Kerusuhan Wamena, 28 Nyawa Melayang, 6 Orang Ditangkap Polisi
Sebelumnya pada Senin (23/9/2019) polisi mengungkapkan ada 17 orang yang meninggal dunia akibat kerusuhan yang terjadi pada siang harinya.
Kerusuhan yang terjadi di Wamena juga menyebabkan warga setempat ketakutan dan memilih mengungsi di tempat aman.
Laporan Kompas.com, sebanyak 1500 orang mengungsi di Markas Kodim 1702 Jayawijaya pada Senin (23/9/2019).
"Saat ini ada 1.500 orang. Kondisi pengungsi sehat, mereka mengamankan diri," ujar Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto.
Tak hanya di Kodim, pusat pengungsian juga ada di Mapolres Jayawijaya.
Sekitar tiga ribu warga mengungsi di tempat tersebut.
Bahkan warga juga mengungsi di salah satu rumah anggota polisi.
Mereka mengungasi lantaran masih takut jika suatu saat keadaan kembali rusuh.
Wagub dan Finalis Kaka Kandi Sulbar Kunjungi Lapas Perempuan Mamuju
Tantang Bupati di Pilkada 2020, Wabup Luwu Timur Daftar di Golkar
BREAKING NEWS: Pemkab Maros Berduka, Camat Cenrana Andi Paranrengi Meninggal Dunia
Selain itu, dari sebagian warga yang mengungsi, meraka juga kehilangan rumah akibat dibakar massa.
Tak hanya itu, pasca kerusuhan di Wamena, pemerintah kembali membatasi akses Internet.
Kemkominfo meminta kepada operator seluler yang ada di Wamena agar membatasi akses Internet atau throttling.
"Pak Menteri sudah meminta operator untuk membatasi layanan data di Wamena dan sudah dilakukan oleh operator," kata Plt Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo, Ferdinandus Setu.
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja mengungkapkan penyebab kerusuhan dari aksi demonstrasi ini awalnya dipicu oleh kabar hoaks soal ujaran rasial dari seorang guru kepada muridnya di sebuah SMA.
Pihak kepolisian telah melakukan penelusuran terkait ujaran rasial yang dilakukan oleh guru tersebut.
Kemudian didapatkan kenyataan kabar ujaran rasial tersebut dipastikan hoaks.
"Guru tersebut sudah kami tanya dan tidak ada kalimat rasis, itu sudah kami pastikan," ujar Kapolda Papua.