Ramadan
Ramadan 1440 H: Intip Insapirasi Baju Lebaran ala Nagita Slavina & Maudy Ayunda, Simpel Tapi Elegan
Ramadan 1440 H: Intip Insapirasi Baju Lebaran ala Nagita Slavina & Maudy Ayunda, Simpel Tapi Elegan
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Waode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM - Inspirasi baju Lebaran menjadi salah satu hal yang paling dicari oleh wanita menjelang bulan puasa nanti.
Berbagai inspirasi dan koleksi terbaru hadir dari berbagai brand dan karya para fashion desainer Tanah Air untuk pilihan baju lebaran nanti.
Termasuk juga gaya para selebriti yang kerap jadi ikon fashion menarik untuk tren bajulebaran nanti.
Misalnya saja dari gaya anggun dan santun Nagita Slavina saat bertemu dengan Stylo.ID saat menghadiri pagelaran trunk show Ramadan Soiree karya Studio 133 Biyan pada hari Rabu (24/04/2019), di Galeries Lafayette, Pasific, Jakarta.
Saat itu Nagita Slavina tampil anggun dan santun dengan pilihan busana yang dikenakannya.
Mengenakan karya Biyan, Nagita Slavina tampil anggun dan santun dalam balutan busana kaftan yang dipakainya.
Baca: Cari Baju Lebaran? Blouse Kelelawar Bisa Jadi Pilihan, Segini Harganya
Baca: Jelang Ramadan, Indosat Ooredoo Uji Jaringan 4G Plus di Makassar
Baca: Lebaran 2019 Diprediksi Liburan Terlama, Kok Perburuan Tiket Mudik Belum Heboh
/photo/2019/04/25/3874824086.jpg)
Kesan yang feminin terlihat karena pilihan warna pink dan biru pada motif busana yang dikenakan oleh Nagita Slavina kala itu.
Nagita Slavina juga membuat penampilannya jadi lebih elegan dengan tambahan high heels berwarna cokelat yang melengkapi outfitnya kala itu.
Istri dari Raffi Ahmad ini juga membuat penampilannya jadi makin feminin dengan menambahkan anting berwarna merah yang tampak matching dengan outfit yang dipakainya.
Baca: Cari Baju Lebaran? Blouse Kelelawar Bisa Jadi Pilihan, Segini Harganya
Baca: Jelang Ramadan, Indosat Ooredoo Uji Jaringan 4G Plus di Makassar
Baca: Lebaran 2019 Diprediksi Liburan Terlama, Kok Perburuan Tiket Mudik Belum Heboh
/photo/2019/04/25/3120925093.jpg)
Wajah cantik Nagita Slavina juga semakin memesona saat dirinya membiarkan rambut panjangnya terurai dengan hanya menjepit sebagian rambutnya saja.
Cantik, anggun, dan cocok banget untuk inspirasi baju lebaran kamu nanti nih, Stylovers!
Baca: Cari Baju Lebaran? Blouse Kelelawar Bisa Jadi Pilihan, Segini Harganya
Baca: Jelang Ramadan, Indosat Ooredoo Uji Jaringan 4G Plus di Makassar
Baca: Lebaran 2019 Diprediksi Liburan Terlama, Kok Perburuan Tiket Mudik Belum Heboh
Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur:
Follow juga Instagram Tribun Timur:
Lebaran 2019 Diprediksi Liburan Terlama
Surat Keputusan (SK) Menteri Perhubungan (Menhub) RI dan imbauan Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman Luhur Binsar Pandjaitan tak ampuh menurunkan harga tiket pesawat.
Sebulan menjelang Ramadan, perburuan tiket mudik Lebaran belum terasa. Padahal biasanya, tiga bulan sebelum Lebaran, tiket mudik sudah ludes.
Liburan Lebaran tahun ini dipastikan lebih lama dari sebelumnya. Ini terjadi karena ada hari libur menjelang masa liburan Lebaran.
Hari Raya Idulfitri 1440 H/2019 M diperkirakan pada 4-5 Juni 2019. Sebelumnya, Kamis (30/5/2019), tanggal untuk Hari Kenaikan Isa Almasih. Kemudian pada Hari Sabtu (1/6/2019), tanggal merah lagi untuk Hari Lahir Pancasila.
