Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Soal Supersemar, Mantan Ajudan Akhirnya Blak-blakan: Bung Karno Dikibuli Soeharto

Soal Supersemar, mantan ajudan Soekarno akhirnya blak-blakan. Ternyata Bung Karno dikibuli Soeharto.

Editor: Edi Sumardi
HO
Soekarno dan Soeharto. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Soal Supersemar, mantan ajudan Soekarno akhirnya blak-blakan. Ternyata Bung Karno dikibuli Soeharto.

Setelah puluhan tahun berlalu, mantan ajudan Presiden RI pertama Soekarno blak-blakan terkait misteri Supersemar.

Presiden Soekarno merasa dibohongi Soeharto.

Itulah hal yang disampaikan Sidarto Danusubroto, ajudan terakhir Bung Karno, pasca-terbitnya Surat Perintah 11 Maret ( Supersemar) tahun 1966.

"Bung Karno merasa dikibuli," kata Sidarto Danusubroto saat dijumpai Kompas.com di kediamannya di Jakarta Selatan, Minggu (6/3/2016).

Setelah 50 tahun berlalu, Supersemar masih menyimpan banyak misteri.

Setidaknya masih ada kontroversi dari sisi teks dalam Supersemar, proses mendapatkan surat itu, dan mengenai interpretasi perintah tersebut.

Menurut Sidarto Danusubroto, Soekarno menunjukkan sikap berbeda dengan serangkaian langkah yang diambil Soeharto setelah menerima Supersemar.

Sidarto Danusubroto tidak menyebut detail perubahan sikap Soekarno, tetapi ia menekankan bahwa Supersemar tidak seharusnya membuat Soeharto membatasi ruang gerak Sang Proklamator dan keluarganya.

"Dalam Supersemar, mana ada soal penahanan? Penahanan fisik, (dibatasi bertemu) keluarganya, penahanan rumah. Supersemar itu seharusnya melindungi keluarganya, melindungi ajarannya ( Bung Karno)," kata Sidarto Danusubroto.

Pada 11 Maret 1966 pagi, Presiden Soekarno menggelar rapat kabinet di Istana Merdeka, Jakarta.

Pada saat bersamaan, ia dikejutkan dengan kehadiran demonstran yang mengepung Istana.

Demonstrasi itu dimotori kelompok mahasiswa yang mengusung Tritura (tiga tuntutan rakyat; bubarkan PKI, rombak kabinet, dan turunkan harga-harga).

Pada waktu yang sama, Brigjen Kemal Idris mengerahkan sejumlah pasukan dari Kostrad untuk mengepung Istana.

Alasan utamanya adalah untuk menangkap Soebandrio yang berlindung di Kompleks Istana.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved