Mahasiswa Unhas Haluskan Cangkang Kerang Darah, Hasilnya di Luar Dugaan
Styrena yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada hati, jantung, paru-paru dan sistem syaraf.
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Muh. Irham
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Pencemaran plastik di lingkungan perairan menjadi perhatian global saat ini karena dampaknya yang merugikan ekosistem perairan.
Terlebih lagi dengan terurainya sampah plastik menjadi partikel plastik berukuran mikrometer (mikroplastik) dan nanometer (nanoplastik),
memungkinkan partikel yang halus yang mengandung bahan berbahaya masuk ke rantai makanan dan berujung pada manusia sebagai top predator dalam rantai makanan.
Salah satu kandungan plastik yang bersifat resisten dan berbahaya bagi organisme sekaligus manusia yaitu stiren.
Stirena merupakan molekul pembentuk styrofoam yang amat berbahaya.
Hal ini pertama kali diketahui di tahun 1970, saat itu survei dari Environtment Protection Agency National yang melakukan evaluasi kadar berbagai racun dari tubuh mayat, yang mana salah bahan kimia yang paling beracun adalah styrena dan 100 persen bahan tersebut ada di jaringan tubuh.
Styrena yang masuk ke dalam tubuh menyebabkan kerusakan pada hati, jantung, paru-paru dan sistem syaraf.
Organisme di perairan sangat banyak salah satunya ikan. Ketika ikan dikonsumsi oleh manusia, kandungan berbahaya di ikan juga akan masuk ke dalam tubuh manusia. Ikan yang tercemar oleh styrene akan berdampak negatif bagi orang yang mengomsumsi ikan.
Masih sangat sedikit penelitian inovatif mengenai cara mengurangi kandungan plastik di perairan, padahal di sisi lain tingkat pencemaran plastik di Indonesia sangat tinggi.
Oleh karena itu, melalui Program Kretivitas Mahasiswa (PKM), mahasiswa Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin menginisiasi sebuah penelitian dengan memanfaatkan limbah cangkang kerang darah (Anadara garanosa) dalam meminimalisir pencemaran plastik di perairan.
Berdasarkan data Kementrian Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2007-2016, produksi cangkang kerang (A.granosa ) selalu ada sepanjang tahun.
Produksi kerang darah terbanyak adalah pada tahun 2007 sebanyak 660,6 ton per tahun, Tanpa adanya pemanfaatan lebih lanjut cangkang darah dapat menjadi limbah padat yang dapat merusak lingkungan.
Cangkang kerang juga merupakan bioadsorben alternatif yang ramah lingkungan, karena cangkang kerang terdiri atas senyawa yaitu 7,88% SiO2, 1,25% Al2O3 0,03% Fe2O3, 66,70% CaO, dan 22,28% MgO. Data ini menginspirasi Mahasiswa FIKP-UH untuk memanfaatkan limbah cangkang kerang sebagai bahan bioremediasi pencemar plastik di perairan
Tim peneliti ini tergabung dalam tim PKM-PE yang merupakan Mahasiswa program studi Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UH yaitu Dwi Sabriyadi Arsal, Sarnila Tamrin dan Nevi Felia Sari. Penelitian ini Dibimbing oleh dosen Manajemen Sumberdaya Perairan yaitu Dr. Ir. Khsnul Yaqin M. Sc.
Ketua PKM-PE yaitu Dwi Sabryadi Arsal menjelaskan bahwa cangkang kerang memiiki banyak kandungan nutrisi yang tinggi salah satunya kandungan CaO, senyawa ini mampu mengikat air pada etanol karena bersifat sebagai dehydrator.
"Ini dapat dijadikan acuan bahwa bubuk cangkang yang diaplikasikan juga dapat mengikat stiren dengan pelarut etanol. Kami mengambil kerang secara langsung di pesisir pantai di Takalar, lalu dibersihkan, dikeringkan, dan dihaluskan hingga menjadi bubuk," katanya dalam rilis ke Tribun Timur, Selasa (18/6/2019).
Bubuk tersebut yang akan ke stirena dan dilihat seberapa besar penyerapan bubuk tersebut dengan konsentrasi Stirena yang berbeda, untuk analisis dilakukan di BBLKM.
Faktanya setelah melakukan penelitian ini, hasil yang di dapat membuktikan bahwa cangkang kerang darah dapat menyerap kandungan stiren dengan rata-rata 93,407%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa cangkang kerang mempunyai kemampuan untuk menyerap bahan luruhan sampah plastik seperti stiren.(*/tribun-timur.com)