Cerita PASUTRI yang Tetap Jualan saat Bentrok Depan Bawaslu, 'Lebih Seram Bom Sarinah'
Cerita pasutri Tetap Jualan saat Bentrok Depan Bawaslu, 'Banyak Polisi dan Jurnalis yang Beli Rokok'
TRIBUN-TIMUR.COM - Ada saja cerita menarik yang terjadi ketika momen mencekam terjadi di negeri kita ini.
Mungkin kamu masih ingat aksi Bom Sarinah 2016 lalu, disaat suasana mencekam, masih ada saja yang tampak santai berjualan di sekitaran lokasi.
Kejadian seperti itu juga kembali terjadi di bentrok Aksi 22 Mei, Rabu (22/5/2019) dini hari.
Bentrokan yang pecah di sekitar Gedung Bawaslu dini hari tadi tak membuat pasutri Syahwi (49) dan istrinya, Siti Aisyah (45) lari menyelamatkan diri.
Pasangan suami istri yang merupakan pedagang asongan ini tetap bertahan di belakang etalase kecil yang ditaruhnya di trotoar Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.
Lokasinya, berada di depan Gedung sarinah atau hanya beberapa meter saja dari Gedung Bawaslu yang ada di seberangnya.
Syahmi menuturkan dirinya memang melihat jelas ketika petugas Brimob berusaha memukul mundur massa yang mengarah ke Jalan Sabang.
Baca: Daftar Nama-nama Korban Aksi 22 Mei yang Meninggal, Luka Berat dan Ringan
Baca: JUSUF Kalla: Silahkan Demo, Aksi 22 Mei Tak Akan Rubah Hasil Pemilu, Hanya ini yang Bisa Mengubah
Baca: Ada yang Tewas dalam Aksi 22 Mei? Amien Rais Tunjukkan Peluru, Polisi: Itu dari Penumpang Gelap

Baca: Daftar Nama-nama Korban Aksi 22 Mei yang Meninggal, Luka Berat dan Ringan
Baca: JUSUF Kalla: Silahkan Demo, Aksi 22 Mei Tak Akan Rubah Hasil Pemilu, Hanya ini yang Bisa Mengubah
Baca: Ada yang Tewas dalam Aksi 22 Mei? Amien Rais Tunjukkan Peluru, Polisi: Itu dari Penumpang Gelap
Meski sempat dihantui rasa takut, keduanya memilih bertahan lantaran yakin dirinya bukanlah yang menjadi sasaran kemarahan, baik dari kubu massa atau pun polisi yang bertugas.
"Saya kan disini dagang, cari nafkah. Tadi emang sempat disamperin polisi, tapi pas saya bilang kalau saya disini dagang ya enggak apa-apa, cuma disuruh hati-hati saja," kata Syahwi kepada TribunJakarta.com, Rabu (22/5/2019).
Bahkan, sambil berkelakar ia menyebut keberadaanya dibutuhkan para petugas maupun jurnalis yang sedang bertugas.
"Kan soalnya tadi banyak yang pada beli rokok sama minum kesini pas abis dari bentrokan," tuturnya.
Syahwan dan Siti Aisyah mengatakan telah menjadi pedagang asongan di kawasan Thamrin sejak 35 tahun silam.
Mereka pun berjualan selama 24 jam nonstop.
"Kalau pagi ini anak saya yang dagang. Kalau malam baru saya sama istri gantian," tuturnya.
Selama berjualan di tempat ini, Syahwan menyebut ada momen lebih mengerikan yang dialaminya dibanding bentrokan dini hari tadi.
Hal itu yakni Bom Sarinah di Jl M.H Thamrin yang terjadi di kawasan itu pada Januari 2016 silam.
"Pas bom itu jauh lebih seram. Yang disini pada sampai lari semua. Jadi kalau parah, ya parah yang pas bom itu," katanya.
KRONOLOGI Lengkap Kerusuhan 22 Mei
Aksi damai di depan gedung Bawaslu, Jl MH Thamrin, Jakarta berakhir dengan rusuh pada Rabu (22/5/2019) dini hari.
Upaya pihak keamanan yang ingin membubarkan massa dengan cara persuasif tak direspon baik para demonstran.
Melansir Kompas.com, Kericuhan bermula saat massa mencoba merusak pagar besi di depan Kantor Bawaslu pukul 22.15 WIB.
Baca: BREAKING NEWS: Puluhan Massa Serukan Aksi Super Damai Menolak Hasil Pilpres 2019
Baca: JUSUF Kalla: Silahkan Demo, Aksi 22 Mei Tak Akan Rubah Hasil Pemilu, Hanya ini yang Bisa Mengubah
Baca: Hotman Paris Blak-blakan Bandingkan Kekayaan Richard Kyle & Ardi Bakrie,Reaksi Jedar & Nia Ramadhani
Melihat situasi yang memanas, polisi berupaya membubarkan kerumunan massa.
Kendaraan taktis kepolisian yang telah meninggalkan Bawaslu kembali didatangkan untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang masih bertahan.

Pukul 22.40 , bentrokan terjadi.
Terlihat polisi mengejar para pengunjuk rasa.
"Ayo tetap rapatkan barisan, jangan pada takut," teriak seseorang di depan Gedung Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (21/5/2019) malam.
Tak lama kemudian, puluhan anggota kepolisian berlari ke Halte TransJakarta Sarinah untuk mendekat kerumunan massa.
Melihat polisi mendekat, kerumunan itu lari kocar-kacir membubarkan diri.

Pada pukul 00.39 WIB, pihak Kepolisian terpaksa menembakkan gas air mata ke aras demonstran
Hal tersebut berawal dari imbauan polisi yang meminta massa untuk membubarkan diri
"yang tak berkepentingan segara membubarkan diri," kata Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan
Namun massa menolak untuk membubarkan diri
Dari tayangan di Kpmas TV, massa menolak membubarkan diri karena meminta pihak kepolisian untuk melepaskan dua orang yang ditangkap

Dari hasil negosiasi awal, polisi telah melepaskan satu orang yang ditangkap karena diduga melakukan provoasi pada ricuh pertama
Satu orang tersebut kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis
Namun setelah dilepaskan, massa belum juga mau membubarkan diri karena meminta satu orang lagi untuk dibebaskan
Polisi telah berjanji untuk membebaskan satu orang, tapi massa tetap menolak membubarkan diri
Negosiasi antara polisi dengan massa aksi berjalan alot
Sampai kemudian polisi mengeluarkan peringatan sebanyak tiga kali
Polisi lantas beberapa kali menembakkan ga air mata
Sejak pukul 00.40 WIB hingga pukul 02.00 WIB, massa belum juga membubarkan diri
Pasukan Brimob yang dipimpin Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan melakukan penyisiran
Massa terlihat melakukan perlawan dengan melemparkan batu, botol dan petasan
Hingga pukul 02.30 WIB konsentrasi massa meluas sampai ke Pasar Tanah Abang dan Jalan Sabang
Polisi saat ini beberapa kali menembakka gas air mata untuk membubarkan massa
Konsentrasi massa di Pasar Tanah Abang terlihat masih terus melakukan perlawanan dengan melempar benda-bbenda seperti batu, botol dan lainnya ke arah petugas
Selain di kawasan Tanah Abang, kericuhan juga terjadi di Kawasan Jalan Sabang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019) dini hari.
Seperti dilaporkan Kompas TV, polisi menembakkan gas air mata ke arah kerumunan massa setelah beberapa waktu bertahan menghadapi lemparan batu.

Massa terbelah dua. Sebagian lari ke arah Tanah Abang, sebagian lagi larah ke arah Gongdangdia dan terkonsentrasi di Jalan Sabang.
Di kedua kawasan itu massa melawan polisi dengan lemparan batu
Pukul 03.15 WIB sudah tak lagi terdengar suara tembakan gas air mata dari kepolisian baik di kawasan Sabang maupun Tanah Abang
Massa pun tak lagi melakukan perlawanan dengan melempar batu ke arah polisi.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul KISAH PASUTRI Tetap Santai Berjualan Saat Bentrok di Dekat Gedung Bawaslu tribunnewsbogor.com dengan judul Kronologi Lengkap Ricuh 22 Mei, Mulai Dari Depan Bawaslu Hingga Perlawanan di Pasar Tanah Abang