul 05.45, setelah shalat Subuh, Jery Wong sudah ajak ke lobi.
Pukul 07.37 waktu setempat, kami sudah di mobil menuju Bandara John F Kennedy.
Staf PTRI Erma Rheindrayani mengantar kami ke bandara.
Kami tiba di bandara saat antrean pemeriksaan imigrasi belum terlalu mengular.
Pukul 08.37 kami sudah melewati pemeriksaan imigrasi.
Sebotol air mineral dan sekaleng minuman bersoda saya tinggalkan di depan metal detector.
Kali ini, sepatu pun saya diminta lepaskan. Topi dan kacamata juga diharuskan dimasukkan ke keranjang.
Pukul 10.58, kami sudah di seat masing-masing.
Saya, Timboel, dan Jery Wong masuk melalui zona 3.
Kurang beruntung lagi karena saya dapat seat 26E, tengah lagi.
Timboel pas di depanku, 25E.
Jean dan Mega di belakangku, 27D dan 27E.
Jam di layar ponselku yang ku airplane mode-kan masih menunjukkan pukul 22.58, waktu New York, ketika ban pesawat Qatar Airways terdengar menjejak aspal Hamad Internasional Airport, Doha.(*)