Ali Ngabalin Tertawa Saat Ditanya Siapa Dalang Kerusuhan 22 Mei 2019, Bahas Jenderal Moeldoko
Ali Ngabalin Tertawa Saat Ditanya Siapa Dalang Kerusuhan 22 Mei 2019, Bahas Jenderal Moeldoko
Sedangkan dikutip dari Tribunnews.com, Moeldoko geram dengan penilaian adanya rencana pembunuhan lima tokoh nasional hanya merupakan skenario pemerintah.
"Skenario bagaimana? Masak pemerintah buat skenario rusuh kan enggak logis," kata Moeldoko di Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (12/6/2019).
"Pemerintah itu melindungi masyarakatnya, pemerintah memberikan jaminan atas keselamatan bagi warganya, kok malah membuat sebuah skenario. Ini menurut saya tidak benar, jangan mengada-ada," sambung dia.
Moeldoko juga menegaskan bahwa pegakuan para tersangka yang videonya diputarkan di acara tersebut pun adalah apa yang sebenarnya terjadi.
Dijelaskan bahwa hal tersebut merupakan bagian dari proses penyidikan yang dilakukan pihak kepolisian.
"Jadi mana bisa orang itu cerita ngarang saja. Ini berkaitan dengan pidana. Jangan main-main, tidak bisa dia mengatakan apa yang sesungguhnya dia lakukan dan seterusnya," tegas Moeldoko.
"Jadi jangan lah mengembangkan hal-hal yang tidak benar," imbuhnya.
Penemuan yang Diungkap di Kerusuhan 22 Mei
Dalam konferensi pers yang diungkap di Kantor Menkopolhukam, Selasa (11/6/2019), pihak kepolisian memutarkan sejumlah video pemaparan tersangka kerusuhan 21-22 Mei.
Tersangka memaparkan keterlibatan Kivlan Zen atas rencana pembunuhan sejumlah tokoh nasional tersebut.
Dalam tersangka pertama, HL alias Iwan yang diketahui sebagai leader dalam rencana pembunuhan sejumlah tokoh, mengaku senjata yang dimilikinya dibeli dengan uang yang diberi oleh Kivlan.
"Senjata api yang ada kaitannya dengan senior saya, jenderal saya, yaitu Kivlan Zen," kata HL yang juga eksekutor dalam rencana tersebut.
"Di mana pada bulan Maret saya dipanggil Bapak Kivlan Zein, dalam pertemuan tersebut saya diberi uang Rp 150 juta, untuk pembelian alat senjata yaitu senjata laras pendek dua dan senjata laras panjang dua," ujarnya.
Sedangkan Irfansyah yang juga eksekutor, menceritakan dirinya yang diminta untuk mengamati Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya dan mengeksekusinya.
"Pak Kivlan mengeluarkan hp dan menunjukkan alamat serta foto Pak Yunarto lembaga quick count, dan mengatakan pada saya coba kamu cek alamat ini nanti kamu foto dan videokan," papar Irfansyah.
Baca: Tim Pengawas Terpadu Pemkab Tator Musnahkan Ratusan Barang Kedaluwarsa
Baca: Sidang Perdana Sengketa Pilpres 2019 di MK, Kok Prabowo-Sandiaga Tak Hadir Padahal Status Penggugat?
Baca: Nelayan Mamuju Terima Bantuan Pas Kecil Gratis dari Pemerintah
