Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Memilih di Tumpukan Hoaks

Berbagai peristiwa telah terjadi dalam hari-hari, bulan-bulan, dan tahun sebelumnya. Peristiwa itu beraroma politik. Politik pemilu.

Editor: Imam Wahyudi
DOK TRIBUN TIMUR
Prof M Qasim Mathar 

M. Qasim Mathar

(Cendekiawan Muslim)

HARI pemilihan umum 17 April 2019 semakin dekat. Sisa belasan hari lagi. 

Hari-hari dan bulan-bulan panjang,bahkan sekitar dua tahun sebelumnya, diliputi oleh hiruk pikuk yang menyasar tanggal 17 April. 

Berbagai peristiwa telah terjadi dalam hari-hari, bulan-bulan, dan tahun sebelumnya. Peristiwa itu beraroma politik. Politik pemilu.

Kopi di warkop, meski dibumbui dengan kepulan asap rokok, tak sempurna nikmatnya tanpa perdebatan tentang politik pemilu. Ibu-ibu dan putri-putrinya di dapur, karena berdiskusi tentang politik pemilu, sayur yang sudah dihidangkan lupa diberi garam. Ya, khutbah pun tanpapo litik pemilu bagai "sayur tanpa garam", menurut si khatib.

Tapi, karena politik pemilu sudah berlumur hoaks, hoaks itupun memenuhi warkop, dapur, mesjid. Tanpa hoaks, politik pemilu tidak bisa digoreng dan dipanas-panasi. Hanya dengan hoaks, tuduhan dan fitnah mudah diviralkan. Dengan hoakslah kebencian merajalela di antara warga negara. Terutama di warganet. Betulkahfitnah dan kebencian adalah jalan pintas untuk menang pada 17 April? Begitu rupakah kondisi bangsa kita? Tidak perlu saya jawab panjang lebar di sini. Sebab, kondisi tersebut sudah menjadi pengalaman bersama selama sekitar dua tahun kita menuju ke tanggal 17 April.

Pada sisa hari yang tinggal sedikit ini, kita seolah-olah berada di tengah tumpukan hoaks yang menggunung. Tidak penting saat ini bicara tentang siapa pembuat dan paling banyak membuat hoaks. Kesadaran bahwa dari tumpukan hoaks, kita semua sedang berjalan menuju pemilu 17 April, itu yang maha penting. Kesadaran bahwa dalam berjalan ke hari pemilu, di kiri kanan kita, fitnah dan kebencian bisa mengganggu konsentrasi kita.

Bangsa ini menyimpan kekuatan untuk bisa berjalan di tumpukan hoaks dan menepis semua jenis fitnah dan kebencian. Walaupun tidak setua kemerdekaan Amerika Serikat, tapi sejak kita merdeka, semua bentuk tantangan hingga yang mau memecah kita sebagai bangsa, dapat kita atasi. Tiongkok kuat, antara lain karena dukungan tradisinya yang sungguh teramat panjang dalam sejarahnya. Seperti itu, Indonesia, dari sejarah yang juga amat panjang terbentuk dari suku-suku bangsa yang mendiami tanah dan air Nusantara. Kita menyimpan kekuatan tradisi untuk sanggup keluar dari jebakan fitnah dan kebencian.

Dari simpanan kekuatan yang kita miliki sebagai bangsa, dan dengan kesadaran penuh bahwa hoaks, fitnah, dan kebencian, bukan bagian utama dalam tradisi kita, saya percaya bahwa kita semua merasa bahwa pemilu 17 April adalah pesta kita bersama. Karenanya, kita akan jaga pada hari menjelang, hari "H", dan hari-hari sesudahnya. Sejak hari ini, kita berpegangan tangan agar hoaks, fitnah, dan kebencian dihentikan..., dan tak ada di antara kita yang tergelincir oleh hal buruk tersebut.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved