Murid Berunjukrasa di SD Kaccia Makassar, Apa Masalahnya?
Pengunjukrasa yabg teridiri dari orang tua murid dan murid SD Kaccia terlihat membawa sejumlah poster yang bertuliskan 'copot dan audit kepala sekolah
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sejumlah orangtua murid berunjukrasa di SD Negeri Kaccia, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Makassar, Sabtu (3/8/2019) siang.
Unjukrasa terkait pengelolaan dana bos dan adanya pungutan ke orang tua murid.
Pengunjukrasa yabg teridiri dari orangtua dan murid SD Kaccia terlihat membawa sejumlah poster yang bertuliskan 'copot dan audit kepala sekolah Kaccia terkait dana bos'.
Menurut pengunjukrasa, pengelolaan Dana Bos di SD Kaccia tidak transparan.
Absen saat PSM Jamu Persija, Klok Tunangan dengan Kekasihnya di Bali
Maju di Pilawali Makassar, Syarifuddin Temui Sekjen DPP Demokrat dan Kumpul KTP
Koperasi Alumni Unhas Resmi Berkantor di Setiabudi Tengah Jakarta
Begitu juga dengan adanya pungutuan yang dianggap membebani orangtua murid.
"Kalau kita bicara transparansi, tolong perlihatkan juknisnya pengelolaan dana bos di SD Kaccia, bahwa seperti inilah pos-posnya," kata seorang pengunjukrasa, Sialella Naba.
Kepala SD Negeri Kaccia Masyita, membantah tudingan yang dialamatkan kedirinya.
Menurutnya, dana bos yang dikelola SD Negeri Kaccia sudah terdapat laporan pertanggungjawabnya.
Absen saat PSM Jamu Persija, Klok Tunangan dengan Kekasihnya di Bali
Maju di Pilawali Makassar, Syarifuddin Temui Sekjen DPP Demokrat dan Kumpul KTP
Koperasi Alumni Unhas Resmi Berkantor di Setiabudi Tengah Jakarta
"Jadi saya bilang yang berhak mengaudit Dana Bos bukan kita semua orangtua murid. Lagian pula saya tidak pernah menyalahgunakan dana bos, ada semua pertanggunjawabannya," kata Masyita.
Terkait pungutan permintaan dana sumbangan kata Masyita, sudah dirapatkan oleh pihak sekolah dan orangtua murid.
"Itupun kalau ada permintaan dana kayak sumbangan itu sudah dirapatkan semua dengan orangtua murid," katanya.
"Dan semua dana yang terkumpul bukan guru yang kumpulkan, tapi orangtua murid sendiri," ujarnya.
Permintaan dana sumbangan sebesar Rp 70 ribu kata Masyita itu untuk pembangunan panggung seni di sekolah tersebut.
Namun, pengerjaan panggung itu, kata Masyita terhenti sementara lantaran anggarannya tidak mencukupi.
Pengerjaannya sendiri kata Masyita merupakan komite sekolah.
Selain soal Dana Bos dan pungutan, pengunjukrasa yang juga diikuti oleh para murid itu juga membentangkan poster bertuliskan penolakan perpindahan seorang guru bernama Dahlan.
Namun, kata Masyita, perpindahan tersebut baru sebatas wacana dan atas permintaan Dahlan senidiri.
Aksi unjukrasa itu sempat mengganggu proses belajar-mengajar lantaran pihak sekolah dan orangtua murid melakukan pertemuan bersama. (*)
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Follow akun instagram Tribun Timur: