Mahasiswa Arsitek Unibos Bantu Pengembangan Hutan Mengrove di Maros
Program tersebut yaitu pengembangan kawasan hutan mangrove yang dilaksanakan di Desa Marannu, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Sulsel, Selasa (14/05/20
Penulis: Wahyu Susanto | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Sebagai kegiatan tahunan dalam masa Studi Pengenalan dan Pengkaderan Arsitektur (STUPPA), Himpunan Mahasiswa Arsitektur Universitas Bosowa (Unibos) gelar program pengembangan kreativitas mahasiswa dalam bidang arsitektur.
Program tersebut yaitu pengembangan kawasan hutan mangrove yang dilaksanakan di Desa Marannu, Kecamatan Lau, Kabupaten Maros, Sulsel, Selasa (14/05/2019).
Kegiatan yang melibatkan 35 mahasiswa Arsitektur Unibos ini membantu pengembangan hutan mangrove dengan melakukan observasi lokasi.
Kemudian membangun perencanaan pengembangan kawasan sekitar dengan konsep pengembangan hutan mangrove dibidang pariwisata.
Dalam kegiatan ini, Hima Arsitektur Unibos turut melibatkan beberapa mahasiswa baru Prodi Arsitektur sebagai bagian pengembangan lanjutan untuk perencanaan ini.
Menang 0-3 atas Lao Toyota, Darije Sebut Sesuai Target
Ditanya Pengembangan e-Goverment di Sidrap, Ini Jawaban Dollah Mando
“Kegiatan ini tiada lain kami tujukan untuk mengembangkan lokasi mana saja yang berpeluang dan berpotensi menjadi kawasan wisata," ucap Muh Rhadiyan Mustafah dari Hima Arsitektur Unibos.
Setelah di observasi lanjut Rhadiyan, hutan mangrove ini diharapkan punya peluang untuk lebih dikenal masyarakat.
Hanya saja, masih membutuhkan bantuan kaum akademisi untuk membantu masyarakat dalam penataan lokasi disekitar wilayah agar menarik perhatian masyarakat luar.
"Jadi setelah ini kita bantu masyarakat dalam segi publikasi kawasan wisata," kata Rhadiyan.
Janda Ditipu Brondong yang Dikenal Via Facebook, Setelah Mahkota Direnggut, Mobil Dibawa Kabur
Lebih lanjut, ia mengaku pihaknya sengaja mengajak para anggota himpunan dan beberapa mahasiswa baru agar pengalaman dalam observasi di masyarakat dan lingkungan itu sangat penting bagi tahapan awal menjadi seorang arsitek.
"Sebab salah satu yang menjadi tolok ukur calon arsitek yaitu memahami kondisi lingkungan yang akan dikembangkan dan potensi wilayahnya," katanya.
"Setelah mengenal hal itu, barulah seorang arsitek dapat merancang strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan," katanya.
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, @wahyususanto_21
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur: