Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

OPINI - Buku, Baitul Hikmah dan Kota Dunia

Penulis adalah Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) - Pengajar/peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Editor: Aldy
handover
Sudirman Nasir 

Al Mutawakkil maupun Hulagu tidak menyadari pentingnya buku dan ilmu pengetahuan dan hal itu pula yang membuat imperium Mongol tak bertahan lama.

Baca: Polres Luwu Utara Sembelih 16 Sapi dan 3 Kambing

Perangai Ilmiah
Peradaban manusia modern bercirikan peradaban yang dibangun dengan dasar ilmu pengetahuan di mana peran buku (cetak maupun digital) sangat penting.

Ilmu pengetahuan merupakan hasil sinergi antara salah satu sifat dasar manusia yaitu rasa ingin tahu (spirit of inquiry), yang dipicu dan disalurkan melalui observasi empiris, dengan kemampuan unik manusia, yakni rasionalitas. Hasilnya adalah sebuah revolusi intelektual.

Di Eropa, revolusi tersebut dikenal sebagai Masa Pencerahan, yang dimulai sekitar 3 abad lalu.

Di Indonesia, cahaya pencerahan mulai terlihat kurang lebih 100 tahun lalu ketika sejumlah tokoh mulai berhasrat untuk maju dan menuliskan pergulatannya tentang ide-ide pencerahan, yakni rasionalitas, intelektualitas, dan kebebasan.

Sosok seperti Kartini di Jawa maupun Colliq Pujie di Sulawesi, Sosrokartono (kakak Kartini), Raden Saleh dan tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya seperti Tirto Adisoeryo, Mas Marko, Cokroaminoto, Cipto Mangunkusomo, Soetomo, Semaoun, Soekarno, Hatta, Syahrir dan sebagainya menanam benih-benih kecintaan pada buku dan ilmu pengetahuan sebagai bagian dari upaya pembebasan.

Keberadaan Indonesia memang dimulai sebagai sebuah proyek intelektual.

Berbagai organisasi seperti Budi Utomo, Syarekat Islam, Muhammadiyah maupun Nahdhatul Ulama semula didirikan untuk memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Baca: Warga Dusun Pangaleroang Majene Kurban 1 Ekor Sapi dan 4 Ekor Kambing

Organisasi-organisasi ini membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia melalui gerakan-gerakan pencerahan dan penyebaran ilmu pengetahuan.

Organisasi-organisasi tersebut selalu mengutamakan buku dan perputakaan.

Tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi tersebut sebenarnya telah berusaha menyemai budaya ilmiah (scientific culture) atau perangai ilmiah (scientific temper).

Kini, lebih dari setengah abad kemerdekaan Indonesia, telah banyak yang kita lalui, tapi tak sedikit pula tujuan ideal pendirian bangsa ini yang belum tercapai.

Tujuan-tujuan ideal itu sebenarnya termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang secara filosofis merupakan pedoman berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Masalahnya, kita menghadapi banyak hambatan dalam mewujudkan tujuan-tujuan ideal itu.

Selain aspek-aspek lain seperti perlunya pemerintahan yang bersih dan efektif, sumbangan ilmu pengetahuan (sains dan teknologi) melalui buku/tulisan juga sangat diperlukan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved