Usut Keterlibatan Oknum Polisi, Propam Tinjau Lokasi Tambang Ilegal di Tompobulu Maros
Iptu Hamzah meninjau lokasi tambang di Desa Tompobulu, Kecamatan Tompobulu, untuk memastikan keterlibatan oknum polisi.
Penulis: Ansar | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUNMAROS.COM, TOMPOBULU – Kepala Seksi (Kasi) Propam Polres Maros, Iptu Hamzah, menindaklanjuti dugaan keterlibatan oknum polisi dari Polsek Tompobulu, Bripka Medi Nur, dalam bisnis tambang ilegal, Senin (4/3/2019).
Iptu Hamzah meninjau lokasi tambang di Desa Tompobulu, Kecamatan Tompobulu, untuk memastikan keterlibatan oknum polisi.
Oknum tersebut dicurigai menjadi penambang ilegal dan mengeruk secara berlebihan.
Banjir bandang yang merendam Tompobulu, diduga disebabkan ulah penambangan.
Iptu Hamzah mengatakan, pihaknya langsung turun ke lokasi banjir untuk mencari informasi.
Pasalnya, warga setempat menyebut dugaan keterlibatan oknum.
"Tadi kami sudah turun langsung ke lokasi. Kami meninajau setelah adanya berita terkait dugaan keterlibatan oknum polisi dalam aktivitas tambang secara ilegal di Tompobulu," kata Hamzah.
Provost menemui warga yang menyebut, keterlibatan oknum.
Warga dimintai keterangannya terkait aktivitas pertambangan.
Hamzah menyampaikan, alat berat yang berada di lokasi tambang pasir di sungai Tombolo, memang milik Bripka Medi Nur.
"Alat itu disewakan ke pemilik tambang atas nama Colleng, lengkap dengan perjanjian kontraknya," kata Hamzah.
Sebelumnya, warga Dusun Tombolo, Dg Sompa mengatakan, banjir yang melanda Tompobulu, Sabtu lalu, diduga disebabkan adanya tambang batu di area pemukiman.
Tambang batu tersebut diduga milik oknum personel Tompobulu, Bripka Medi Nur.
Sejak tambang tersebut beroperasi beberapa tahun terakhir, Medi Nur kerap datang meninjau.
"Penyebabnya mungkin di sekitar ini tambang. Tambang itu milik Pak Medi, dari Polsek Tompobulu. Saya sering lihat, pak sering datang," kata Sompa.
Dg Sompa merupakan salah satu korban banjir akibat luapan sungai tersebut. Sejumlah alat hias pengantin maupun tenda terowongan rusak terendam banjir.
Ekskavator kuning milik Medi juga masih berada di daerah tambang. Ekskavator berhenti beroperasi setelah banjir melanda.
Daeng Sirua mengatakan, banjir bandang tersebut datang dengan cepat. Hal itu disebabkan dari luapan sungai yang berada di belakang rumahnya.
Saat hujan reda, banjir juga perlahan surut. Dia menyebut, tambang ilegal menjadi penyebab banjir.
"Kami tidak pernah menyangka banjir datang. Hujan memang deras tapi tidak lama. Makanya kami heran. Kami curiga, banyak penambang di atas," katanya.
Sabtu malam kemarin, banjir bandang setinggi dua meter menerjang pemukiman warga.
Banjir tersebut merupakan luapan sungai Tompobulu yang tidak mampu menahan debit air. Air pasang, setelah Maros diguyur hujan.
Beruntung tidak ada korban jiwa atau luka-luka pada peristiwa tersebut. Namun, kerugian ditaksir mencapai ratusan juta.
Laporan Wartawan TribunMaros.com, @anchakaumanshar