Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pilpres 2019

Ditanya Kehadirannya di Kampanye Prabowo, Begini Dialog Imam Masjid New York Shamsi Ali dengan TGB

TGB adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat 2008—2013 dan 2013—2018. Kini kampanye untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf.

Penulis: Jumadi Mappanganro | Editor: Jumadi Mappanganro
TRIBUN TIMUR/SAMSUL BAHRI
Imam Shamsi Ali 

Ditanya Terkait Kehadirannya di Kampanye Prabowo, Begini Percakapan Imam Masjid New York Shamsi Ali dengan TGB

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Kehadiran Imam Shamsi Ali (51) di kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Geloran Bung Karno (GBK), Minggu (7/4/2019) lalu, menjadi perhatian sejumlah tokoh.

Sampai-sampai Dr TGH Muhammad Zainul Majdi Lc MA (46) atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) bertanya via whatsApp ke Shamsi Ali.

TGB adalah Gubernur Nusa Tenggara Barat 2008—2013 dan 2013—2018.

Sedangkan Shamsi Ali adalah imam Islamic Cultural Center (ICC), masjid terbesar di New York, Amerika Serikat.

Dulu Dukung Jokowi-JK, Kini Imam Shamsi Ali di Kubu Prabowo-Sandi, Ini 7 Alasannya

Manchester United vs Barcelona, Pelatih PSM Makassar Jagokan Barcelona

Pada Pilpres 2019 kali ini, TGB aktif mengampanyekan Jokowi-Ma’ruf.

Berikut ini percakapan kedua tokoh tersebut yang diterima Tribun via whatsApp dari Imam Shamsi Ali, Kamis (10/4/2019).

TGB: Syukron Ustadzna...
Oh ya kemarin di GBK ikut kampanye ya Ustadz.

Shamsi Ali:
Afwan Ustadzana.

Na'am ana ikut ustadz. Diundang sama Pak Zulkifli Hasan.

Afwan beda pilihan dulu ya....

Insya Allah pilihan pilpres musiman. 
Ukhuwah wal mahabbah abadi hingga jannah insya Allah.

TGB: Khairan yaa Ustadzna.
Baarakolloohu fiikum.

Shamsi Ali: Barakallah wa a'anakum ilaa kulli khaer!

Terkait percakapannya dengan TGB tersebut, Shamsi Ali yang juga cendekiawan Muslim kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, ini kemudian mengirimkan pesan.

Assalamu alaikum teman-teman. Mari kita sambut pesta demokrasi ini dengan ikhlas, hati yang tenang dan kepala dingin.

Sekali lagi, pilpres itu “musiman". Ukhuwah itu abadi Insya Allah.

Saat mengirimkan pesan tersebut, alumnus Pesantren Darul Arqam Gombara, Makassar, ini mengaku sedang di Jakarta saat dikonfirmasi Tribun.

Alasan Dukung Prabowo-Sandi

Sebelumnya, Imam Shamsi Ali telah menulis alasan dirinya mendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.

Sikapnya kali ini berbeda saat Pilpres 2014 lalu. Kala itu, ulama yang dikenal moderat ini mendukung pasangan Jokowi-Jusuf Kalla.

Nah berikut ini alasan Shamsi Ali yang dikutip dari penggalan tulisannya berjudul Kampanye Bersejarah Prabowo-Sandi.

Kepada Tribun,  Imam Shamsi Ali mengaku tulisan tersebut ditulisnya di pesawat dalam perjalanan Jakarta-Makassar usai menghadiri kampanye akbar Prabowo-Sandi di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (7/4/2019):

....Setelah mempelajari dan mengamati secara dekat, baik substansi kampanye (misi dan misi) maupun karakter paslon, saya memutuskan untuk memberikan dukungan saya kepada paslon Prabowo-Sandi.

Berikut alasan-alasan itu:

1. Saya merasakan ketidakadilan dalam menilai dukungan ulama di kedua belah pihak.

Ketika sebagian ulama mendukung Prabowo-Sandi dengan serta merta dituduh politiisasi agama.

Tapi ketika sebagian lainnya mendukung paslon lain seolah itu dukungan yang wajar dan alami. Perlu digaris bawahi bahwa kedua paslon didukung oleh ulama-ulama umat ini.

2. Saya juga merasakan bahwa ada upaya sistimatis untuk menghalangi ulama umat ini untuk mengambil hak politiknya, sekaligus melakukan tanggung jawab amar ma’rufnya secara politik.

Seolah ketika ulama proaktif melakukan kegiatan politik maka itu politisasi agama.

Runyamnya tuduhan poltiisasi agama ini seringkali hanya dituduhkan kepada ulama Islam semata.

Padahal saya tahu tokoh-tokoh agama lain, khususnya teman-teman Kristiani, melakukan hal yang sama. Karenanya dengan dukungan ini saya tegaskan bahwa ini bukan politisasi agama.

Sebaliknya keterlibatan saya mengambil hak politik dan melakukan tanggung jawab agama saya.

3. Walau saya sudah lama hidup di luar negeri, hampir dua pertiga umur saya, tapi cinta dan perhatian saya kepada tanah air tidak pernah berkurang.

Sejujurnya saya mungkin termasuk salah satu anak bangsa yang cukup kecewa ketika negeri ini belum mampu menjadikan rakyatnya sebagai tuan di negerinya sendiri.

Negara besar yang kaya raya. Tapi takyat stagnan dalam kemiskinan.

Sementara itu ada kecenderungan jika potensi-potensi kekayaan negara semakin dibiarkan untuk dikuasai orang lain.

4. Di sisi lain, negara besar ini, besar dalam sejarah, besar potensi sumber daya manusia dan alam, besar dalam keragaman budaya dan agama, dan yang lebih khusus lagi negara berpenduduk terbesar Muslim dunia yang mampu mengawinkan antara Islam dan norma-norma dunia modern, seperti demokrasi, HAM, kesetaraan jender, dan lain-lain.

Sayangnya dengan segala kebesaran bangsa ini dunia kerap masih melihatnya sebelah mata.

Dalam penilaian saya, salah satu penyebabnya adalah kharisma dan kapabilitas kepemimpinan itu menjadi faktor utama.

Kasus terkecil adalah ketidakmampuan komunikasi pemimpinnya.

5. Selama ini dunia dibombardir dengan misinfomasi-misinformasi yang salah tentang saudara-saudara kami di tanah air.

Seringkali ketika merek berkumpul dengan Jumlah besar, seperti pertemuan 411, 212, dan lain-lain dicap sebagai kegiatan “intoleran”.

Padahal mereka berkumpul untuk mengekspresikan diri juga karena keyakinan mereka tentang demokrasi dan kebebasan berpendapat.

Keterlibatan saya untuk menegaskan bahwa kegiatan ini adalah kebanggaan bangsa dan umat.

Karena bangsa ini adalah Muslim terbesar dunia tapi sekaligus punya komitmen demokrasi. Apalagi semuanya dilakukan dengan aman, damai dan penuh kesejukan.

6. Saya juga gerah dengan tuduhan-tuduhan seolah umat ini jika berkomitmen dengan agamanya berarti terjadi krisis loyalitas kepada negaranya.

Ada upaya sistimatis untuk membenturkan antara komitmen keagamaan dan kebangsaan umat.

Padahal NKRI, Pancasila dan UUD 45 adalah hadiah terbesar umat dan ulama-ulamanya.

Karenanya saya sebagai putra bangsa ingin menegaskan bahwa keterlibatan

Saya di acara yang dikomandoi oleh para ulama dan Habaib itu adalah bentuk komitmen kepada negara dan agama.

Keduanya adalah dua sisi mata uang yang tak terpisahkan di negara ini.

7. Saya juga memutuskan hadir dan mendukung pasangan Prabowo-Sandi karena saya melihat keduanya adalah pasangan calon yang sesuai dan saling melengkapi. Sosok Prabowo yang militer dengan keberanian dan ketegasannya didampingi oleh sosok muda yang pintar, visioner, sukses dan santun.

Saya menilai pasangan ini adalah pasangan yang sangat ideal dalam menjalankan roda pemerintahan ke depan.

Akhirnya sekali lagi saya tegaskan bahwa dukungan politik saya ini tidak sama sekali akan mengurangi intens komunikasi dan persahabatan dengan mereka yang kebetulan memiliki pilihan lain.

Mari belajar dewasa dalam berdemokrasi yang memang alaminya akan terjadi perbedaan pilihan.

Yang terpenting dari semua itu adalah perlunya kita semua membangun kesadaran bahwa siapapun kita dan apapun pilihan kita ada “common ground” (kesamaan) di antara kita.

Sebagai umat kesamaan kita adalah demi “izzah Islamiyah” (kemuliaan Islam dan umat).Dan sebagai bangsa tentu tidak lain adalah demi Indonesia Raya.

Harapan saya untuk Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Sandiaga Uno periode mendatang dengan izin Allah, agar mereka merebut slogan Donald Trump: Making Indonesia Great Again.

Tapi untuk semua latar belakang suku, ras dan agama. Semoga!

Takbir...Merdeka!!!

Udara Jakarta-Makassar, 7 April 2019.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved