Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Ternyata Bukan BJ Habibie & Prabowo, Soeharto Persiapkan Figur Ini Sebagai RI-1 Setelah Lengser

Ternyata Bukan BJ Habibie & Prabowo, Soeharto Persiapkan Figur Ini Sebagai RI-1 setelah lengser

Editor: Mansur AM
KOMPAS.COM
Ternyata Bukan BJ Habibie & Prabowo, Soeharto Persiapkan Figur Ini Sebagai RI-1 Setelah Lengser 

Ternyata Bukan BJ Habibie & Prabowo, Soeharto Persiapkan Figur Ini Sebagai RI-1 Setelah lengser

TRIBUN-TIMUR.COM - Presiden Kedua RI HM Soeharto mengakhiri kekuasaannya setelah kurang lebih 32 tahun memimpin Indonesia setelah mengambilalih tongkat komando RI-1 dari Soekarno.

Soeharto tumbang oleh gerakan Reformasi sekaligus mengakhiri sebuah era bernama Orde Baru.

Krisis ekonomi dan instabilitas keamanan dalam negeri di antara penyebab Soeharto lengser.

Soeharto jatuh dari kursi kepresidenan pada bulan Mei tahun 1998.

Itu terjadi setelah Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun.

Kekuasaan Soeharto jatuh pasca munculnya krisis multidimensi yang saat itu melanda Indonesia.

Termasuk juga melambungnya harga sejumlah kebutuhan pokok.

Akibatnya, gelombang reformasi pun muncul, dan mendesak Soeharto agar segera mundur dari jabatannya.

Karena desakan dari berbagai pihak, Soeharto kemudian memutuskan mundur dari posisinya sebagai presiden.

Meski demikian, sebelum didesak mundur dari jabatannya, Soeharto sebenarnya sudah pernah ditanya mengenai sosok yang akan menggantikannya.

Itu seperti yang terdapat dalam buku "Sisi Lain Istana Dari Zaman Bung Karno Sampai SBY", karya J Osdar.

Dalam buku terbitan tahun 2014 itu disebutkan, beberapa bulan menjelang Pemilu 1997, tepatnya pada bulan Maret 1997, Soeharto pernah berdialog dengan anggota Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Dialog tersebut terjadi di Bina Graha, komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.

Saat itu, anggota KNPI tersebut menanyakan sesuatu kepada Soeharto.

Tepatnya, mengenai pengganti Soeharto.

"Apakah Bapak tidak mempersiapkan pengganti sehingga dapat melanjutkan pembangunan?" tulis Osdar menirukan pertanyaan anggota KNPI tersebut.

Mendapati pertanyaan itu, Soeharto pun bereaksi.

Saat itu, Soeharto senyum, dan batuk-batuk kecil.

Selanjutnya, Soeharto memberikan jawabannya.

"Mekanisme dan sistemnya sudah ada, orangnya juga sudah ada, yakni satu dari 180 juta orang. Masa tidak satu dari 180 juta orang yang mampu jadi presiden. Cari dari sekian banyak orang tersebut, pasti ada. Saya tidak berambisi jadi presiden seumur hidup, kenapa ribut-ribut," tulis Osdar menirukan jawaban Soeharto saat itu.

Tak hanya menjawab pertanyaan saja, Soeharto justru berbalik menyampaikan pertanyaan.

"Kapan saya berhenti jad presiden?" tanya Soeharto.

Mendengar pertanyaan Soeharto, sekitar 150 orang anggota KNPI yang saat itu ada di tempat itu mendengungkan suaranya.

Soeharto kemudian melanjutkan.

Dia mengatakan, tidak akan meletakkan jabatannya di tengah jalan, karena merupakan sikap yang setengah-setengah, dan melanggar UUD 1945.

"Itu sama saja dengan melanggar hukum," ujar Soeharto saat itu lalu batuk.

Mendengar jawaban Soeharto semacam itu, anggota KNPI lantas tersadar Soeharto agak marah.

Seorang anggota KNPI lainnya kemudian mengatakan sesuatu.

"Kami berharap Bapak bersedia dipilih lagi karena orang seperti Bapak ini jarang ada, apalagi keteladanan Bapak sudah Bapak tunjukkan selama ini, yakni menerapkan UUD 1945 dan Pancasila secara murni, dan konsekuen," kata anggota KNPI tersebut.

 Bukan Habibie Ini Dipersiapkan Soeharto Jadi Presiden

Siapa sebenarnya yang dipersiapkan Soeharto untuk menggantikannya tahun 1998 silam.

Sudarmono, Harmoko, Habibie, Letjen Prabowo Subianto kah?

"Saya meneliti lama Sudarmono, Harmoko dan Habibie, ini mereka tidak punya potensi ancaman. Kalau punya langsung out, seperti Jenderal Sumitro, Ali Murtopo dan Beny Moerdani," kata pengamat politik militer Prof. Salim Said dalam peringatan HUT 82 tahun Habibie di Habibie Center, Kemang, Jakarta, Minggu (24/6).

Hubungan Soeharto dengan Habibie bahkan berlangsung istimewa. Habibie pun, kata dia, diproyeksikan sebagai wapres di akhir masa kepemimipinan Soeharto. Tetapi Soeharto tidak mempersiapkan Habibie menjadi presiden.

"Soeharto menjanjikan ke banyak orang untuk jadi wapres, akhirnya pilihannya jatuh ke Habibie,” pungkasnya.

Salim menyatakan pada akhir pemerintahan Soeharto, putri sulungnya Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut telah dipersiapkan sebagai presiden.

"Soeharto meragukan Habibie, ia mempersiapkan Tutut sebagai penggantinya," ungkap Said.

Mbak tutut dan Soeharto
Mbak tutut dan Soeharto ()

Sejumlah langkah dipersiapkan untuk Tutut. Pertama Tutut diangkat menjadi Menteri Sosial. Skenario lainnya rencana mengangkat Tutut menjadi ketua umum Golkar melalui Munas Golkar.

"Jadi waktu Soeharto ingin mundur dan pengikutnya bertanya siapa yang akan menggantikan? Langsung menunjuk ketua partai (Golkar)," bebernya.

Tetapi, katanya, skenario mempersiapkan Tutut menjadi presiden berubah ketika kondisi negara semakin darurat menjelang Reformasi.

Soeharto pun mengumumkan diri mundur sebagai presiden. Habibie yang kala itu wapres, kata Salim, didaulat menjadi presiden berdasarkan konstitusi dan persetujuan Soeharto. Habibie yang dikenal juga sebagai anak emas Soeharto menjabat presiden hanya selama kurang lebih 1,5 tahun.(*)

Sebagian Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Sebelum Jabatannya Jatuh, Soeharto Ternyata Sudah Siapkan Pengganti Dirinya: Orangnya Sudah Ada, 

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved