VIDEO: Perjuangan PLN Memasang Jaringan Listrik di Dusun Bonne Pinrang
Jarak dusun cukup jauh dari kabupaten Pinrang, sekitar 2 jam perjalanan dengan mobil ke Dermaga Salimbongan dilanjutkan 45 menit
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hari kedua Press Tour PLN 2019 mengunjungi Dusun Bonne, Desa Ulusaddang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang.
Dusun Bonne belum tersentuh listrik.
Sebelum ke lokasi, Kamis pagi (28/3/2019), usai sarapan awak media mengenakan rompi dan helm.
Jarak dusun cukup jauh dari kabupaten Pinrang, sekitar 2 jam perjalanan dengan mobil ke Dermaga Salimbongan dilanjutkan 45 menit via kantinting melewati DAS Mamasa.
Setiba di lokasi, bertemulah dengan SPV Mapping Area Pinrang Aprizal Arif A.
Ia bersama rekan kerjanya bertugas sejak 3 bulan terakhir di lapangan dan menjalankan sebuah amanah yaitu membangun infrastruktur ketenagalistrikan di Dusun Bonne.
Ia mengawali pembicaraan kala menggambarkan proses pekerjaan diawali dengan mobilisasi tiang untuk dipancang di Dusun Bonne.
"Bos, bukan jalan mulus yang dilalui, tetapi rute ke dermaga Salimbongan dengan mendaki yang ditempuh selama 1,5 jam dari Kabupaten Pinrang lalu kemudian menyebrang menggunakan perahu kayu selama 45 menit ke dusun Bonne," kata Ical.
Perjalanan ke dermaga Salimbongan sendiri terbilang cukup berat karena jalan mendaki dan berbatu apalagi saat musim hujan kendaraan roda empat cukup sulit untuk mencapai daerah tersebut.
"Sesampainya di dermaga Salimbongan, bersama petugas PLN dari Unit Pelayangan Pelanggan Pinrang beserta masyarakat di lapangan bergegas mengangkut tiang seberat 400 kilogram untuk dimuat di dalam perahu kayu kecil dengan kapasitas dua orang. Satu buah perahu hanya bisa memuat 1 tiang dan 2 orang," katanya.
Dikarenakan musim hujan, memang untuk memobilisasi tiang harus menggunakan perahu kayu untuk dimuat menyebrang sungai Saddang.
Butuh waktu 45 menit untuk menyebrang ke dusun Bonne dengan jalur sungai. Tiang tersebut diangkut satu persatu dari total keseluruhan 60 tiang yang harus diangkut melalui jalur sungai.
Sedangkan 58 tiang diangkut melalui jalur darat yang medannya terbilang cukup berat apalagi saat musim hujan.
"Seringkali perahu kandas karena ada beberapa bagian yang dangkal, nah kalau terjadi seperti itu kami harus turun dari perahu untuk mendorong manual," jelas Ical.
"Selain itu arus air juga berlawanan dengan arah datangnya perahu," tambah Ical.