Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Efek Impor BBM, Sulsel Defisit Neraca Perdagangan Rp 306,80 Miliar

Angka ini mengalami penurunan sebesar 20,05 persen bila dibandingkan nilai ekspor Maret 2019 yang mencapai US$ 88,83 Juta.

Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Ansar
Fahrizal/Tribun Timur
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan, Yos Rusdiansyah memipin keterangan pers perkembangan ekspor impor Sulsel, di kantornya, Rabu (2/5/2019). (FAHRIZAL SYAM) 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai ekspor dan impor Sulsel pada April 2019.

Dilansir laman resmi BPS Sulsel, Kamis (13/6/2019)n nilai ekspor yang dikirim melalui pelabuhan Sulsel pada April 2019 tercatat mencapai US$ 71,02 Juta.

Angka ini mengalami penurunan sebesar 20,05 persen bila dibandingkan nilai ekspor Maret 2019 yang mencapai US$ 88,83 Juta.

Selaras dengan itu, capaian April 2019 tercatat mengalami penurunan sebesar 18,54 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 87,19 Juta.

Nilai Impor barang yang dibongkar lewat beberapa pelabuhan di Sulsel pada April 2019, tercatat mencapai US$ 92,49 Juta.

Angka ini mengalami peningkatan 18,08 persen bila dibandingkan nilai impor bulan Maret 2019 yang mencapai US$ 78,33 Juta.

UIM Target Terima 2.000 Mahasiswa di Tahun Akademik 2019

Besok, Kejati Tetapkan Tersangka Korupsi Dana PD Parkir

Berbeda dengan itu, capaian April 2019 tercatat mengalami penurunan sebesar 12,87 persen dari kondisi bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 106,16 Juta.

Artinya, neraca perdagangan Sulsel pada April mengalami defisit hingga US$ 21,47 juta atau Rp 306,80 miliar (US$ 1=Rp 14.290).

Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief R Pabettingi mengatakan, defisit diakibatkan antara lain stok di negara tujuan masih banyak.

"Dan jangan lupa, terjadi ketegangan di sektor perdagangan antara China dan Amerika Serikat, yang sangat terasa ke semua negara yang berhubungan dengan ekonomi dua negara itu," katanya.

Namun, hal itu tak boleh dijadikan alasan ekportir untuk tidak menggenjot produksi yang akan diekspor.

"Jangan mereka yang perang, kita juga gelisah. Ini harusnya dijadikan motivasi. Importir kita di Sulsel harus lihat peluang dari situ,"

Pemerintah, kata Arief, juga diharapkan untuk memberikan peran agar para pengusaha dapat memanfaatkan momentum tersebut dengan mendorong ekspornya.

Benarkah Kas Negara Kosong Gegara Dipakai Bayar THR & Gaji ke-13?, CITA: Ini Alarm Defisit APBN!

KNPI Makassar Salurkan Bantuan Sembako ke Korban Banjir Sidrap

Lima komoditas utama yang diekspor pada April 2019 yaitu nikel; biji bijian berminyak dan tanaman obat; garam, belerang dan kapur; besi dan baja; serta lak, getah dan damar dengan distribusi persentase masing-masing sebesar 50,82 persen, 14,61 persen, 7,86 persen, 7,14 persen dan 6,64 persen.

Sebagian besar ekspor pada bulan April 2019 ditujukan ke Jepang, Tiongkok, Australia, dan Korea Selatan dengan proporsi masing-masing 53,80 persen, 31,98 persen, 4,45 persen, dan 2,68 persen.

Sedangkan Lima kelompok komoditas utama yang diimpor pada bulan April 2019 yaitu bahan bakar mineral (BBM); gula dan kembang gula; gandum ganduman; pupuk; serta mesin- mesin/pesawat mekanik dengan distribusi persentase masing-masing sebesar 37,51 persen, 13,61 persen, 12,29 persen, 5,94 persen dan 5,34 persen.

Sebagian besar impor pada bulan April 2019 didatangkan dari Singapura, Tiongkok, Thailand dan Argentina dengan proporsi masing-masing 30,96 persen, 18,84 persen, 13,85 persen dan 11,07 persen.

*Akademisi: Efek Bahan Dasar Industri

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Marsuki DEA mengatakan, kebutuhan impor terus meningkat demi kelanjutan usaha industri olahan.

Pemkot Makassar Siapkan Hadiah di Program Minggu Sehat

"Sehingga dampaknya neraca pedagangan kita selalu defisit dan cenderung meningkat," kata Marsuki via telepon, Kamis (13/6/2019).

Menurutnya, pemerintah terlalu fokus kepada negara-negara besar dan mengabaikan negara lain. Padahal, banyak negara yang tidak terpengaruh dengan ekonomi global.

"Selama ini kita terlalu fokus terhadap negara besar, padahal negara-negara besar merupakan yang paling rawan dari segi ekonomi global," katanya.

"Harus cari mitra-mitra baru di Asia dan Eropa saja dulu, mungkin termasuk Afrika dan Amerika latin. Untuk dua hal terakhir, itu memerlukan waktu dan biaya besar. Yah memberdayakan dubes kita di beberapa negara yang dianggap strategis secara ekonomis," katanya. (tribun-timur.com)

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @fadhlymuhammad

Langganan Berita Pilihan  tribun-timur.com di WhatsApp 

Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur

Dapatkan news video terbaru di kanal YouTube Tribun Timur:

Follow juga akun Instagram tribun-timur.com:

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved