Duh! Demo di KPK, Demonstran Tak Tahu Tuntutan dan Nama Pimpinan KPK Didemo, Segini Uang Dibagikan
Duh! demo di KPK, demonstran tak tahu tuntutan dan nama pimpinan KPK didemo hingga nilai uang dibagikan
TRIBUN-TIMUR.COM - Duh! demo di KPK, demonstran tak tahu tuntutan dan nama pimpinan KPK didemo hingga nilai uang dibagikan.
Cerita dari demo atau unjuk rasa di Gedung Merah Putih, KPK.
Gedung Merah Putih yang merupakan markas Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK ) didatangi demonstran dari sejumlah kelompok masyarakat sejak Senin (16/9/2019) siang hingga Senin sore.
Massa yang umumnya berusia muda itu meneriakkan aspirasi serupa, yaitu meminta para pimpinan KPK, terutama Agus Rahardjo, Laode M Syarif, dan Saut Situmorang, mundur atau dipecat dari jabatannya.
"Kami juga meminta presiden memecat lima komisioner yang lama atas tindakan mereka yang membuat gaduh atau yang dikatakan agitasi propaganda sehingga terjadi konflik antara lembaga KPK dengan pemerintah dan DPR," kata orator dengan nada suara lantang.
Namun, tak semua demonstran memahami tuntutan tersebut.
Bahkan, ada demonstran yang tak mengenal nama-nama pimpinan KPK.
Yanti, salah seorang demonstran, seolah bisu saat ditanya siapa nama pimpinan KPK.
"Enggak tahu siapa," kata Yanti ketika ditanya saat mengikuti aksi.
Yanti juga tak menjawab panjang lebar saat ditanya mengenai tuntutan unjuk rasa.
Ia juga mengelak saat ditanya apakah mendapat imbalan untuk mengikuti aksi tersebut.
"Saya juga enggak tahu, saya diajak saja. Enggak ada, enggak ada (imbalan)," ujar dia sambil malu-malu.
Sobirin, salah seorang demonstran lainnya, juga tak paham betul terkait hal-hal yang disuarakan orator dari atas mobil komando.
"Penurunan ini saja, penggantian, saya tahu dari media sosial," kata Sobirin.
Saat ditanya lebih lanjut mengenai tujuan aksi tersebut, Sobirin meminta awak media bertanya kepada panitia.
"Tanya korlapnya saja lebih jelas, tanya korlapnya," kata dia.
Wati, demonstran yang datang dari Johar Baru, Jakarta Pusat.
Ia mengaku hanya ikut-ikutan menjadi peserta unjuk rasa.
"Enggak tahu (tujuan unjuk rasa), hanya ikut saja, enggak tahu," kata dia.
Harap Novel Baswedan Ditangkap
Sementara itu, seorang demonstran lain yang bernama Ken dari Aliansi Relawan Jokowi mengakui ada uang pecahan Rp 50 ribu yang dibagi-bagikan kepada demonstran.
Ken mengatakan, pembagian uang itu merupakan simbol dari nazar salah satu kelompok yang mengikuti aksi.
Ken enggan ikut-ikutan menerima uang tersebut.
"Nazar kalau Novel Baswedan ini ditangkap," kata dia.
"Makanya ngeri juga saya. Makanya saya di sini tadi, orang kalau dikasih uang kan tahu sendiri," kata Ken yang datang dari kawasan Harmoni, Jakarta Pusat.
Ken menuntut Novel ditangkap karena dianggap telah mengkhianati Jokowi dengan mengkritik Jokowi soal revisi Undang-Undang KPK.
"Dia kan sudah banyak dibantuin Pak Jokowi, tapi kenapa dia kok malah menjelekkan Pak Jokowi, kan aneh kesannya," ujar Ken lagi.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, jumlah demonstran Senin kemarin lebih banyak dari hari-hari biasanya.
Kelompok-kelompok peserta aksi pun datang bergantian ke depan Gedung KPK menggunakan Metromini dan Kopaja.
Kendati demikian, tak semua demonstran merapat ke mobil komando yang diparkir tepat di depan Gedung Merah Putih KPK.
Tak sedikit demonstran yang justru memilih duduk-duduk di bawah pohon sambil melepas dahaga mereka.
Para demonstran tampak membawa sejumlah atribut seperti spanduk, poster, dan bendera merah putih.
Spanduk dan poster yang mereka bawa umumnya menyuarakan dukungan terhadap revisi UU KPK, dukungan terhadap lima pimpinan KPK yang baru, serta desakan bagi pimpinan KPK yang ada untuk mundur.
Aksi unjuk rasa yang berlangsung hari ini terlihat semarak lantaran ada beberapa peserta aksi yang datang mengenakan seragam sekolah dasar serta pakaian adat nusantara.
Adapun situasi unjuk rasa terpantau kondusif hingga bubar pada Senin sore.
Jumlah aparat kepolisian yang berjaga pun tampak lebih banyak selepas unjuk rasa yang berujung pada kericuhan pekan lalu.
Ngaku Dibayar Rp 50 Ribu
Sebelumnya diberitakan, seorang demonstan mengaku dibayar Rp 50 ribu untuk demo di KPK, dukung revisi UU KPK.
Arief (15) datang ke Gedung Merah Putih, KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/9/2019) sore.
Pemuda yang mengaku pelajar ini terlihat bersama gerombolan seusianya duduk di trotoar depan KPK bersama massa bernama Corong.
Saat ditanya, Arief mengaku ikut aksi ini diajak oleh seorang temannya yang sama-sama dari Kampung Pulo, Jakarta Timur.
"Iya ikut ini, dijanjiin dibayar gocap ( Rp 50 ribu) setelah bubar," kata dia.
Dia mengaku tak begitu memahami apa yang disampaikan oleh massa.
"Ya gitu aja dukung Jokowi revisi UU," ucapnya singkat.
Sementara itu, remaja lain dari massa lainnya yang ditanya enggan menjawab pertanyaan yang sama.

Mereka hanya menjawab mereka diajak oleh orang dewasa dalam aksi.
Namun, dari sejumlah informasi di lapangan, massa dibayar bervariasi Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu.
Tribunnews.com pun mencoba menanyakan hal itu pada seorang koordinator lapangan yang mengaku dari Jakarta Pusat.
Perempuan berinisial T ini membantah massa yang datang ini dibayar.
"Saya datang ke sini karena benar-benar dari membela Jokowi sejak dulu saya bagian Seknas Jokowi. Saya enggak tau kalau mereka ini dibayar, enggak tau beda tempat," ujar dia saat ditanyai langsung.
Dari pantauan Tribunews.com, selain para remaja, sejumlah anak-anak juga ikut terlibat dalam aksi hari ini untuk mendukung revisi UU KPK usulan DPR, membubarkan wadah pegawai KPK, serta meminta segera melantik Komisioner KPK yang telah dipilih oleh DPR dan meminta Presiden RI segera melantik komisioner KPK RI periode 2019-2023.
Padahal menurut Pasal 87 UU 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak-anak dilarang terlibat unjuk rasa.
Massa Minta Agus Rahardjo Cs Hengkang dari KPK
Koordinator massa Himpunan Aktivis Millenial Indonesia, Asep Irama dari mobil komando, menyampaikan orasinya agar pimpinan KPK, baik Agus Rahardjo dan Saut Situmorng serta La Ode Muhammad Syarif segera angkat kaki dari KPK.
"Kami meminta pimpinan KPK Agus Rahardjo, Saut Situmorang, La Ode M Syarif segera turun, jika tak sanggup lagi memimpin. Kami minta Pak Jokowi segera lantik pimpinan KPK baru," ujar Asep di gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan, Sabtu (14/9/2019).
Massa pun masih meminta meminta pencopotan kain hitam di logo KPK, yang ternyata telah dicopot sebelum massa tiba.
Bersamaan dengan massa Himpunan Aktivis Millenial Indonesia dua massa lain yang bernama Aliansi Rakyat Lawan Korupsi dan Solidaritas Pemuda Nasionalis.
Mereka berorasi bergantiaan untuk menyampaikan hal yang sama.