Kemungkinan Liburan Lebaran dan cuti bersama tahun ini terjadi hingga Hari Minggu, 9 Juni 2019, atau sebelas hari, terhitung sejak 30 Mei 2019.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1440 Hijriah jatuh pada 6 Mei 2019. Ketetapan itu berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Muhammadiyah juga menentukan 1 Syawal 1440 H bertepatan dengan tanggal 5 Juni 2019.
Pengamat Ekonomi, Dr Anas Iswanto Anwar Makatutu, mengaku bingung melihat perkembangan harga tiket. "Ini aneh. Kok penurunan harga pakai perintah?" ujar Ketua Prodi S3 Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unhas itu, Kamis (4/4/2019).
Menurutnya, persoalan harga tiket pesawat sebenarnya simpel. Penyelesaiannya, ubah aturan, perbaiki data, cari solusi, perusahaan tetap hidup, masyarakat tetap riang gembira.
"Masalahnya di negeri ini, susah buat aturan karena banyak kepentingan. dan kalau ada tidak konsisten dijalanlan. Apalagi yang diatur plat merah. Seharusnya lebih mudah," ujar Anas. Menurut Ketua IKA Ilmu Ekonomi Unhas itu, masalah ini mudah ditebak.
"Ada yang bermain, semua berteriak kena dampak dari kasus ini, tetapi kelihatannya pemerintah setengah hati cari solusi, begitu juga maskapai," katanya.
Kenaikan harga dirasakan sudah berlebihan. "Makanya panggil semua perusahan penerbangan. Apa masalahnya dan cari solusi bersama. Tentu saja maskapai harus hidup dan masyarakat mendapatkan harga yang pantas," katanya.
Tidak ada yang tidak bisa diatur pemerintah. Kalau kendala di aturan, ubah aturannya. "Itu gunanya pemerintah hadir untuk selesaikan masalah. bukannya malah cari masalah," katanya.
Bila hal itu terus berlanjut, kata Anas, penumpang diperkirakan anjlok dalam musim mudik tahun ini.
"Apalagi kan macam Garuda di Makassar. Hanya memberi penurunan harga untuk penerbangan pada 18 April hingga 13 Mei. Musim mudik biasanya 7 hari sebelum Lebaran. Tentunya tidak masuk penurunan harga," katanya.(*)
Baca selengkapnya di Tribun Timur cetak edisi Jumat, 5 April 2019
Ancaman Nyata
Sebelumnya diberitakan, dampak kenaikan harga tiket pesawat domestik disusul bagasi berbayar semakin nyata. Bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Mandai, Maros, semakin sepi. Calon penumpang hanya dihitung cari.
Dinas Pariwisata (Dispar) Sulsel memastikan ‘wabah’ tiket mahal sudah menjalar ke wisatawan.
Suasana Bandara Hasanuddin, sejak Februari 2018, terasa sangat berbeda di banding beberapa bulan sebelumnya. Tak ada lagi penumpang yang terlihat tidur melantai di area kedatangan dan keberangkatan.
Jumlah orang yang lalulang bisa dihitung jari. Banyak kursi yang kosong.
Padahal sebelum terjadi kenaikan harga tiket, sejumlah kursi dipenuhi warga. Bahkan ada juga warga yang duduk melantai karena kursi tidak cukup.
"Memang sepi. Petugas tidak ada yang terlalu sibuk seperti biasanya,” kata humas bandara, Agus, awal Februari 2018 lalu.
Situasi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta di Cengkareng, Jawa Barat, lebih memprihatinkan lagi. Sejumlah maskapai pun hanya mengangkut penumpang dalam jumlah yang minim dan banyak kursi kosong.
Menurut Dr Anas Iswanto Makatutu, Sulsel paling menderita dari situasi kenaikan harga tiket dan pemberlakukan bagasi berbayar. Di banding Pulau Jawa, Sulsel lebih menderita karena kurang alternatif untuk keluar.
Hanya kapal laut (Pelni) saja yang menjadi moda transportasi alternatif karena karena tidak ada bus antar provinsi dan kereta api di Sulsel.
Selain akan mengganggu arus manusia (penumpang). Arus masuk keluar barang juga terganggu
Dampaknya,akan lebih luas lagi karena distribusi barang terganggu. Dan harga akan naik akibat biaya distribusi naik
Lagi-lagi ketidakpekaan dan keberpihakan pemerintah terhadap rakyatnya. Harus dikaji dan ditinjau kembali ke tarif atas dan bawah.
Suvenir Bandara
Rahmawati duduk tepekur di sekeliling dagangannya di lantai 2 Bandara Hasanuddin. Di dinding toko seukuran 4x4 meter itu terpajang hiasan Kupu-kupu Bantimurung, beberapa kue tradisional Sulsel, markisa, dan kain tenun khas Toraja.
“Setiap hari toko sepi seperti ini,” ujar wanita berhijab itu.
Beberapa saat kemudian seorang lelaki dan seorang perempuan memasuki tokonya. Perempuan itu mengangkap beberapa kaos khas Sulsel.
"Seperti inilah kondisinya. Sepi penjualan, sejak kenaikan harga tiket pesawat. Lebih banyak waktu menunggu dibanding melayani pembeli," kata Rahmawati.
Menurutnya, kebanyakan calon penumpang enggan beli oleh-oleh lagi karena terbebani biaya bagasi yang mahal. Hanya orang tertentu yang mau membeli oleh-oleh, itupun jumlahnya sedikit.
Warga yang datang, hanya membeli oleh-oleh yang ringan, diantaranya gantungan kunci peta Sulawesi dan gelang.
"Orang mau belanja, tapi tidak jadi. Kebanyakan hanya mampir tanya harga lalu pergi. Mereka berpikir, biaya bagasi yang terlalu mahal. Mereka sudah dikenakan biaya tambahan, khusus barangnya saja. Makanya jarang mau beli oleh-oleh," jelas Rahmawati.
Jika biasanya omzet Rahmawati mencapai Rp 1,5 juta, sekarang hanya Rp 500 ribu.
"Kadang juga tidak cukup Rp 500 ribu omzetnya," ujar Rahmawati.
Dia berharap, kebijakan kenaikan harga tiket dipertimbangkan oleh pemerintah. Pasalnya, jika harga tetap naik, maka pedagang terancam gulung tikar.
Alasannya, sejumlah pedagang di Bandara juga membayar sewa tempat. Jika penjualan tidak stabil, maka sangat berdampak pada pedagang.
"Kami harap, ada kebijakan atau pertimbangan pengurangan harga tiket, khususnya bagasi. Kami juga harus bayar tempat," katanya.
Selain sewa tempat, Rahmawati juga harus membayar tagihan listrik dan gaji karyawan.
Kenaikan harga tiket pesawat domestik dan penerapan bagasi berbayar, oleh hampir semua maskapai di Indonesia, menyebabkan jumlah penumpang di Bandara Sultan Hasanuddin, sepi.
Pasca-kenaikan harga tiket pesawat dua bulan terakhir, jumlah pengguna jasa maskapai berkurang hingga 17 persen, dibanding sebelumnya.
Hanya saja, General Manajer Angkasa Pura I, Wahyudi tidak mengetahui selisih angka jumlah penumpang, sebelum dan kenaikan harga tiket pesawat, Jumat (8/2/2019).
"Berdampak (kenaikan harga tiket). Terjadi penurunan jumlah penumpang sekitar 17 persen. Kalau selisih (sebelum dan sesudah), angkanya saya belum cek," kata Wahyudi.
Hasil penelusuran TribunMaros.com, rata-rata jumlah penumpang setiap bulan, sebelum terjadi kenaikan tiket pesawat, mencapai 1,1 juta per bulan.
Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, menuturkan, hunian hotel sejak Januari 2018 turun dratis.
"Rarata occupancy Januari 2019 hanya 37 persen, sementara Januari 2018 masih bisa tembus 48 persen. Penyebabnya, yang bisa kami lihat akibat harga tiket yang melambung tinggi," jelas GM Claro Hotel itu, awal Februari 2018 lalu.(*)