Dampak Gempa Halmahera: Warga Kekurangan Air Bersih dan Terlantar
Perjuangan relawan LAZIS Wahdah dan SAR Wahdah Islamiyah menembus pulau-pulau terpencil di sekitaran pulau Tidore terus berlanjut.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Perjuangan relawan LAZIS Wahdah dan SAR Wahdah Islamiyah menembus pulau-pulau terpencil di sekitaran pulau Tidore terus berlanjut.
Relawan berangkat dari pelabuhan Saketa, Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara dengan menggunakan dua perahu motor, Rabu (17/9/2019),
Perjalanan dipusatkan ke desa terdampak parah, di Desa Yamli Kecamatan Dange Barat Selatan, Desa Yomea Kecamatan Dange Selatan dan beberapa titik di Desa Dange Dalam.
Menkumham Polisikan Wali Kota Tangerang, Arief Wismansyah Bagus, Biar Jelas yang Melanggar Hukum
GMTD Serahkan Lahan Senilai Rp 2,8 Triliun, Nurdin Abdullah Bilang Begini
Silaturahmi Tim Tribun Timur di Polda Sulsel Untuk Inovasi Kerjasama
Kordinator Assessment dan SAR Wahdah Islamiyah, Abu Umar mengatakan, dil okasi kejadian Desa Yamli, sebanyak 90% rumah warga yang rusak parah.
Satu unit pos klinik desa rusak, satu unit baruga, dermaga hancur, yang memaksa 445 jiwa mengungsi di perbukitan Desa.
“Desa Dange dalam 40% rumah rusak parah, sementara di Desa Rangan 70% rusak berat. Disana mengungsi 197 KK,” jelasnya.
Warga mengeluhkan sumber air bersih yang mulai tercemar pasca gempa.
Sumber air satu-satunya adalah sebuah sumur yang terletak di depan Masjid kampung.
Menkumham Polisikan Wali Kota Tangerang, Arief Wismansyah Bagus, Biar Jelas yang Melanggar Hukum
GMTD Serahkan Lahan Senilai Rp 2,8 Triliun, Nurdin Abdullah Bilang Begini
Silaturahmi Tim Tribun Timur di Polda Sulsel Untuk Inovasi Kerjasama
“Disini kami susah airnya pak,” kata Bernard Hayyun, warga Dusun Satu, Desa Yumni, Kec. Dange Barat Selatan.
Pantauan tim relawan LAZIS Wahdah memperlihatkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan parah bahkan ada yang rata dengan tanah.
Getaran itu selain merobohkan bangunan juga menyebabkan warga terpaksa mengungsi ke area perkebunan.
Di tempat tersebut, warga hanya memanfaatkan hasil kebun berupa umbi-umbian dan singkong.
“Lapar pak. Meski hanya umbi-umbian tapi kami tetap butuh beras. Kami ada ratusa pengungsi," katanya.
"Tenda kami diatas situ beratapkan dedaunan yang kami anyam sedemikian rupa,” tambahnya sembari menunjukkan lokasi yang dimaksud. (*)
Dikirim: Lembaga Zakat LAZIS Wahdah Islamiyah/Zulkifli
Follow akun instagram Tribun Timur:
Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur: