Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ini Dilakukan Warga Donggala Ciptakan Desa Tangguh Bencana

Saat ini, terhitung hampir sembilan bulan lamanya pascabencana, yang memporak-porandakan pesisir bahkan perkotaan sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah.

Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Sudirman
Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz
Penanaman pohon butun di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, 

TRIBUNPALU.COM, DONGGALA - Bencana gempa dan tsunami memang menyisakan sejumlah kerusakkan dan luka yang mendalam.

Saat ini, terhitung hampir sembilan bulan lamanya pascabencana, yang memporak-porandakan pesisir bahkan perkotaan sejumlah wilayah di Sulawesi Tengah.

Curi Rokok di Tanralili Maros, Pria Asal Gowa Ini Ditembak Polisi

100 Anggota Mappi Sulampua Dibekali Potensi Resiko Hukum

Sejumlah warga desa bersama komunitas arsitek, perlahan mulai membenahi kawasan pesisir berbasis mitigasi bencana, dengan pendekatan lingkungan.

Salah satunya dengan menanaman bibit pohon butun, sebagai vegetasi penahan rob dan tsunami, Sabtu (13/7/2019).

Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah ini, adalah salah satu wilayah yang terdampak parah akibat gempa bumi, dan tsunami 28 September 2018 silam.

Pembuatan vegetasi penahan gelombang laut sebelumnya sudah dikerjakan warga dusun di tiga desa itu, bersama sejumlah pegiat arsitek komunitas sejak Minggu,7 Juli 2019 kemarin.

Untuk mendapatkan bibit pohon butun tersebut, warga mengambilnya di pesisir pantai Parimpi di Desa Salupene, yang berjarak 3 kilometer dari dusun mereka.

"Kalau ambil bibit, kami harus menggunakan perahu ke desa seberang," ujar salah satu warga Desa Tompe, Tasman.

Tidak hanya orang dewasa, anak-anak juga turut dalam aksi ini.

Sebanyak 79 bibit dikumpulkan warga, dari lokasi yang menjadi tempat tumbuh liarnya tanaman bernama latin Brringtonia Asiatica ini.

Penanaman bibit butun di pesisir Dusun 3 pun, menjadi kegiatan bersama yang edukatif termasuk bagi anak-anak dan perempuan di wilayah itu.

Warga berharap, bibit-bibit yang ditanam ini, menjadi pelindung daerah mereka dari ancaman bencana seperti, yang pernah terjadi pada 28 september lalu yang merusak ratusan rumah.

Tanaman Butun, atau biasa disebut Butu oleh warga setempat, dipilih untuk ditanam karena memiliki akar yang kuat dan dapat tumbuh besar.

Dengan daun dan dahan yang lebat, pohon tersebut mudah tumbuh sehingga dinilai cocok sebagai penahan ombak.

Tasman mengungkapkan, desa mereka saat ini kerap dilanda banjir rob akibat gempa tahun 2018 lalu.

Pasalnya, gempa bermagnitudo 7,4 itu mengakibatkan menurunnya permukaan tanah di desa itu.

Vegetasi mereka buat untuk meminimalisasi terjangan banjir.

Selain itu, vegetasi juga sebagai pelindung jangka panjang bagi desa dan juga meminimalisasi dampak tsunami jika terjadi lagi.

"Kita tanam ini di pesisir tempat kita, supaya nanti jadi hutan dan bisa menahan air laut," kata Tasman.

Pembuatan vegetasi pesisir ini sendiri merupakan bagian dari perencanaan kawasan pascabencana yang partipatif.

Dengan tujuan permukiman pesisir yang tangguh dan adaptif terhadap bencana, termasuk mengedepankan aspek lingkungan. (Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Langganan Berita Pilihan 
tribun-timur.com di Whatsapp 
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur

Follow akun instagram Tribun Timur:

Silakan Subscribe Youtube Tribun Timur:

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved