Film 'Yang Sebenarnya' - Kisah Syamsir, Anak Pemulung yang Berhasil Jadi Insinyur Alumnus FTI UMI
Fakultas Teknologi Industri pada Universitas Muslim Indonesia ( FTI UMI ) meluncurkan film pendek berjudul Yang Sebenarnya, Senin (1/7/2019).
TRIBUN-TIMUR.COM - Fakultas Teknologi Industri pada Universitas Muslim Indonesia ( FTI UMI ) meluncurkan film pendek berjudul Yang Sebenarnya, Senin (1/7/2019).
Film berdurasi 12:53 ini tayang melalui YouTube di channel Fakultas Teknologi Industri UMI.
Mengangkat kisah seorang anak dari keluarga prasejahtera yang bercita-cita menjadi insinyur dan membahagiakan kedua orangtuanya.
Anak itu bernama Syamsir (diperankan Muh Harun, murdi kelas IV SD Negeri Mangkura, Makassar).
Ayahnya (diperankan Rahmat Soni Dg Romo) seorang pemulung.
Ibunya (diperankan Irma) seorang ibu rumah tangga.
Syamsir adalah anak tunggal sehingga dialah satu-satunya jadi tumpuan harapan keluarga.
Saban hari saat pulang dari sekolah, dia menenami ayahnya memulung di TPA.
"Sebenarnya bapakku selalu melarang saya ikut memulung sampah, tapi saya memang suka karena selain saya bantu bapakku cari sampah, saya juga cari barang bekas seperti tas, sandal, sama mainan bekas untuk saya pakai sendiri," tutur Syamsir memperkenalkan dirinya.
Syamsir punya 3 teman bermain, yakni Ali (diperankan Syahrul Aco Januar), Anto (diperankan Muh Takbir Gibran), Rahmat (diperankan Muhammad Juang Mauliadi).
Ketiganya juga anak pemulung yang sama-sama gemar membantu orangtua mencari nafkah.
Suatu hari ketika menemani ayahnya memulung, Syamsir tiba-tiba melintas di depan sebuah rumah yang sedang dibangun.
Di situ, Ali, Anto, dan Rahmat ikut bekerja membantu Daeng Ngerang.
Setiap hari, mereka diberi upah Rp 50 ribu.
Upah tersebut sangat menggiurkan.
Mereka pun mengajak Syamsir gabung membantu Daeng Ngerang.
Kado Ulang Tahun Ibu
Syamsir pun tertarik karena saat itu dia sedang butuh uang untuk membeli kado ulang tahun ibunya.
"Pak, mauka kerja di tempatnya Dg Ngerang yang Rp 50 gajinya sehari. Mau ulang tahu mamaku, mau-ka kasih hadiah (saya mau beri hadiah)," ujarnya sembari mendorong gerobak.
Syamsir terus merengek, tapi sang ayah hanya menoleh dari depan gerobak yang ditariknya tanpa memberi jawaban sekata pun.
Tak dapat jawaban dari ayahnya, sesampai di rumah, kala malam tiba, Syamsir lalu meminta izin dari ibunya.
"Ma (ibu), besok mau-ka (saya mau) kerja di tempatnya Daeng Ngerang, Rp 50 ribu gajinya," ucap Syamsir di sela belajar.
Namun, tiba-tiba ayahnya meyanggah, "Masih anak kecil-ko (Kamu masih kecil). Tidak usah-moko kerja (Kamu tak perlu bekerja".
Mendengar larangan sang ayah, Syamsir lalu mengungkapkan alasannya dia mau ikut cari uang.
"Mama to (kan) mau ulang tahun, mau-ka kasih-ki hadiah (saya mau beri hadiah)," ujar Syamsir yang ngotot.
Keesokan harinya, Syamsir memenuhi ajakan 3 temannya menjadi buruh bangunan di proyek yang dikerjakan Daeng Ngerang.
Namun, tanpa sepengetahuannya, ternyata ayahnya lebih dulu ada di tempat itu bekerja membantu Daeng Ngerang.
Syamsir pun terkejut.
"Ih, Pak, kenapa-ki ada di sini (Kenapa Bapak ada di sini)?" ujar Syamsir kepada ayannya.
Tanpa mendapat jawaban, Syamsir lalu disuruh pulang oleh ayahnya.
Dia pun menuruti.
Niatnya mendapat upah Rp 50 ribu pada hari itu dari Daeng Ngerang gagal.
Namun, tanpa disangka, setelah ayahnya pulang dari tempat kerja, Syamsir diberi uang Rp 50 ribu.
"Itu gajinya bapak, tadi. Saya kira kau mau kasih hadiah ulang tahu mamamu."
Syamsir pun terharu dan langsung memeluk ayahnya.
Uang tersebut kemudian diberikan kepada ibunya.
Dari depan rumah, tiba-tiba ada Ali, Anto, dan Rahmat memanggil.
Mereka hendak mengajak Syamsir pindah tempat kerja di pelabuhan karena di situ buruh diupah Rp 75 ribu sehari.
Syamsir pun mengiyakan ajakan temannya.
Keesokan harinya, mereka pergi ke pelabuhan.
Namun, tanpa disangka lagi, ternyata ayah Syamsir ada di situ bekerja sebagai buruh pikul.
"Pak, kenapa-ki bisa ada di sini?" kata Syamsir bertanya kepada ayahnya.
Sang ayah balik bertanya.
Setelah itu, Syamsir kembali dilarang bekerja dan diminta pulang bersama temannya.
"Ini pekerjaan berat, Nak," kata ayah Syamsir beralasan.
Syamsir lalu menyanggah, "Kita juga mau kerja, Pak."
"Tapi ini bukan untuk anak-anak, pulang-moko (silakan pulang)," kata ayah Syamsir lagi.
Setelah seharian memikul barang di pelabuhan, lalu dilanjutkan memulung, ayah Syamsir tiba-tiba jatuh sakit.
Saat sang ayah sedang terbaring lemas, Syamsir menanyakan keadaannya.
"Tidak apa-apa, Nak. Bapak cuma kecapekan," kata ayah Syamsir.
"Itu-mi kita, Pak karena kita selalu larang-larang-ka kerja. Sakit-miki (Itulah, Pak, karena Bapak selalu larang saya bekerja, akhirnya sakit)," ujar Syamsir menanggapi.
Sang ayah lalu mengatakan, dirinya melarang Syamsir bekerja karena ingin dia menikmati masa kecilnya dengan bermain seperti anak-anak lainnya, giat belajar agar kelak bisa jadi insinyur.
"Urusan cari uang itu urusannya bapak, Nak. Kau sekolah saja supaya kehidupanmu tidak seperti sekarang ini. Bapak mau kamu jadi insinyur," tutur sang ayah menasihati.
Syamsir pun mengiayakan.
Ayah Meninggal
Rupanya itulah nasihat terakhir dan penyemangat hingga akhirnya cita-citanya tercapai.
Saat hari wisuda mahasiswa UMI tiba, hari itu menjadi hari bahagia sekaligus menyedihkan bagi Syamsir.
Seharusnya sang ayah datang mendampingi dia diwisuda, namun apa daya telah tiada.
Syamsir terus menangis mengenang jasa ayah tercinta.
"Hari ini saya diwisuda menjadi insinyur. Kalau ada yang ingin lihat saya diwisuda, hari ini, itu-mi bapak-ku, karena perjuangannya-mi, saya bisa naik di tangga ini (panggung wisuda)," tutur Syamsir sambil berlinang air mata.
Syamsir dewasa diperankankan Reza Pahlevi, mahasiswa angkatan tahun 2014 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMI.
Setelah diwisuda, Syamsir yang mengenakan toga dan jubah berlari ke makam ayahnya.
Di atas makam ayahnya, dia berucap, "Diwisuda-ma, Pak. Sarjana-ma, insinyur betulan-ma. (Saya sudah diwisuda, saya sarja, akhirnya jadi insinyur)."
Selengkapnya tonton filmnya di bawah ini.
Trilogi Terlambat
Film pendek berjudul Yang Sebenarnya merupakan trilogi dari film Terlambat yang diluncurkan, 11 Maret 2019 lalu.
Terlambat sempat viral dan kini telah ditonton belasan juta kali melalui YouTube.
Sementara Yang Sebenarnya kini telah ditonton lebih dari 20 ribu kali.
Sama seperti Terlambat, Yang Sebenarnya sebenarnya merupakan iklan berkonsep sadvertising yang diproduksi FTI UMI bekerja sama dengan rumah produksi Paramedia Indonesia.
Ini adalah cara FTI UMI melakukan soft campaign kepada calon mahasiswa baru.
Yang Sebenarnya disutradarai Syahrir Arsyad Dini alias Rere Art2tonic.
Dekan FTI UMI, Zakir Sabara H Wata bertindak sebagai produser.
Setelah Yang Sebenarnya, FTI UMI dan Paramedia Indonesia berencana mengangkat kisah Syamsir ke film layar lebar berjudul 'Tenri Pada'.(*)