Sanggar Seni Waisapalelean Wakili Mamasa di PIFAF Polman, Ini yang Ditampilkan
Sanggar seni Waisapalelean dibawah bimbingan Aditya Ricci Alui, dengan melibatkan pemuda pemudi asal Mamasa.
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Sudirman
TRIBUNMAMASA.COM, POLEWALI - Sanggar seni Waisapalelean, salah satu sanggar seni asal Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Sanggar seni Waisapalelean dibawah bimbingan Aditya Ricci Alui, dengan melibatkan pemuda pemudi asal Mamasa.
Sanggar seni ini selalu mengikuti event, baik di Kabupaten Mamasa, maupun di luar daerah.
Bahkan sanggar seni Waisapalelean, ikut tampil di PIFAF.
Siang ini Kabupaten Mamasa Diprediksi Berawan, Segini Kecepatan Anginnya
Dua Kelompok Pemuda di Jl Banta-bantaeng Terlibat Tawuran, Ini Pemicunya
Tingkatkan Kreativitas Pemuda Bulukumba, Sabtu Keren Gelar Festival di Tanjung Bira
VIDEO: Proses Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang PT Vale
Pada pertunjukan seni yang digelar pada Sabtu (3/8/2019) malam, sanggar seni Waisapalelean menampilkan beberapa karya seni.
Beberapa diantaranya yaitu Tari Bulu Londong, dan Tari Malluya, yang dikolaborasikan Musik Bambu (Pompang).
Perwakilan sanggar seni Waisapalelean, Aditya mengatakan, karya seni yang ia tampilkan tidak sekedar tarian saja, melainkan memiliki makna.
Misalnya tari Bulu Londong. Tarian ini pada zaman dahulu digunakan sebagai tarian perang.
Tarian ini dibawakan oleh penari pria dengan berpakaian tradisional, dan bersenjata lengkap layaknya prajurit perang pada zaman dahulu.
Tarian bulu londong pada zaman dahulu digunakan sebagai tarian perang oleh prajurit, setelah pulang dari medan perang dan berhasil menaklukkan musuhnya.
Dengan begitu, tarian ini merupakan tarian kemenangan bagi prajurit perang pada masa itu.
Namun di masa sekarang, tarian bulu londong tak lagi digunakan sebagai tarian perang.
Tarian ini digunakan sebagai wujud penghormatan leluhur, dan kerap digunakan sebagai tarian penyambutan pada berbagai kegiatan.
Baik perayaan hari raya besar, maupun festival seni dan budaya.
Begitupun dengan Tari Malluya, yang digunakan sebagai tarian penyambutan bagi tokoh-tokoh besar.
Tarian ini juga sering digunakan pada kegiatan festival, dan pertunjukan seni lainnya.
Tarian ini dikolaborasikan dengan musik pompang.
Kata Aditya, dalam sejarahnya, Musik pompang pertama kali dipopulerkan oleh para pengembala kerbau di daerah Mamasa.
Lambat laun, musik pompang ini digemari oleh masyarakat Mamasa pada umumnya.
Dengan demikian, musik bambu inipun sering ditampilkan pada event seni dan budaya, serta berbagai kegiatan lainnya.
Tampil di acara PIFAF, Aditya merasa bangga, sebab dapat mewakili Kabupaten Mamasa.
"Kita berharap, penampilan sanggar seni Waisapalelean dapat membawa harum nama Mamasa," kata Aditya kepada Tribunmamasa.com Minggu (4/8/2019) pagi.
Laporan wartawan @rexta_sammy
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur:
Siang ini Kabupaten Mamasa Diprediksi Berawan, Segini Kecepatan Anginnya
Dua Kelompok Pemuda di Jl Banta-bantaeng Terlibat Tawuran, Ini Pemicunya
Tingkatkan Kreativitas Pemuda Bulukumba, Sabtu Keren Gelar Festival di Tanjung Bira