Tribun Wiki
Kpop Idol Tiffany Young Akui Derita Skoliosis, Simak Ulasan Penyakit Ini, Begini Kondisi Tulangnya
Member Girl's Generation atau SNSD ini pun menutupi kondisinya itu dengan fashion.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Siapa yang tidak mengenal Tiffany Young.
Ia merupakan salah satu K-Pop idol yang memiliki banyak fans di Indonesia.
Ia akan menghibur para penggemarnya di Indonesia.
Namun, dua pekan sebelum manggung di Indonesia, Tiffany Young menceritakan soal kondisi kesehatannya.
TRIBUNWIKI: Usai Comeback, Simak Lirik Lagu Magnetic Moon By Tiffany Young
TRIBUNWIKI: Sukses Solo Karier dan Dijadwalkan Tur Keliling Amerika Utara, Ini Profil Tiffany Young
Ini Ulasan Penyakit Mata yang Disebut Jadi Alasan Thareq Kemal Habibie Pakai Penutup Mata Sebelah
Dilansir dari Grid Id, Tiffany Young mengaku menderita penyakit skoliosis.
Skoliosis merupakan suatu kondisi tulang belakang melengkung, seperti huruf C atau S.
Member Girl's Generation atau SNSD ini pun menutupi kondisinya itu dengan fashion.
"Rasa sakit dan kelemahan itu menjadi kekuatan bagiku," ungkapnya dikutip dari Soompi, Minggu (15/9/2019).
"Aku berlatih dua kali lebih banyak dari orang lain, menjaga kesehatanku dan menjadi sedikit terobsesi dengan fashion untuk menutupi itu," terangnya.
Kendati demikian, Tiffanny tetap terbuka soal masalah penyakit yang dideritanya.
"Daripada berpikir, aku tidak seharusnya membiarkan orang lain tahu tengah rasa sakitku, aku berpikir sebaliknya," lanjutnya.
"Aku adalah siapa aku hari ini karena aku telah mengatasi skoliosis."
"Aku juga ingin membantu anak muda dengan ini jika bisa," jelasnya.
"Ada banyak atlet, balerina, atau model yang juga menderita karena skoliosis."
"Tetapi tidak ada banyak kesadaran tentang ini," Papar Tiffany.
Penyanyi berusia 30 tahun ini juga mengakui ketika ia masih muda, seorang dokter mengatakan padanya bahwa ia tidak akan pernah bisa debut.
Namun ia tidak ingin menyerah begitu saja pada perkataan dokter.

"Aku berkata, 'Tidak. Aku baik-baik saja. Aku akan mengatasi ini dan melakukan lebih baik'."
"Aku mengatur segala sesuatu tentang diriku, seperti tubuhku, kesehatanku, dan bahkan bagaimana aku bernapas dan berdiri," ujarnya.
Dalam wawancara itu, pelantun Magnetic Moon ini juga menungkap pengalamannya mengikuti audisi untuk peran akting di Amerika Serikat.
Sayangnya, ia gagal lolos dan hal ini membuatnya jadi frustasi.
"Ada tawaran akting yang aku terima baru-baru ini yang hampir pada titik itu sedang dikonfirmasi."
"Aku senang karena itu seperti surat penerimaan perguruan tinggi," ungkapnya.
"Tawaran itu mengatakan, 'Ini adalah peran yang sangat cocok untuk Tiffany'," lanjutnya.
Tiffany Young mengatakan ia tidak mendapatkan peran tersebut lantaran dinilai terlalu muda.
"Ketika aku melakukan tes kamera, mereka berkata bahwa aku terlihat terlalu muda," imbuhnya.
Setelah gagal, Tiffany pun kembali fokus pada karier musiknya.
"Musik masih merupakan ruang di mana aku mengatasi perasaanku," tutur dia.
Tiffanny kini tengah sibuk mempromosikan single terbarunya, Magnetic Moon.
Pada akhir bulan ini, tepatnya 28 September 2019, Tiffany akan ikut meramaikan acara Super K-Pop Festival di ICE BSD Hall, Tangerang, Banten itu.
Ia berjanji akan menunjukkan penampilan kerennya di Indonesia.
"Aku senang dan bersemangat untuk datang ke konser Super K-Pop Festival (SKF) yang diadakan pada 28 September."
"Aku sedang mempersiapkan penampilan keren untuk kalian. Tolong nantikan ya," ujar Tiffany.
Apa Itu Skoliosis?
Dilansir dari wikipedia, Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang belakang.
Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan yang tidak diketahui penyebabnya.
Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu, seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya.
Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang menjadi melengkung.
Ahli bedah tulang (ortopedi) mengklasifikasikan idiofatik skoliosis ke dalam empat kategori berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama kalinya.
Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak, remaja, pada remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa.
Pembagian
Dalam perkembangannya, Scoliosis lebih lanjut Pada umumnya dibagi atas dua kategori diantaranya adalah Scoliosis Struktural dan Non Struktural.
Scoliosis Struktural
Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi vertebra yang menetap. Rotasi vertebra terbesar terjadi pada apex.
Jika kurva bertambah maka rotasi juga bertambah.
Rotasi ini menyebabkan saat foward bending costa menonjol membentuk hump di sisi convex. Sebaliknya dada lebih menonjol di sisi concav.
Scoliosis struktural tidak dapat dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.
Scoliosis Fungsional
Disebut juga Fungsional Scoliosis / Postural Scoliosis.
Suatu kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh oleh posisi.
Di sini tidak ada rotasi vertebra.
Umumnya foward/side bending atau posisi supine/prone dapat mengoreksi scoliosis ini.
Klasifikasi Scoliosis berdasarkan etiologi
Etiologi Scoliosis Struktural:
- Idiophatic: sekitar 75-85 %. Onset umumnya adolescent. Lebih banyak pada wanita. Secara teori dikaitkan dengan malformasi tulang selama pertumbuhan, kelemahan otot di satu sisi, postur abnormal, dan distribusi abnormal muscle spindle otot paraspinal.
- Neuromuscular: 15 – 20 %, seperti CP, myelomeningocele, neurofibromatosis, Polio, paraplegi traumatik, DMD, dll
- Osteopathic: congenital (hemivertebra) atau acquired ( rickets, frakture, dll )
Etiologi Scoliosis Nonstruktural:
- Leg length discrepancy: True LLD atau Apparent LLD.
- Spasme otot punggung
- Habitual asymmetric posture
Penyebab Skoliosis
Sebagian besar kasus skoliosis tidak ditemukan penyebabnya (idiopatik). Namun, terdapat beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya skoliosis, yaitu:
- Cedera tulang belakang
- Infeksi tulang belakang
- Bantalan dan sendi tulang belakang yang mulai aus akibat usia (skoliosis degeneratif)
- Bawaan lahir (skoliosis kongenital)
- Gangguan saraf dan otot (skoliosis neuromuskular), misalnya penyakit distrofi otot atau cerebral palsy.
Diagnosis Skoliosis
Diagnosis skoliosis dilakukan oleh dokter dimulai dengan menanyakan gejala yang dialami pasien dan penyakit yang pernah dialami.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.
Dalam pemeriksaan fisik, dokter akan meminta pasien untuk berdiri atau membungkuk.
Dokter juga akan memeriksa kondisi saraf untuk mengetahui apakah ada otot yang lemah, kaku, atau menunjukkan refleks yang abnormal.
Selain pemeriksaan fisik, doter juga dapat melakukan pemeriksaan foto Rontgen dan CT scan untuk memastikan adanya skoliosis dan mengetahui tingkat keparahan lengkungan tulang belakang.
Jika dokter mencurigai kelainan pada tulang belakang disebabkan oleh hal lain, maka dokter dapat melakukan pemindaian dengan MRI.
Terapi Skoliosis
Penanganan skoliosis dilakukan berdasarkan tingkat keparahan, usia, serta kondisi lengkungan tulang belakang.
Terapi skoliosis pada anak-anak
Pengobatan belum diperlukan untuk skoliosis yang ringan, mengingat tulang belakangnya masih dapat kembali lurus saat usia anak-anak bertambah.
Meski demikian, perkembangan penyakit perlu terus diamati oleh dokter.
Dengan pemeriksaan rutin ke dokter, dapat diketahui perkembangan kondisi tulang yang melengkung.
Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan foto Rontgen untuk memantaunya.
Pada skoliosis yang lebih parah, anak akan diminta untuk mengenakan penyangga tulang belakang.
Penyangga ini tidak dapat meluruskan tulang kembali, namun dapat mencegah lengkungan tulang belakang bertambah parah.
Penyangga biasanya terbuat dari plastik yang dikenakan di bawah lengan, sekitar tulang rusuk, serta bagian bawah punggung dan pinggul.
Bentuknya disesuaikan dengan bentuk tubuh sehingga hampir tidak terlihat jika mengenakan pakaian.
Agar lebih efektif, penyangga ini perlu dikenakan sepanjang hari, kecuali saat anak berolahraga.
Terapi skoliosis pada orang dewasa
Untuk penderita dewasa, di mana skoliosis sering menimbulkan keluhan nyeri punggung, terapi yang dilakukan dokter dapat berupa:
- Pemberian obat pereda nyeri
Untuk meredakan peradangan dan nyeri, dokter akan memberikan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen.
- Suntik kortikosteroid di rongga tulang belakang
Suntikan kortikosteroid diberikan jika penderita mengalami tekanan pada saraf tulang belakang, sehingga menimbulkan rasa nyeri, kaku, atau kesemutan.
Suntikan ini hanya bekerja dalam jangka waktu yang pendek, yaitu sekitar beberapa minggu atau beberapa bulan.
Paling Rentang Terjadi Pada Anak Perempuan
Diketahui jika riwayat keluarga merupakan salah satu faktor utama mengapa Si Kecil mengidap skoliosis.
Maka dari itu, apabila di antara ayah dan ibu mengidap skoliosis, ada kemungkinan akan diturunkan pada Si Kecil.
Faktor selanjutnya adalah jenis kelamin, baik perempuan dan laki-laki memiliki kemungkinan yang sama mengalami skoliosis.
Namun, perempuan lebih berada pada risiko yang jauh lebih tinggi mengalami skoliosis.
Apabila kondisi skoliosis semakin parah, maka tulang rusuk bisa menekan paru-paru dan jantung.
Sehingga membuatnya lebih sulit untuk bernapas dan kerja jantung akan lebih keras untuk memompa darah.
Apabila Si Kecil menunjukan gejala-gejala skoliosis, maka dengan segera periksakan ke dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Nantinya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menggunakan x-ray, radiografi tulang belakang, CT scan atau MRI.
Sumber berita: https://www.grid.id/read/041852690/dua-pekan-sebelum-manggung-di-skf-indonesia-tiffany-young-snsd-ungkap-menderita-skoliosis?page=all
Foto: Ilustrasi skoliosis yang rentan terjadi pada anak perempuan/Sripoku.com