Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Wiki

TRIBUNWIKI: Apa Itu Hari Raya Nyepi, dan Rangkaian Ibadahnya

Dalam perayaan umat Hindu itu, Bali yang masyarakatnya mayoritas Hindu akan terlihat sepi tanpa aktivitas selama seharian.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Ina Maharani
SANOVRA JR
Sejumlah umat Hindu mengarak Ogoh-ogoh pada upacara Melasti di Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan, Boneka raksasa berbentuk monster yang melambangkan sifat buruk itu diarak untuk menetralisir kekuatan negatif agar pelaksanaan Hari Raya Nyepi berlangsung dengan damai dan hening. 

 
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Hari raya Nyepi atau hari keheningan sangat lekat dengan Bali.

Dalam perayaan umat Hindu itu,  Bali yang masyarakatnya mayoritas Hindu akan terlihat sepi tanpa aktivitas selama seharian.

Baca: TRIBUNWIKI: Nyepi Identik dengan Parade Ogoh-Ogoh, Apa Itu? Berikut Penjelasannya

Dilaksanakan dari jam 06.00  sampai 06.00 keesokan paginya, Nyepi adalah hari yang disediakan untuk refleksi diri, dan dengan demikian, segala sesuatu yang dapat mengganggu tujuan itu dibatasi.

Pembatasan utamanya adalah tidak ada api yang menyala (dan lampu harus tetap rendah), tidak bekerja, tidak ada hiburan atau kesenangan, tidak bepergian, dan bagi sebagian orang, tidak berbicara atau makan sama sekali.

Efek dari larangan ini adalah bahwa jalan-jalan dan jalan-jalan di Bali biasanya ramai, ada sedikit atau tidak ada suara dari TV dan radio, dan beberapa tanda aktivitas terlihat bahkan di dalam rumah.

Satu-satunya orang yang terlihat di luar adalah Pecalang, petugas keamanan tradisional yang berpatroli di jalan-jalan untuk memastikan larangan tersebut diikuti.

Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Nyepi Saka 1941, Cocok Dikirimkan Lewat WhatsApp ke Kerabat yang Merayakan

Sebagai negara yang memiliki keanakeragaman mulai dari budaya hingga agama, oleh sebab itu dalam wujud sebagai toleransi maka perayaan ini ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Dilansir dari Tribun Travel, dari beberapa sumber, perayaan Hari Raya Nyepi didasarkan pada penanggalan atau kalender Saka.

Sejak tahun 78 masehi, perhitungan tahun Saka ditetapkan, di mana satu tahunnya juga sama-sama memiliki 12 bulan dan bulan pertamanya disebut Caitramasa, bersamaan dengan bulan Maret tarikh Masehi dan Sasih Kesanga dalam tarikh Jawa dan Bali di Indonesia.

Tahun Baru Saka memiliki makna sebagai hari kebangkitan, hari pembaharuan, hari kebersamaan (persatuan dan kesatuan), hari toleransi, hari kedamaian sekaligus hari kerukunan nasional.

Setiap tahunnya, umat Hindu merayakan pergantian Tahun Saka yang dilakukan dengan cara Nyepi selama 24 jam.

Untuk menyambut Nyepi, umat Hindu melakukan rangkaian ibadah yang terdiri dari:

1. Upacara Melasti, Mekiyis, Melis

Umat Hindu melaksanakan upacara Melasti yang berlangsung di Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (25/3/2017)
Umat Hindu melaksanakan upacara Melasti yang berlangsung di Pantai Akkarena, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (25/3/2017) (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

Melasti adalah upacara pensucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi oleh seluruh umat Hindu di Bali. Upacara Melasti digelar untuk menghanyutkan kotoran alam menggunakan air kehidupan.

Upacara Melasti dilaksanakan di pinggir pantai dengan tujuan mensucikan diri dari segala perbuatan buruk pada masa lalu dan membuangnya ke laut.

Dalam kepercayaan Hindu, sumber air seperti danau, dan laut dianggap sebagai air kehidupan (tirta amerta). Selain melakukan persembahyangan, upacara Melasti juga adalah pembersihan dan penyucian benda sakral milik pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya).

Benda-benda tersebut diarak dan diusung mengelilingi desa. Hal ini dimaksudkan untuk menyucikan desa. Dalam upacara ini, masyarakat dibentuk berkelompok ke sumber-sumber air seperti danau dan laut.

Satu kelompok berasal dari wilayah atau desa yang sama. Selruh peserta mengenakan baju putih. Para pemangku berkeliling dan memercikan air suci kepada seluruh warga yang datang serta perangkat-perangkat peribadatan dan menebarkan asap dupa sebagai wujud mensucian.

Pelaksaaan upacara Melasti dilengkapi dengan berbagai sesajian sebagai simbol Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma.

Untuk menyambut Hari Raya Nyepi, pelaksanaan upacara Melasti ini di bagi berdasarkan wilayah, di Ibukota provinsi dilakukan Upacara Tawur. Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud. Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak.

Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata. Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata. Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Upacara ini dilaksanakan agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi.

2. Menghaturkan bhakti atau pemujaan

Kegiatan ini dilakukan di balai agung atau pura desa di setiap desa pakraman, setelah kembali dari mekiyis.

3. Tawur Agung atau mecaru

Tawur memiliki arti dalam bahasa Jawa sama dengan saur, dalam bahasa Indonesia berarti melunasi utang.

Di setiap catus pata (perempatan) desa atau pemukiman mengandung lambang untuk menjaga keseimbangan.

Keseimbangan buana alit, buana agung, keseimbangan Dewa, manusia Bhuta, sekaligus merubah kekuatan bhuta menjadi dewa (nyomiang bhuta) yang diharapkan dapat memberi kedamaian, kesejahteraan dan kerahayuan jagat (bhuana agung bhuana alit).

Dilanjutkan pula dengan acara ngerupuk atau mebuu-buu di setiap rumah tangga, guna membersihkan lingkungan dari pengaruh bhutakala.

Belakangan acara ngerupuk disertai juga dengan ogoh-ogoh (simbol Bhutakala) sebagai kreativitas seni dan gelar budaya serta simbolisasi bhutakala yang akan disomyakan.

Namun terkadang sifat bhutanya masih tersisa pada orangnya.

4. Nyepi

Dilakukan dengan melaksanakan catur brata penyepian atau empat pantangan.

Empat pantangan itu yakni amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), amati geni (tidak menyalakan api), dan amati lelangunan (tidak bersenag-senang).

5. Ngembak Geni

Mulai dengan aktivitas baru yang didahului dengan mesima krama di lingkungan keluarga, warga terdekat (tetangga) dan dalam ruang yang lebih luas diadakan acara Dharma Santi seperti saat ini.

Yadnya dilaksanakan karena kita ingin mencapai kebenaran.

Dalam Yajur Weda XIX. 30 dinyatakan, Pratena diksam apnoti, diksaya apnoti daksina.

Daksina sradham apnoti, sraddhaya satyam apyate.

Artinya, Melalui pengabdian/yadnya kita memperoleh kesucian, dengan kesucian kita mendapat kemuliaan.

Dengan kemuliaan kita mendapat kehormatan, dan dengan kehormatan kita memperoleh kebenaran.

Sesungguhnya seluruh rangkaian Nyepi dalam rangka memperingati pergantian tahun baru saka itu adalah sebuah dialog spiritual yang dilakukan oleh umat Hindu agar kehidupan ini selalu seimbang dan harmonis serta sejahtera dan damai.

Mekiyis dan nyejer atau ngaturang bakti di Balai Agung adalah dialog spiritual manusia dengan alam dan Tuhan Yang Maha Esa, dengan segala manifetasi-Nya serta para leluhur yang telah disucikan.

Tawur Agung dengan segala rangkaiannya adalah dialog spiritual manusia dengan alam sekitar para bhuta demi keseimbangan bhuana agung bhuana alit.

Pelaksanaan catur brata penyepian merupakan dialog spiritual antara din sejati (Sang Atma) seseorang umat dengan sang pendipta (Paramatma) Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Dalam din manusia ada sang din /atrnn (si Dia) yang bersumber dan sang Pencipta Paramatma (Beliau Tuhan Yang Maha Esa).

Sima krama atau dharma Santi adalah dialog antar sesama tentang apa dan bagaimana yang sudah, dan yang sekarang serta yang akan datang.

Bagaimana kita dapat meningkatkan kehidupan lahir batin kita ke depan dengan berpijak pada pengalaman selama ini.

Tradisi Nyepi sebenarnya merupakan hari di mana para umat Hindu merefleksikan diri dengan apa yang telah mereka lakukan sepanjang tahun sebelumnya.

Mereka menghentikan segala kegiatan dan memfokuskan diri untuk memikirkan segala tindaknya yang telah lalu.

Maka dengan peringatan pergantian tahun baru saka (Nyepi) umat Hindu telah melakukan dialog spiritual kepada semua pihak dengan Tuhan yang dipuja, para leluhur, dengan para bhuta, dengan diri sendiri dan sesama manusia demi keseimbangan,
keharmonisan, kesejahteraan, dan kedamaian bersama.

Dilansir dari wikipedia, banyak umat Hindu di Asia Selatan merayakan hari yang sama dengan tahun baru.

Misalnya, umat Hindu di Maharashtra menyebut festival yang sama, yang diamati pada hari yang sama, Gudi Padwa.

The Sindhis, orang-orang dari Sindh, merayakan hari yang sama dengan Cheti Chand, yang merupakan awal tahun kalender mereka.

Manipuris juga merayakan Tahun Baru mereka sebagai Sajibu Nongma Panba pada hari yang sama.

Orang-orang Hindu di Andhra Pradesh dan Karnataka juga merayakan tahun baru mereka pada hari yang sama dengan Ugadi.

Beberapa negara yang merayakan hari yang sama yaitu, Hari Tahun Baru India Gudi Padwa, dirayakan di negara bagian India Maharashtra pada hari yang sama dengan Nyepi Ugadi, dirayakan di daerah Telegu di India pada hari yang sama dengan Nyepi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved