Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

TRIBUNWIKI: Dulu sering Kritik Kini Nyatakan Dukungan ke Jokowi, Siapa Faisal Basri? Ini Profilnya

Basri merupakan nama ayahnya (Hasan Basri Batubara) yang ia lekatkan kepada dirinya

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
tribunwow
Faisal Basri 

 
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Selang beberapa hari pencoblosan, Ekonom Senior, Faisal Basri mengungkapkan dukungan kepada capres nomor urut 1, Jokowi-Ma'ruf Amin.

Melalui akun Twitter @FaisalBasri pada Sabtu (13/4/19) bercuit mengaku dirinya penuh kesadaran untuk memilih Jokowi.

"Akal sehat dan kesadaran nurani yang akhirnya membimbing saya memilih Jokowi," tulisnya.

Dikutip dari Tribun Jateng, cuitan tersebut telah dire-tweet sebanyak 2300an kali dan disukai 4.300-an like.

Diketahui, Faisal Basri kerap mengkritik sejumlah kebijakan Jokowi.

Tak hanya itu 600 ratus komentar membalas cuitan Faisal Basri.

Siapa Faisal Basri?

Dilansir dari wikipedia, Faisal Batubara atau lebih dikenal sebagai Faisal Basri lahir di Bandung, Jawa Barat, 6 November 1959.

Ia adalah ekonom dan politikus asal Indonesia.

Basri merupakan nama ayahnya (Hasan Basri Batubara) yang ia lekatkan kepada dirinya sebagai salah satu bentuk penghargaan kepada ayahnya.

Pria berdarah Batak ini juga merupakan salah seorang keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik.

Ia juga ikut menjadi salah satu pendiri Mara (Majelis Amanah Rakyat) (yang merupakan cikal bakal Partai Amanat Nasional) dan beberapa organisasi nirlaba seperti Yayasan Harkat Bangsa, Global Rescue Network, dan Yayasan Pencerahan Indonesia.

Sejak tahun 2000, Faisal juga diangkat menjadi anggota Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU).

Pada Oktober 2011, Faisal Basri menggandeng Biem Benyamin, putra tokoh legendaris Betawi Benyamin Sueb maju mencalonkan diri sebagai calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen.

Tetapi dia tidak berhasil memenangkan pemilu, dengan suara lebih sedikit dari Joko Widodo, Fauzi Bowo, dan Hidayat Nur Wahid, dan lebih banyak dari Alex Noerdin dan Hendardji Soepandji.

Ia merupakan lulusan Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Master of Arts (M.A.) dalam bidang ekonomi, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988).

Meski kalah, tak membuat Faisal Basri berdiam diri. Ia tetap mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat dan berbau korupsi. Bahkan saat ia masuk lingkaran penguasa, ia tetap kritis. Itulah sosok Faisal Basri.

Faisal Basri menghabiskan masa kecilnya di Bandung, kemudian ia pindah ke ibukota dan tinggal di Gang Eddy, Kawasan Guntur Halimun, Jakarta Selatan.

Sewaktu kuliah, ia sering melibatkan diri dengan berbagai kegiatan mahasiswa di bidang sosial.

Ia juga aktif, pada Orde Baru (Orba), sedang terjadi gejolak melawan NKK/BKK membuatnya semakin terjun ke berbagai organisasi.

Pada tahun 1981, pria yang merupakan keponakan dari Almarhum wakil Presiden RI Adam Malik ini pun memulai kariernya sebagai peneliti dengan pangkat terendah, yaitu Junior Research Assistant dengan gaji 60.000 rupiah di Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM).

Pada tahun 1991, ia menjabat sebagai wakil direktur dan 2 tahun kemudian pria berdarah Medan ini pun dipercayakan sebagai direktur.

Ia juga mengajar di Universitas Indonesia sebagai dosen Ekonomi Politik.

Memasuki era reformasi, Faisal Basri bersama beberapa orang lainnya mendirikan Majelis Amanah Rakyat (MARA).

MARA merupakan cikal bakal berdirinya Partai Amanat Nasional (PAN) yang didirikan pada tanggal 23 Agustus 1998.

Namun, ia keluar karena bertolak belakang dengan ketua umumnya Amien Rais.

Kritik ke Jokowi

Berikut sejumlah kritikan, Faisal Basri dalam era pemerintahan Jokowi:

1. Pernah menyebut bahwa pembangunan tol trans Sumatera dan Jawa untuk mempermudah penyaluran logistik adalah sesat pikir.

Hal ini diungkapkan Faisal Basri dalam program acara Indonesia Business Forum TV One, Jumat (28/12/2018) dengan tema Ekonomi Indonesia 2018: Meroket Atau Merosot?

2. Faisal Basri lantas mengkritik pembangunan Tol di Sumatera dan di Pulau Jawa

3. Menurut Faisal Basri permasalahan ekonomi tidak diselesaikan di akar masalah, sementara politisi banyak menyelesaikan jangka pendek dan fokus ke pemilu.

