Kisah Johnison Warga Tandukkalua Kabupaten Mamasa, Tinggal di Gubuk Reyot
Johnison hidup bersama istrinya Martha, dan dua orang anaknya yaitu Juita Lena, dan Arjuna Sondak.
Penulis: Semuel Mesakaraeng | Editor: Sudirman
TRIBUNMAMASA.COM, TANDUKKALUA - Warga Dusun Ambabang, Desa Pambe, Kecamatan Tandukkalua, Mamasa, Johnison, hidup dibawah garis kemiskinan.
Johnison hidup bersama istrinya Martha, dan dua orang anaknya yaitu Juita Lena, dan Arjuna Sondak.
Baca: Isi Pesan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk Warganya di Secarik Kertas
Baca: Curi Kotak Amal Masjid Al Markaz, Alamsyah Dibekuk Polisi
Ia tinggal di gubuk kumuh dan reyot, sejak enam tahun lalu.
Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan, hanya berukuran 3x3 meter.
Atap rumahnya terbuat dari daun rumbia yang sudah bocor. Dindingnya terbuat dari bambu yang sudah mulai lapuk.
Jika hujan, atap yang sedianya menjadi pelindung terik mata hari dan air hujan, kini tidak lagi berfungsi maksimal akibat bocor.
Hal itu kadang membuat ia dan keluarganya, tak tenang berada di dalam rumah jika hujan.
Untuk bertahan hidup, pria setengah baya ini bekerja sebagai buruh kasar.
"Saya kerja sebagai buruh, kalau ada yang panggil, yah saya kerja tapi kalau tidak yah saya di rumah saja," tutur Johnison kepada tribunmamasa.com, Sabtu (29/6/2019) pagi tadi.
Sebagai buruh, Johnison sering kali dipanggil untuk mengangkut semen, atau membongkar batu bata oleh pemilik toko disekitar tempat tinggalnya.
Hanya mengandalkan tenaga, tentu Johnison sering kali mengalami jatuh sakit. Jika sakit, ia terpaksa tidak bekerja.
Upah yang ia dapatkan perharinya hanya Rp. 50.000. Uang sebanyak itu hanya cukup untuk kebutuhan sehari.
Belum lagi, ia harus membiayai sekolah anak sulungnya yang masih kelas dua sekolah dasar.
"Upahnya hanya cukup untuk kebutuhan sehari saja, kalau saya sakit yah saya tidak bekerja," terang Johnison.
Dalam kondisi seperti itu, untuk menyambung hidup, Johnison kerap meminjam beras kepada tetangganya.