Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rocky Gerung

ILC TV One Rehat Sejenak, Rocky Gerung Jelaskan Tujuan Hoaks dan Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat

ILC TV One Rehat Sejenak, Rocky Gerung Jelaskan Tujuan Hoaks dan Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat

Editor: Mansur AM

ILC TV One Rehat Sejenak, Rocky Gerung Jelaskan Tujuan Hoaks dan Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat

TRIBUN-TIMUR.COM - Program Talkshow ILC TV One sudah tiga pekan tidak tayang hingga Selasa (14/5/2019) tadi malam.

ILC TV One tak tayang menyusul cuti panjang Presiden ILC TV One dan Pemred TV One, Karni Ilyas, tak lama setelah pencoblosan Pilpres 17 April 2019 lalu.

Sebagai gantinya, ILC TV One digantikan talkshow Catatan Demokrasi Kita (CDK) dipandu presenter Andromeda Mercury.

Namun tak berarti ILC TV One betul-betul tidak hadir. Melalui kanal Youtube Indonesia Lawyer Club, ILC TV One lewat rubrik Rehat Sejenak diunggah 10 Mei 2019 lalu dengan tema Rocky Gerung: Hoaks dan Kebenaran Dalam Perspektif Filsafat || Rehat Sejenak Episode #16

Rocky Gerung memaparkan definisi Hoax dan definisi kebenaran dalam filsafat kaitannya dengan Demokrasi.

"Jadi hoax itu awalnya jadi skandal dalam dunia akademis karena kelakukan sbenarnya bukan kelakuan buruk, kelakuan yang dilakukan oleh Profesor Fisika Alan Sokal," kata Rocky Gerung.

Rocky Gerung membahas Hoax dan kebenaran dalam perspektif filsafat
Rocky Gerung membahas Hoax dan kebenaran dalam perspektif filsafat (capture youtube.com/Indonesia Lawyer Club)

Suatu waktu Alan Sokal menulis di majalah Social Text suatu artikel yang dianggap oleh redaksinya bagus. "Padahal dia nipu dalam artikel itu. Tapi karena Alan Sokal dianggap bermutu, maka diterimalah. Asal diterima aja oleh Redaktur," kata Rocky Gerung.

Sebetulnya maksud Alan Sokal untuk menguji apakah redaksi itu cukup bermutu untuk memeriksa artikel-artikel ilmiah.
"Jadi fungsi hoax kalau itu betul. Bagus! Untuk menguji konsisten nggak mereka. Nah sama juga sekarang.
Hoax itu terjadi karena tertutup informasi yang benar maka orang cari outlet yang nyeleneh. Itu yang namanya hoax gitu. Karena itu nggak usah terlalu baper dengan hoax," tambah Rocky Gerung.
"Jadi hoax itu pasti hilang sendiri kalau jumlah informasi dan kualitas informasi itu tidak diedit oleh negara oleh pemerintah. Jadi itu dasarnya kenapa saya terangkan. Supaya jangan karena orang berbohong kecil-kecilan untuk menggembirakan publik tiba-tiba diancam dengan Undang-Undang Terorisme. Kan itu paradoksnya ngaconya," tambah mantan dosen Universitas Indonesia ini.

"Tadinya itu kayaknya tadi saya sebut mau nembak nyamuk pakai meriam kan gitu" lanjut Rocky Gerung.

Lalu apa itu kebenaran?

rocky gerung
rocky gerung (twitter)

"Gak ada! Filsfaat tidak punya teori tentang kebenaran. Filsafat justeru mengajukan pertanyaannya tentang klaim kebenaran, Filsafat mempersoalkan kebenaran bukan mendefinisikan kebenaran. Agama mendefinisikan kebenaran, Filsafat justeru mempertanyakan kebenaran," kata Rocky Gerung.

"Kebenaran tidak pernah final. Kalau sudah final, negara udah atau bumi ini udah kiamat saja kan sudah final kan. Justeru karena ada yang disebut on going. On going artinya berlangsung terus. Sehingga yang disebut kebenaran itu sebetulnya statusnya itu seperti bergerak terus dalam bahasa lebih teknis namanya semiotis.
Kalau saya gambarkan secara lebih figuratif kebenaran itu bergerak terus," urai Rocky Gerung.

"Kalau dia berhenti orang sebut benar, maka berhentilah percakapan. Kebenaran tidak boleh berhenti supaya percakapan berlangsung terus," tambah Rocky Gerung.

Simak video lengkapnya: 

Siapa Alan Sokal, Profesor Fisika Pembuat Hoax Itu?

Alan Sokal
Alan Sokal (youtube.com)

Siapa Alan Sokal?

Dikutip dari Wikipedia, Alan Sokal adalah guru besar fisika di New York University dan University College London.

Alan Sokal mengirim tulisan ke Social Text tahun 1996. Social Text adalah jurnal akademik tentang kajian budaya pascamodern.

Artikel tersebut dikirim guna menguji ketelitian intelektual dan menyelidiki apakah sebuah jurnal kajian budaya ternama di Amerika Utara, yang diisi redaktur terkemuka, menerbitkan artikel yang dipenuhi omong kosong.

Tentu saja Alan Sokal menulisnya menggunakan bahasa yang meyakinkan dan cocok dengan kecondongan ideologis para editornya.

Artikel itu berjudul 'Transgressing the Boundaries: Towards a Transformative Hermeneutics of Quantum Gravity'.

Benar saja. Tulisan Sokal diterbitkan di Social Text edisi musim semi/panas 1996.

Artikel ini menyatakan bahwa gravitasi kuantum adalah konstruksi sosial dan linguistik.

Waktu itu, jurnal tersebut tidak menerapkan penelaahan sejawat dan tidak meminta bantuan fisikawan untuk meninjaunya.

Ketika diterbitkan, Sokal kemudian mengungkapkan di Lingua Franca bahwa artikelnya bohong.

Kebohongan ini memancing perdebatan tentang bobot akademik komentar orang-orang humaniora terhadap ilmu fisika, pengaruh filsafat pascamodern terhadap disiplin ilmu sosial secara umum.

Perdebatan juga mengarah apakah Sokal salah karena menipu penyunting dan pembaca Social Text, dan apakah Social Text sudah menerapkan penelaahan intelektual yang memadai.?(TRIBUN-TIMUR.COM/MANSUR AM)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved