Wawan 'Game' Bukan Ganguan Jiwa Karena Sering Main Game Online, Tapi Karena Kelainan Ini
Wawan 'Game' Bukan Ganguan Jiwa Karena Sering Main Game Online, Tapi Karena Kelaianan Ini
Ia perlu disuapi.
"Susah kalau Wawan enggak disuapin, berantakan, kalau disuapin baru makan. Makannya lama, harus sabar," kata Suhartono sembari menyuapi IS setelah meniup-niup menu nasi dan sop ayam siang itu.
Beberapa butir nasi berjatuhan dari bibirnya yang tak dapat mengatup rapat kala mengunyah.
Butuh waktu 40 menit lebih bagi Wawan menghabisi menu siang itu.
Semakin sehat Suhartono mengingat-ingat momen saat Wawan pertama kali menginjakkan kakinya di Yayasan Jamrud Biru.
Kondisi fisiknya memprihatinkan.
Wawan diduga malnutrisi.
"Kalau enggak salah sekitar April 2019 datang. Sakit lama di rumahnya saya enggak tahu berapa lama. Yang jelas diantar ke sini dalam kondisi sudah sakit begini, kurus, pucat. Alhamdulillah Allah kasih dia sehat sekarang," tutur Suhartono.
"Perubahan sudah agak banyak sekarang, sudah agak isi badannya, tinggal perbaikan mentalnya. Saat datang berat badannya 23 kilogram. Kami kasih makan nutrisi, vitamin, kami rutinkan makan yang sehat. Alhamdulillah sudah 34 kilogram," imbuhnya.
Para petugas yayasan tampak menaruh perhatian pada Wawan ketika Kompas.com dan beberapa awak media lain mengunjungi Yayasan Jamrud Biru.
Sejumlah pasien yang sudah hampir sehat beberapa kali menyambangi Wawan, tanpa diminta, untuk mengantar gelas berisi minuman saat Wawan makan siang.
Sekali-sekali, Suhartono melakukan terapi pada jari-jari Wawan yang tak mau diam.
"Ada beberapa yang kami lakukan. Ada terapi saraf, totok, dan juga terapi ramuan air kelapa, pembinaan agama. Walaupun dia tidak merespons tapi pelan-pelan kami didik agar dia mengerti," jelas Suhartono.
Pria 43 tahun itu kemudian mempraktikkan salah satu bentuk terapi yang ia terapkan pada IS .
Ia menarik tangan IS hingga tubuh kurusnya berdiri. Kedua tangannya dipisahkan sambil dipijit.