30 Tahun DPK di UMI Makassar, Niniek F Lantara Jadi Profesor Baru di Lingkup LLDikti IX Sulawesi
Dosen LLDikti Wilayah IX Sulawesi di Fakultas Ekonomi UMI Makassarini resmi menjadi profesor sejak 1 Agustus 2019.
Penulis: Arif Fuddin Usman | Editor: Arif Fuddin Usman
30 Tahun DPK di UMI Makassar, Niniek F Lantara Jadi Profesor Baru di Lingkup LLDikti IX Sulawesi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perjuangan panjang Dr A Niniek Fariati Lantara SE MSi menjadi seorang profesor di lingkungan akademis sebagai dosen, akhirnya terwujud.
Dosen Dipekerjakan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi atau LLDikti Wilayah IX Sulawesi di Fakultas Ekonomi UMI Makassar ini resmi menjadi profesor sejak 1 Agustus 2019.
Niniek Fariaty Lantara meraih jabatan tertinggi dalam profesi dosen menjadi profesor dalam bidang Ilmu Manajemen dengan angka kredit 897.
Baca: Simak Sinopsis dan Trailer Film Layar Lebar di Studio XXI MaRI, Lengkap dengan Jadwal
Baca: Wastefreeday Funbike di Sorowako, Bupati Lutim Minta Orang Tua Didik Anak Kurangi Sampah Plastik
Keputusan Menristekdikti dengan nomor 26055/M/KP/2019 tentang kenaikan jabatan akademik/fungsional dosen ditetapkan di Jakarta oleh Menristekdikti, Mohamad Nasir tertanggal 17 Juli 2019.
Prof Niniek F Lantara telah mengabdi selama 30 tahun lebih sebagai Dosen Penempatan Kopertis (DPK) di Fakultas Ekonomi UMI Makassar.
Pada masa Orde Baru, Ketua KPN Bung LLDikti IX ini pernah menjadi Ketua KNPI Sulsel serta menjadi anggota DPRD Sulsel dari Fraksi Golkar.

Selain itu pernah juga diberi amanah menjadi Rektor UVRI/UPRI Makassar selama satu periode.
Prof Niniek Lantara menyelesaikan S1 Fakultas Ekonomi Unhas, S2 Ekonomi PPs Unhas dan S3 Manajemen PPs UMI Makassar.
Prof Niniek Lantara ini merupakan profesor ke 57 di jajaran LLDikti Wilayah IX Sulawesi.
Baca: Di Depan Pansus Angket DPRD Sulsel, Inspektorat Tolak Beberkan Semua Pelanggaran Kabiro Umum
Baca: 2 HP Ini Pakai Kamera Pop Up, Pilih Realme X atau Vivo V15 Pro? Ini Spesifikasi Lengkap, Anda PIlih?
Data terakhir di LLDikti Wilayah IX Sulawesi ada 11 dosen yang sedang berproses berkasnya untuk menjadi profesor di Kemenristekdikti.
Kesebelas itu Dr Mursalim dari UMI Makassar, Dr Maemun Ibrahim (Universitas Gorontalo), Dr Onno Syahlania (UPRI Makasaar), Dr Zulkifli Razak (Unibos).
Lalu Dr Andi Tenri Ampa (Unismuh Makassar), Dr Darwis (Unismuh Makassar), Dr Salam Siku (Unibos), Poppi Andi Lolo (UKIP), Dr Eliza Meiyani (Unismuh Makassar), Dr Elifas Bunga (UPRI Makassar).
Pencapaian profesor Niniek Lantara ini merupakan yang pertama dari target yang hendak dicapai kepala LLDikti Wilayah IX Sulawesi Prof Dr Jasruddin MSi dalam periode kepemimpinannya.
Rektor UPRI Makassar
Sebelum kembali menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Musllim Indonesia (UMI) Makassar, Niniek F Lantara pernah menjadi rektor di kampus Universitas Pejuang Republik Indonesia atau UPRI Makassar.
Niniek F Lantara, dilantik menjadi Rektor UPRI periode 2013-2017, di Hotel Horison Makassar Sabtu (21/12/2013) lalu.
Saat itu, Andi Niniek mengatakan kepercayaan sebagai rektor ini merupakan amanah yang harus diemban dengan penuh rasa tanggung jawab, kesungguhan juga Integritas yang tinggi.
"Sangat bangga bercampur bahagia dipercyakan sebagai pimpinan Universitas sebesar UVRI," Jelas Niniek, Sabtu (21/12/2013).
Bagi Niniek, sebagai rektor adalah momentum UPRI untuk bangkit. Mensejajarkan diri dengan univeristas yang telah maju.
Dan tak kalah penting adalah menghasilkan lulusan UPRI yang berdaya saing.
Baca: Irish Bella Ubah Gaya, Rambut Dipotong Seleher & Ini Ngidam Hamil Anak Kembar Istri Ammar Zoni?
Baca: Kematian Aurellia Disebut Janggal, Ini 6 Fakta dari Tubuh Lebam hingga Calon Pembawa Baki Paskibra
"Untuk itu, kami akan memanfaatkan sumber daya yang telah dimiliki. Agar tercipta sinergitas dalam membangun Uvri kedepannya," papar Niniek.
A Niniek F Lantara terpilih melalui proses pemilihan rektor di kampus UPRI. Ia merupakan rektor ketujuh yang memimpin UVRI hingga 2017.
Hal pertama yang dilakukan saat itu membenahi masalah akademik, pengembangan sumber daya.
Tak luput pembenahan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung proses belajar mengajar di UPRI.
Saat menjabat rektor ketika itu, A Niniek F Lantara merupakan sosok yang memiliki andil besar dalam penyelesaian konflik internal.
Terutama konflik dualisme yayasan yang berujung berubahnya nama dari Universitas Veteran Republik Indonesia menjadi Universitas Pejuang RI.
"Tentunya masalah-masalah konflik akan diatasi dengan baik. Semoga dengan terpilih sebagai rektor yang baru, semuanya bisa selesai dengan baik," ujarnyasaat itu.
Selesaikan Studi Doktor
Andi Niniek Fariaty Lantara berhasil meraih gelar doktor dalam bidang ilmu manajemen dengan predikat kelulusan sangat memuaskan.
Sebagai pengajar DPK di UMI Makassar, ia berhasil meraih gelar doktor setelah mempertahankan disertasi pada Ujian Promosi Doktor di Aula Pascasarjana UMI Jl Urip Sumoharjo Makassar, Jumat (9/3/2012).
Disertasi Niniek F Lantara berjudul Pengaruh Gaya Kepemimpinan Perempuan dan Budaya Organisasi Terhadap Locus of Control, Prestasi Kerja dan Kepuasan Kerja Pegawai Kantor Dinas-Dinas Provinsi Sulawesi Selatan.
Baca: Gempa 7.4 SR di Provinsi Banten, Doa Ini Dibaca Saat Terjadi Gempa & 7 Tips Tindakan Diri Saat Gempa
Baca: Aneh Tapi Nyata, Bocah India 7 Tahun Sakit Gigi, Saat Diperiksa Dokter, Ada 526 Gigi di Rahangnya
Saat itu, Niniek tampil meyakinkan di hadapan Tim Penguji dengan Ketua Sidang Rektor UMI Makassar saat itu, Prof Dr Masrurah Mokhtar MA.
Andi Niniek Fariaty Lantara mengatakan, isu gender sebenarnya bukan sesuatu yang baru, karena sejak manusia lahir di dunia ini telah dibedakan menjadi dua jenis kelamin yang berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan.
"Gender tidak sekedar menyangkut permasalahan yang berhubungan dengan perempuan dan laki-laki, tetapi sangat erat kaitannya dengan masalah kependudukan dan pembangunan sektor ekonomi dan sosial," jelasnya.

Karena itu, lanjutnya, kesamaan dan kesetaraan antara kepemimpinan laki-laki dan perempuan tidak begitu mengherankan.
"Hampir semua studi yang melihat pada isu tersebut menggunakan jabatan manajerial sebagai persamaan dari kepemimpinan," ujarnya.
"Perbedaan gender yang nampak pada populasi, cenderung bukan merupakan bukti karena ini merupakan pilihan karir pribadi dan seleksi organisasi," ujarnya. (*)
Laporan Wartawan Tribun Timur, Alfian