CITIZEN REPORT
Toleransi Antar Umat Beragama di Sulsel, Lihatlah Toraja!
Laporan Muhammad Ilham, pengurus Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) Cabang Makassar.
Penulis: CitizenReporter | Editor: Jumadi Mappanganro
Muhammad Ilham
Pengurus IMIKI Cabang Makassar
Melaporkan dari Makassar
Sebagai negara yang masyarakatnya beragam suku, agama dan kepercayaan, satu sisi adalah modal sekaligus kekayaan bangsa Indonesia.
Namun di sisi lain, bisa menjadi peluang terjadinya konflik sosial bernuansa SARA.
Karena itu, keberagaman ini harus bisa dikelola dengan baik.
Semua masyarakat harus sadar dan bisa mengaplikasikan spirit toleransi antar umat beragama sesuai dengan nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
Menjaga keutuhan umat beragama dengan tetap menumbuhkembangkan hubungan sosial antar umat beragama yang tidak mempertentangkan SARA menjadi tugas semua elemen masyarakat, termasuk generasi millenial.
Hal tersebut mengemuka pada Diskusi bertema Toleransi Antar Umat Beragama di Sulawesi Selatan, Selasa sore, 21 Mei 2019.
Acara yang dirangkaikan buka puasa bersama ini digelar di Warkop 115, Jl Toddopuli Raya, Kota Makassar.

Menghadirkan Jalaluddin Basyir SS MA (Dosen Komunikasi Lintas Agama dan Budaya UIN Alauddin Makassar), Miguel Dharmadjie ST CPS (Penyuluh Agama Buddha Non-PNS - Walubi Sulsel), dan Dr Patawari SH MH (Pengurus KAHMI Makassar yang juga Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Indonesia Timur) sebagai pembicara.
Diskusi dipandu Buhanuddin Bagenda SSos MSos yang juga akademisi.
Menurut Miguel, anak kembar pun punya perbedaan. Karena itu, setiap orang mestinya sadar dan bisa menerima perbedaan.
Air Kelapa Ternyata Bisa Membantumu Menurunkan Berat Badan, Begini Cara Kerjanya
VIDEO: Rekaman CCTV Detik-detik Terdakwa Kasus Narkoba Kabur Sebelum Sidang di PN Majene
Toleransi tak cukup hanya dibicarakan. Tapi harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai persatuan, persaudaraan, kerukunan, dan gotong royong adalah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bisa menjaga toleransi antar umat beragama di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan.
Menurutnya, siapa saja harus sadar bahwa setiap orang butuh orang lain. Kita tidak bisa tanpa bantuan orang lain.
"Tidak ada perbuatan baik yang sia-sia. Sekecil apapun. Jadi mari kita perbanyak berbuat baik ke siapa saja tanpa memandang perbedaan suku dan agama,” tambah Miguel.
Sementara menurut Patawari untuk merawat toleransi antar umat beragama di Indonesia, termasuk di Sulsel, adalah mengaplikasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam falsafah Pancasila yang menjadi dasar NKRI.

“Pancasila ini sudah final sebagai ideologi negara kita. Jangan diusik. Karena jika ada yang ingin menggantinya, itu bisa memecah-belah bangsa ini,” tegas Patawari yang juga doktor ilmu hukum lulusan Pascasarjana Unhas ini.
Sedangkan Jalaluddin Basyir mengatakan, tak hanya hubungan antar manusia, tetapi dengan alam pun juga sangat penting untuk dijaga.
Sebab kehidupan manusia tidak bisa lepas dari manusia lain dan juga alam.
Kerusakan alam dan pencemaran lingkungan yang dilakukan manusia akan berakibat dan berdampak dalam kehidupan kita.
"Bencana banjir contohnya akan melanda jikalau penebangan pohon dan pengerukan tanah dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan aspek ekologisnya,” ujarnya.
Bukber di The Rinra Berkesempatan Dapat Voucher Nginap
Objek Vital Dijaga Ketat Polisi, Ini Imbauan Kapolres Pelabuhan Makassar
Pada diskusi ini juga memberi apresiasi terhadap masyarakat Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara dalam menerapkan toleransi antar umat beragama.
Pasalnya, saat pelaksanaan Seleksi Tilawatil Quran dan Hadits (STQH) XXXI Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang digelar di Makale, Kabupaten Tana Toraja, April 2019 lalu.
Pada acara tersebut, sejumlah pemuda gereja setempat terlibat menjaga keamanan dan kelancaran acara tersebut.
Bahkan aula gereja setempat digunakan beberapa panitia STQH untuk melaksanakan salat berjamaah.
Diskusi yang digelar Lensa Demokrasi bekerja sama dengan Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) Cabang Makassar dihadiri sekitar 100 peserta.
Didominasi pemuda dan mahasiswa lintas perguruan tinggi di Makassar. Diskusi ini diakhiri dengan berbuka puasa bersama. (*)