Sudah 35 Korban Jiwa Meninggal Sejak Tahun 2011-2019 Ini di Sigi Palu
Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah telah mendokumentasikan data sejak tahun 2011 hingga bulan April 2019.
Penulis: abdul humul faaiz | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUNPALU.COM, PALU - Kabupaten Sigi, merupakan salah satu daerah yang paling rentan terjadinya bencana banjir di Provinsi Sulawesi Tengah.
Curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab banjir di sejumlah wilayah itu.
Baca: Andai Harga Gabah Indonesia Seperti di Jepang, Petani Sejahtera
Baca: TRIBUNWIKI: Dirayakan Umat Hindu, Ini Penjelasan Tentang Hari Raya Saraswati, Lengkap dengan Doanya
Peristiwa banjir terbaru, terjadi di dua kecamatan pada hari yang sama di wilayah itu.
Ialah Kecamatan Dolo Selatan dan Gumbasa.
Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, menjadi wilayah yang terparah diakibatkan oleh banjir yang berulang kali itu.

Tercatat, sebanyak 551 rumah tertimbun serta 2.259 jiwa terpaksa mengungsi dan harus direlokasi.
Eksekutif Daerah Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sulawesi Tengah telah mendokumentasikan data sejak tahun 2011 hingga bulan April 2019.
"Kami mencatat sudah terjadi 27 kali banjir, bahkan korban meninggal akibat banjir di Sigi sudah 35 orang," Meneger Kampanye Eksekutif Daerah Walhi Sulteng, Stevandi, Minggu (12/5/2019).
Berikut catatan 27 banjir besar yang ada di Kabupaten Sigi dari data yang dimiliki Walhi Sulteng :
1. Kecamatan Dolo Barat.
Desa Kaleke, 1 Juli 2016.
2. Kecamatan Dolo Selatan.
Desa Bangga
30 Mei 2017, 21 Juli 2017, 19 November 2018 dan 28 April 2019.
Desa Sambo, 30 Mei 2017.
Desa Balongga, 28 April 2019.
Desa Walatana, 28 April 2019.
3. Kecamatan Kulawi.
Desa Salua.
13 Maret 2011, 25 Agustus 2012, 24 November 2012, 1 Oktober 2013, 31 Januari 2014, 1 Juli 2017, 21 Oktober 2018, 11 Desember 2018 dan 28 April 2019.
Desa Bolapapu, 1 Desember 2011.
4. Kecamatan Sigi Biromaru.
Desa Pombewe, 1 Juli 2017, Desa Loru, 1 Juli 2017 dan Desa Ngatabaru, 1 Juli 2017.
5. Kecamatan Palolo.
Desa Kapiore, 4 Juli 2014, Desa Palolo, 1 Juli 2017 dan Desa Sintuwu, 21 Mei 2016.
6. Kecamatan Gumbasa
Desa Pakuli, 5 April 2011, Desa Tuva 28 April 2019 dan Desa Omu, 28 April 2019.
Data pengungsi, jumlah kerusakan dan korban jiwa :
Tahun 2011, banjir yang melanda Desa Salua dan Bolapapu di Kecamatan Kulawi.
211 rumah rusak, 2 jembatan putus, 412 warga terdampak dan 6 orang meninggal.
Tahun 2012, Desa Salua, Kecamatan Kulawi, 6 rumah rusak serta tanggul jebol.
Tahun 2013, Desa Salua, Kecamatan Kulawi, 56 rumah rusak, 1 unit jembatan dan beberapa tiang listrik.
Tahun 2014, Desa Kapiore, Kecamatan Kulawi, 10 rumah rusak.
Tahun 2016, Desa Sintuwu, Kecamatan Palolo, 11 rumah rusak, 40 hektare lahan pertanian rusak serta 20 ekor ternak hilang.
Tahun 2017, Desa Bangga, Salua, Pombewe, Lore, Ngatabaru, Kaleke, Palolo dan Sambo.
Tercatat secara keseluruhan, sebanyak 35 rumah rusak, 2 unit bangunan gilingan padi rusak dan 2 orang meninggal.
Tahun 2018, Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan dan Desa Salua, Kecamatan Kulawi.
376 rumah rusak, 1443 orang terdampak, 5 bangunan dan 1 fasilitas ibadah rusak.
Tahun 2019, ialah terjadi ads 28 April belum lama ini.
Ialah Desa Bangga, Banlongga, Walatana, Omu, Tuva dan Salua.
569 rumah rusak, 10 hektare perkebunan rusak, 2453 jiwa terdampak dan 1 orang meninggal.
Di tahun 2011, dari hasil temuan Walhi Sulteng bahwa banjir diduga terjadi akibat pembalakan liar di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Stevandi mengungkapkan, saat itu Walhi Sulteng telah melakukan investigasi bahwa pemerintah daerah setempat telah mengetahui adanya pembalakan liar saat banjir terjadi.
Namun, sayangnya tak ada upaya serius pemerintah untuk melakukan rehabilitasi terhadap kawasan tersebut.
"Sigi itu hanya hijau dipandang, tapi banyak kerusakan hutan di dalamnya," tandas Stevandi. (*)
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur: