Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Dari Fadli Zon hingga Karni Ilyas Kritik Pernyataan Mahfud MD Soal Provinsi Islam Garis Keras

Dari Fadli Zon hingga Karni Ilyas Kritik Pernyataan Mahfud MD Soal Provinsi Islam Garis Keras

Editor: Ilham Arsyam
twitter
Karni Ilyas Kritik Pernyataan Mahfud MD Soal Provinsi Islam Garis Keras 

Dari Fadli Zon hingga Karni Ilyas Kritik Pernyataan Mahfud MD Soal Provinsi Islam Garis Keras

TRIBUN-TIMUR.COM - Pembawa acara Indonesia lawyers Club (ILC), Karni Ilyas turut memberikan komentarnya terkait  pernyataan Mahfud MD tentang Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Karni Ilyas yang memiliki gelar datuk dan juga warga keturunan Minangkabau angkat bicara atas daerah yang disebut-sebut oleh Mahfud MD

Sebelumnya Mahfud MD memberikan jawaban kepada Said Didu.

 

Said Didu menanyakan kepada Mahfud MD tentang indikator yang dipakai mahfud MD untuk menuduh orang-orang Sulawesi Selatan sebagai orang garis keras.

"Mohon maaf prof @mohmahfudmd, saya berasal dari Sulsel, mhn jelaskan indikator yg prof gunakan sehingga menuduh orang Sulsel adalah orang2 garis keras agar jadi bahan pertimbangan kami.

Kami orang Sulsel memang punya prinsip SIRI utk menjaga kehormatan. Inikah yg dianggap keras ?" tulis Said Didu.

Baca: Mati-matian Bela Jokowi hingga Lupa Urus Dapil, ini Reaksi Budiman Sudjatmiko Tak Lolos ke Senayan

Baca: Rocky Gerung: Siyaaap Plesiden Menggelegar Suara dari Dasar Kolam Pertanda Nasi Bungkus Telah Tiba

Kemudian Mahfud MD memberikan jawaban panjang kepada Said Didu.

"Garis keras itu sama dgn fanatik dan sama dgn kesetiaan yg tinggi. Itu bkn hal yg dilarang, itu term politik. Sama halnya dgn garis moderat, itu bkn hal yg haram. Dua2nya boleh dan kita bs memilih yg mana pun. Sama dgn bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau.

Dlm term itu sy jg berasal dari daerah garis keras yi Madura. Madura itu sama dgn Aceh dan Bugis, disebut fanatik krn tingginya kesetiaan kpd Islam shg sulit ditaklukkan. Spt halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adl istilah2 yg biasa dipakai dlm ilmu politik," tulis Mahfud MD.

Mahfud lantas juga memberi penjelasan panjang saat menjawab pernyataan dari seorang warganet yang ia sebut sebagai kawannya.

Baca: Budiman Sudjatmiko Gagal Meraih Kursi di DPR RI, Gara-gara Sibuk Urus Pilpres?

Mahfud bahkan sempat mengatakan bahwa warganet tersebut telah terprovokasi oleh Said Didu.

"Pak Refrizal, Krn Anda teman sy maka sy jelaskan. Anda blm melihat video yg sy katakan shg responnya buru2. Anda terprovokasi oleh @msaid_didu , hahaha.? Saya bilang, Pak Jkw kalah di provinsi yg "dulunya" adalah tempat garis keras dlm keagama. Makanya Pak Jkw perlu rekonsiliasi.

Sy katakan DULU-nya krn 2 alsn: 1) DULU DI/TII Kartosuwiryo di Jabar, DULU PRRI di Sumbar, DULU GAM di Aceh, DULU DI/TII Kahar Muzakkar di Sulsel. Lht di video ada kata "dulu". Puluhan tahun terakhir sdh menyatu. Maka sy usul Pak Jkw melakukan rekonsiliasi, agar merangkul mereka.

Pak Refrizal, generasi yg lahir sejak tahun 1970-an bnyk yg tdk tahu bhw "dulu" ada itu. Sekarang sih tidak. Dimana salahnya sy mengatakan itu? Itu kan sejarah? Makanya sy usul agar Pak Jkw merangkul mereka dgn rekonsiliasi segera agar pembelahan tdk berlanjut sampai 2024.

Isu tersebut menjadi panas dan digoreng ke-mana2 krn bnyk yg hanya membaca pertanyaan Pak @msaid_didu tanpa melihat videonya. Padahal VT diposting jg di situ. Pertanyaan dlm cuitan Pak Said itu tak memuat dua kata kunci yakni kata "DULU" dan usul "REKONSILIASI". Lht dong videonya," tulisnya.

Melihat jawaban Mahfud tersebut, Karni Ilyas merasa ada yang salah.

Saat dihubungi Wartakotalive.com, Karni membenarkan cuitannya tersebut.

Ia mengatakan bahwa PRRI/Permesta bukan pemberontakan dengan ideologi agama seperti yang diungkapkan oleh Mahfud MD.

Dan menurutnya pemimpin perlawan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut) tidak ada hubungannya dengan daerah islam garis keras.

Hal tersebut ia ungkapkan melalui sebuah cuitan di akun Twitternya.

"Sekedar meluruskan Prof Mahfud. PRRI/Permesta bukan pemberontakan dg ideologi agama. Pemimpin perlawanan Kol Simbolon (Medan), Letkol A.Husein (Padang), Letkol Ismail Lengah (Riau), Kol Kawilarang dan Lekol V. Samual (Sul-Ut). Tidak ada hubungannya denga daerah Islam garis keras," tulis Karni Ilyas.

Hal tersebut akhirnya ramai menjadi bahan perbincangan di media sosial, hingga sempat trendi di twitter.

Fadli Zon yang juga Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu menilai omongan Mahfud MD bodoh dan pernyataannya sudah keluar jalur.

"Omongan @mohmahfudmd semakin bodoh tak bermutu dan sdh keluar jalur n sangat ngawur." tulis Fadli Zon.

Bahkan menilai isi kepala Mahfud cetek mengenai ini.

Kritik Fadli Zon berdasar penggalan video wawancara Mahfud MD di Metro Pagi Prime Time dan diunggah ulang di channel Youtube Metrotvnews.

Dalam potongan video itu Mahfud MD menjelaskan sudah saatnya kedua kubu melakukan rekonsiliasi.

"Kemarin itu sudah agak panas. Mungkin pembelahannya sekarang kalau melihat sebaran kemenangan itu memang mengingatkan kita untuk menjadi lebih sadar, segera rekonsiliasi.

Karena sekarang ini kemenangan Pak Jokowi yang menang dan mungkin sulit dibalik kemenangan itu dengan cara apapun.

Tetapi kalau melihat sebarannya di provinsi-provinsi yang agak panas Pak Jokowi kalah dan itu diidentifikasi tempat-tempat kemenangan Pak Prabowo yang dulunya dianggap sebagai provinsi garis keras dalam hal agama, misalnya Jawa Barat, Sumatera Barat, Aceh dan sebagainya. Sulawesi Selatan juga.

Nah saya kira rekonsiliasinya menjadi lebih penting untuk menyadarkan kita bahwa bangsa ini bersatu karena kesadaran akan keberagaman dan bangsa ini hanya akan maju kalau bersatu. Karena buktinya kemajuan dari tahap ke tahap kita raih karena kebersatuan," kata Mahfud MD di potongan video tersebut.

Dalam video versi lengkapnya, ada omongan Mahfud MD yang menjelaskan bahwa soal menang kalah di Pilpres 2019 hanya soal waktu.

Omongan ini yang tak ada dalam potongan video yang dicuitkan akun @KingPurwa lalu dikomentari Fadli Zon.

"Kalau soal kemenangan kekalahan soal waktu saja dan kita akan segera selesai kalau dalam soal itu," ucap Mahfud MD di video lengkap wawancara bareng Metro TV.

Video potongan wawancara Mahfud MD turut diunggah akun Twitter 2019 Prabowo Sandi @syarif_alkadrie.

Lewat video ini Said Didu yang notabene anggota Dewan Pakar BPN Prabowo-Sandi berkomentar dan bertanya kepada Mahfud MD soal ucapannya tentang garis keras.

Ia meminta Mahfud MD untuk menunjukkan indikator dengan menyebut sejumlah daerah masuk dalam kategori garis keras.

Cuitan Said Didu kemudian dibalas Mahfud MD.

Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu, garis keras sama dengan fanatik atau kesetiaan yang tinggi.

Dikatakan Mahfud MD, seseorang dalam posisi ini tidak dilarang dan garis keras menjadi istilah dalam politik.

"Garis keras itu sama dengan fanatik dan sama dengan kesetiaan yg tinggi. Itu bukan hal yang dilarang, itu term politik.

Sama halnya dengan garis moderat, itu bukan hal yang haram.

Dua-duanya boleh dan kita bisa memilih yang mana pun.

Sama dengan bilang Jokowi menang di daerah PDIP, Prabowo di daerah hijau," terang Mahfud MD.

Tak cukup satu cuitan Mahfud MD menjelaskan apa itu garis keras dalam politik.

Dalam cuitan berikutnya, Mahfud MD memberikan contoh dirinya sebagai orang Madura masuk kategori garis keras dalam konteks setia atau taat terhadap agamanya, yaitu Islam.

Pandangan orang Madura soal ketaatan akan Islam sama seperti orang Aceh dan Bugis.

Mereka fanatik karena tingginya kesetiaan mereka terhadap agama Islam sehingga sulit digoyahkan. 

"Dalam term itu saya juga berasal dari daerah garis keras yaitu Madura.

Madura itu sama dgn Aceh dan Bugis, disebut fanatik karena tingginya kesetiaan kepada Islam sehingga sulit ditaklukkan.

Seperti halnya konservatif, progresif, garis moderat, garis keras adalah istilah-istilah yang biasa dipakai dalam ilmu politik," jelas Guru Besar Hukum Tata Negara UII ini.

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Ada Apa? Fadli Zon Sebut Mahfud MD Tak Bermutu, Balasan Yunarto Wijaya Tak Kalah Menohok '80% Mana?', http://makassar.tribunnews.com/2019/04/28/ada-apa-fadli-zon-sebut-mahfud-md-tak-bermutu-balasan-yunarto-wijaya-tak-kalah-menohok-80-mana?page=all.

Editor: Mansur AM

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved