Mahmuddin: Tanaman Kakao di Enrekang Mulai Dilupakan
Luas lahan kakao di Enrekang yang dulunya capai puluhan ribu hektare, kini tersisa 5.991 hektare.
Penulis: Muh. Asiz Albar | Editor: Hasrul
TRIBUN-ENREKANG.COM, ENREKANG- Tanaman kakao di Kabupaten Enrekang kini mulai dilupakan. Produksinya terus menurun 5 sampai 10 ton tiap tahunnya.
Bahkan, saat ini jumlah produksi secara total di Kabupaten Enrekang hanya mencapai 8.600 ton tiap tahunnya.
Padahal, di era keemasannya medium tahun 1980 hingga 2005 (masa Gernas kakao) produksi kakao Enrekang mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu ton per tahunnya.
Baca: Cegah Kriminal, Polres Enrekang Perketat Penjagaan Di Pintu Masuk Mapolres Enrekang
Baca: Dinilai Berhasil, Bupati Enrekang Raih Penghargaan Pin Emas Anugerah Kencana BKKBN RI
Hal itu disampaikan oleh Kabid Perkebunan Dinas Pertanian Enrrkang, Mahmuddin kepada TribunEnrekang.com, Kamis (21/3/2019).
Menurutnya, ada dua faktor utama penyebab anjloknya produksi kakao dalam satu dekade terakhir.
Faktor pertama adalah serangan hama dan penyakit yang sampai sekrang belum ada formulasi pengendaliannya.
Serta faktor kedua adalah tanaman yang sudah tua dan perlu peremajaan. Sebab mayoritas tanaman kakao di Enrekang saat ini sudah berusia di atas 30 tahun.
"Harus diakui tanaman kakao di Enrekang mulai terlupakan, produktivitasnya terus rmenurun tiap tahun. Bahkan itu terjadi secara global kondisinya begitu," kata Mahmuddin.
Ia menjelaskan, hingga saat ini belum ada solusi efektif terkait pengendalian atas serangan hama dan penyakit dari kakao.
Selain itu, belum ada pula kebijakan dan langkah efektif dari pemerintah untuk lakukan peremajaan secara merata.
Ia pun mengakui, tahun ini juga tak ada anggaran yang diberikan untuk pengembangan tanaman kakao.
Anggaran untuk perkebunan justru lebih banyak diarahkan pada pengembangan komoditi kopi, lada, cengkeh dan pala.
Tak ayal, hal itu berakibat alih fungsi lahan dari tanaman perkebunan kakao ke komoditi tanaman hortikultura semisal jagung dan bawang sangat besar.
Itu lantaran, komoditas tersebut dinilai lebih menguntungkan ketimbang tetap mempertahankan tanaman kakao.
Luas lahan kakao di Enrekang yang dulunya capai puluhan ribu hektare, kini tersisa 5.991 hektare.