Cerita Pilu Kakek Mualim, Mengandalkan Usaha Bengkel yang Terbakar Saat Aksi Unjuk Rasa
Begitulah yang dialami Sri Mualimin Ali, atau kerap disapa kakek Mualim (63) warga Jl Langgau, Makassar.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sudirman
"Biasanya saya tutup habis magrib (pukul 18.30), tapi kemarin (Jumat) saya tutup pas sudah salat ashar, karena banyakmi orang demo kulihat baru tidak ada juga yang tambal ban," ujarnya.
Seuisai menutup bengkelnya, Mualim pun kembali ke rumahnya.
Di rumahnya, ia masih khawatir dengan unjukrasa yang berlangsung hingga larut malam.
Pukul 21.00 Wita, ia pun bergegas kembali ke bengkelnya.
Namun, unjukrasa di Jl Urip Sumoharjo khususnya kawasan flyover masih berlansung ricuh.
Kericuhan yang berusaha ditenangkan polisi dengan tembakan gas air mata dan semprotan watercannon itu, membuat udara di kawasan flyover perih.
Mualim pun tertahan di samping jalan layang flyover sembari mengusap matanya yang perih, akibat tembakan gas air mata polisi ke arah pengunjukrasa.
"Di sampingnyaka flyover saya lama menunggu, karena pedis sekali itu gas air mata, baru masih banyak massa," cerita Mualim.
Muallim mengaku baru dapat melanjutkan perjalanan ke lokasi bengkelnya sekira pukul 23.00 Wita.
Saat ia tiba, bengkel yang selama ini digunakan untuk menafkahi tiga dari sembilan anaknya telah hangus terbakar.
"Sampaika disini (di bengkel) bekas asapnya mami saya lihat. Hangus semua, tidak ada yang selamat," paparnya.
Dari dua unit kompressor, seunit motor roda tiga, ratusan ban dalam, puluhan ban luar, dan puluhan botol oli milik Muallim yang disimpan di bengkelnya hangus terbakar.
Padahal perkakas dan jualan itu, kata Mualim digunakan untuk menyambung hidup dan membiayai tiga anaknya. Satu masih honorer, satu nganggur dan satu lainnya seorang hafidz quran.
Enam dari sembilan anak Mualim lainnya sudah berkeluarga.
Sang anak Asri yang juga kerap membantu ayahnya di bengkel mengaku sangat menyayangkan peristiwa itu. Terlebih tiga saudaranya masih bergantung pada usaha jerih payah sang ayah.