4. Faisal Basri lantas menyebut bahwa tax rasio kini semakin turun.

5. Faisal Basri lantas menguatkan pendapat Kwik Kian Gie bahwa pembangunan insfraktuktur yang ngawur.

Data diri:
Nama lengkap: Faisal Basri
Profesi: akademisi
Lahir: Bandung, 6 November 1959
Orang Tua: Hasan Basri Batubara dan Saidah
Istri: Syafitrie
Anak: Anwar Ibrahim Basri Batubara
Siti Nabila Azuraa Basri Batubara
Muhammad Attar Basri Batubara

Pendidikan:

  1. SMA Negeri 3 Jakarta
  2. Sarjana Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1985)
  3. Master of Arts (M.A.) in Economics, Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika (1988)

Karier

  1. 1981-sekarang: Pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, Sejarah Pemikiran Ekonomi
  2. 1988-sekarang: Pengajar pada Program Magister Akuntansi (Maksi), Program Magister Manajemen (MM), Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Pembangunan (MPKP), Program Pascasarjana Universitas Indonesia untuk mata kuliah Analisis Lingkungan Bisnis, Perdagangan Internasional, Keuangan Internasional, dan Makroekonomi untuk Manajer, Ekonomi Regulasi, Ekonomi Politik, dan Etika Perencanaan
  3. 1997-sekarang: Editorial Board, Jurnal Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Journal of the Indonesian Economy), diterbitkan oleh Institute for Development of Economics and Finance (Indef)
  4. 1999-2003: Ketua, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas Jakarta
  5. 1995-2000: Expert (dan Pendiri), Instutute for Development of Economics & Finance (Indef)
  6. 1999-2000: Redaktur Ahli Koran Mingguan “Metro”
  7. 1999-2000: Dewan Pengarah Jurnal Otonomi, diterbitkan oleh Yayasan Pariba
  8. 2000: Anggota Tim Asistensi Ekuin Presiden RI
  9. 1995-1999: Tenaga Ahli pada proyek di lingkungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi
  10. 1981-1998: Peneliti pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEUI
  11. 1987-1998: Pengajar pada Program Extension FEUI untuk mata kuliah Perekonomian Indonesia, Teori Makroekonomi, Metode Penelitian, Ekonomi Internasional, dan Organisasi Industri
  12. 1991-1998: Sekretaris Program pada Pusat Antar Universitas bidang Ekonomi, Universitas Indonesia
  13. 1991-1998: Pengajar pada Fakultas Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia untuk mata kuliah Pengantar Ekonomi-Politik Hubungan Internasional; dan Jepang & Negara-negara Industri Baru, dan Ekonomi Politik Internasional
  14. 1992-1998: Anggota Redaksi Jurnal Ekonomi Indonesia, diterbitkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI)
  15. 1995-1998: Ketua Jurusan ESP (Ekonomi dan Studi Pembangunan) FEUI
  16. 1995-1998: Pengajar pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia, bidang studi Ekonomi, untuk mata kuliah Strategi dan Kebijakan Pembangunan; dan Program Studi Kajian Wanita; dan Program Studi Khusus Hubungan Internasional
  17. 1995-1998: Guest Editor pada NIPPON (Seri Publikasi Monograf Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia)
  18. 1996-1998: Anggota Dewan Redaksi Majalah Kajian Ekonomi-Bisnis “Media Eksekutif”, Program Extension Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
  19. 1997-1998: Research Associate dan Koordinator Penelitian Bidang Ekonomi dalam rangka kerja sama penelitian antara Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia dengan University of Tokyo
  20. 1993-1997: Koordinator Bidang Ekonomi, Panitia Kerja Sama Kebahasaan Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim)
  21. 1993-1995: Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI)
  22. 1994-1995: Pakar Ekonomi pada P3I DPR-RI
  23. 1991-1993: Koordinator Bidang Ekonomi pada PAU-Ek-UI
  24. 1989-1990: Koordinator Bidang Ekonomi pada PAU-Ek-UI
  25. 1990: Pengajar pada Sekolah Tinggi Ekonomi, Keuangan dan Perbankan Indonesia (STEKPI) untuk mata kuliah Pengantar Makroekonomi
  26. 1985-1987: Anggota Tim “Perkembangan Perekonomian Dunia” pada Asisten II Menteri Koordinator Bidang EKUIN

Kegiatan Lain

  1. Pergerakan Indonesia (PI), pendiri
  2. American Economist Association (AEA), anggota
  3. Society for International Development (SID), anggota
  4. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI): 1996-2000 sebagai Pembantu Ketua Bidang III
  5. Komite Pemantau Korupsi Nasional (KONSTAN) – National Corruption Watch (NCW), sejak peresmian pada 6 April 2000 sebagai Ketua Dewan Etik.
  6. Partai Amanat Nasional (PAN): Pendiri; periode 1998-2000 sebagai Sekretaris Jenderal; 2000-01 sebagai Ketua yang membawahi bidang Penelitian dan Pengembangan. Bea Siswa / Penghargaan
  7. Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981.
  8. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Proyek Pengembangan Pusat Fasilitas Bersama antar Universitas/IUC (Bank Dunia XVII), 1987-88.

Penghargaan

  1. Dosen Teladan III Universitas Indonesia (1996)
  2. Penghargan “Pejuang Anti Korupsi 2003,” diberikan oleh Masyarakat Profesional Madani (MPM), Gedung Joang 45, Jakarta, 15 Januari 2004
  3. “FEUI Award 2005″ untuk kategori prestasi, komitmen dan dedikasi dalam bidang sosial kemasyarakatan, Depok, 17 September 2005

Sumber: http://jateng.tribunnews.com/2019/04/13/faisal-basri-akal-sehat-dan-hati-nurani-membimbing-saya-memilih-jokowi?page=all

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved