Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Putri Tukang Becak Herayati Lulusan S1-S2 ITB Ketiban Rejeki Nomplok, Perjuangannya Tak Sia-sia

Putri tukang becak Herayati lulusan S1-S2 ITB ketiban rejeki nomplok, diterima jadi dosen dan dapat hadiah umrah.

Editor: Edi Sumardi
ITB/KOMPAS.COM
Keterbatasan tak menghentikan langkah Herayati untuk mengejar impiannya. Inilah kisah seorang anak tukang becak yang sudah jadi dosen di usia muda. 

"Semoga Allah takdirkan menjadi seorang pendidik atau dosen muslimah yang berhati mulia ikhlas dan sabar tanpa batas," kata Irmawati.

Perjuangan Herayati

Perjuangan Herayati dalam meraih gelar S1 dari ITB pernah diberitakan TribunJabar.id pada Juli 2018.

Meskipun berasal dari keluarga tak mampu, Herayati berhasil lulus predikat cum laude dengan IPK 3,77 dari ITB.

Bahkan, putri dari pasangan suami istri Sawiri (66) dan Durah (62) ini sempat mendapatkan IP 4,00 pada semester lima.

Pekerjaan ayahnya yang hanya sebagai tukang becak di daerah Perumahan Krakatau Steel, Cilegon, Banten, bukan dijadikan alasan baginya untuk berhenti berjuang.

Hebatnya lagi, Herayati atau akrab disapa Hera juga merupakan mahasiswi langganan penghargaan Dean’st List, enam kali berturut-turut.

Dean'st list adalah penghargaan dari Dekan FMIPA karena prestasi akademik yang baik berturut-turut sejak semester 1 2015 sampai semester 1 2017 memiliki nilai rata-rata (NR) selalu di atas 3.5.

Selain berhasil lulus program sarjana dan yudisium cum laude, Hera juga mengikuti perkuliahan program magister melalui program jalur cepat S1 – S2 (fast track) dan telah menyelesaikan 12 SKS mata kuliah program magister dengan nilai rata-rata 3.75.

Prestasi lainnya, dia juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam acara Asia Pasific Future Leader Conference 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Hera merupakan wisudawan dari program studi kimia, FMIPA ITB yang telah diwisuda pada wisuda ketiga ITB tahun akademik 2017/2018, di Sabuga, Kota Bandung Sabtu (21/7/2018).

Saat ditemui TribunJabar.id di Sabuga, Hera bercerita, dia mulai tertarik untuk masuk ITB sejak berada di kelas sembilan SMP.

"Saya masuk ITB tahun 2014. Awalnya diceritakan sama guru SMP yang alumnus ITB, dan beliau ternyata dapat beasiswa full. Dari situ Hera pengen kuliah tapi dapat beasiswa full," ujarnya.

"Nah yang Hera tahu cuma ITB doang. Yang dipikiran cuma ITB dan ITB. Selain itu, Hera juga suka sama kimia pas SMA. Dan jurusan kimia terbaik di Indonesia memang ada di ITB."

Keinginan masuk ITB pun sempat dia utarakan kepada kedua orangtuanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved