Menikmati Rawon Setan, Kuliner Favorit di Kota Surabaya
Dari Bandara Internasional Djuanda ke Rawon Setan yang kami datangi berjarak 20 km. Butuh waktu perjalanan sekira 50 menit mengendarai mobil.
Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
JAM baru saja menunjukkan pukul 13.00 saat kami tiba di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, Sabtu (21/9/2019).
Sementara jadwal kereta api yang rencana kami tumpangi dari Surabaya ke Semarang sesuai tiket berangkat pukul 16.30 WIB.
Berarti masih ada waktu sekitar tiga jam. Kesempatan itu kami gunakan mencari tempat kuliner khas Kota Pahlawan.
Kami kemudian memilih Rawon Setan. Seram juga namanya, hehehe...
Tapi inilah salah satu kuliner favorit warga Kota Surabaya.
Ada beberapa rawon setan di kota berpenduduk 3 juta jiwa (data Disdukcapil Surabaya, Januari 2019) ini.
BACA JUGA
Tapi paling banyak dikunjungi adalah Rawon Setan di Jalan Embong Malang. Berada tepat di samping Hotel JW Mariot.
Berdekatan pula dengan RM Lontong Balap Pak Gendut Surabaya, salah satu tempat makan terkenal juga di kota ini.
Inilah kali pertama saya berkunjung di rumah makan ini.

Dari Bandara Internasional Djuanda ke Rawon Setan yang kami datangi berjarak 20 km.
Butuh waktu perjalanan sekira 50 menit mengendarai mobil atau sepeda motor.
Kalau dari Tunjungan Plaza ke Rawon Setan cukup berjalan kaki karena hanya berjarak kurang lebih 400 meter.
Di dinding rumah makan ini ditempel foto-foto sejumlah artis dan pejabat negara yang pernah makan di tempat ini.
Terlihat di antaranya foto mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri, Mendagri Tjahjo Kumolo dan sejumlah tokoh lainnya.
Walau menyematkan kata setan, namun makanan berkuah yang disajikan di Rawon Setan sama dengan rawon di daerah lain.
Penganan seperti sup atau soto yang memiliki bahan dasar daging sapi dipotong-potong kecil dan dimasak dengan bumbu seperti kluwek/pucung, lengkuas, ketumbar, serai dan lain-lain.
Rawon pun selalu disajikan bersama nasi putih hangat.
Yang khas di Rawon Setan yakni potongan daging sapinya berukuran besar dan berasa empuk ketika digigit.
Kuahnya yang hitam legam berasa gurih yang sanggup menambah selera makan.

Kembali ke laptop. Eh maksud saya kembali soal Rawon Setan.
Rumah makan ini katanya selalu ramai sejak dibuka pukul tujuh pagi hingga pukul 10 malam.
Harga? Siang itu kami membayar Rp 180 ribu untuk empat porsi.
Sudah termasuk empat es teh dan sebungkus kripik.
Rasanya menggugah selera para pecinta kuliner.
- 20 Ribu Pelanggan PDAM Makassar Krisis Air Bersih
- Polisi Usut Kasus Peluru Nyasar Ibu Hamil di Makassar, Proyektil Diuji Labfor
Sejarah
Dari beberapa sumber menyebut, Rawon Setan ini pertama kali dirintis Mbah Musiati sejak tahun 1953.
Awalnya warung Mbah Musiati sangat sederhana. Tapi sudah menetap di pinggir Jalan Embong Malang.
Nah Mbah Musiati ini membuka warung usahanya pada jam yang tidak biasa yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari.
Sasarannya melayani para pekerja malam.
Kian lama warungnya makin ramai dikunjungi.
Dari warung sederhana, Mbah Musiati kemudian menyewa ruko pada 2004. Masih di jalan yang sama.
Kini usaha Mbah Musiati dilanjutkan anak dan cucunya. Masing-masing telah membuka Rawon Setan di beberapa tempat.
- Kupa Royal Tawarkan Promo Pameran Property & Building Material Expo 2019
- Bendung Lekopancing Mengering, Suplai Air ke Makassar dan Maros Terganggu
Selain di Jalan Embong Malang, Rawon Setan juga hadir di Jalan Tunjungan dan beberapa mal dan pujasera di Kota Surabaya.
Mereka semua membuka warung dengan nama brand yang sama yaitu warung rawon setan.
Hanya saja ditambah nama masing-masing pemilik di belakang penamaan Rawon Setan. Soal cita rasa nyaris sama.
Kini seiring banyaknya peminat kuliner satu ini, warung-warung penyedia Rawon Setan itu kini mulai buka sejak pukul 07.30 hingga 22.00 WIB.
Tidak lagi pada jam tengah malam.
Jadi tidak perlu khawatir keluar tengah malam untuk menyicipi makanan khas Surabaya ini. (*)