Sediakan Makanan dan Ambulans Gratis, Jiwa Sosial Pengusaha Makassar Ini Patut Diteladani
Penyaluran bantuan itu, pun terkadang hanya pada momen-momen tertentu. Seperti, momen hari raya keagamaan.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Imam Wahyudi
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Umumnya, berbagi atau bersedekah dilakukan kaum dermawan dengan menyalurkan bantuan ke rumah ibadah atau pun panti asuhan.
Penyaluran bantuan itu, pun terkadang hanya pada momen-momen tertentu. Seperti, momen hari raya keagamaan.
Namun, berbeda dengan yang dilakukan Owner Toko 45, Haji Didin (43), pengusaha alat perabot rumah tangga dan elektronik di Jl Sultan Alauddin, Makassar.
Tepat di depan pasar Pa'baeng'-baeng, tiap harinya ayah satu orang anak ini menyediakan makanan gratis berupa nasi bungkus yang dinikmati warga yang beraktifitas di sekitar pasar.
Ada 20 bungkus nasi yang ia sediakan tiap harinya di dalam lemari kaca yang ia simpang di depan tokonya.
Warga yang beraktifitas di sekitar pasar, seperti tukang bentor, tukang becak, pemulung hingga pedagang kaki lima bebas mengambil nasi yang disediakan secara gratis.
Nasi yang disediakan gratis itu juga bukanlah bikinan Haji Didin. Melainkan, ia beli juga dari penjual nasi sekitar pasar.
"Kalau saya bikin sendiri, khawatirnya dianggap saya mau merusak jualan nasinya orang. Makanya saya memilih untuk membeli saja dari penjual di sekitar pasar, secara acak," kata Haji Didin ditemui Senin (4/3/2019).
Selain Haji Didin, beberapa dermawan menurutnya juga kerap menitipkan nasi dan uang untuk disajikan di kotak makanan gratis yang disiapkan Haji Didin.
Khusus hari Jumat, Haji Didin menyediakan 50 bungkus nasi. Pertimbangannya, agar dapat juga dinikmati jamaah yang melaksanakan salat Jumat.
Jarak Toko 45 yang juga rumah Haji Didin dengan masjid Nurul Yaqin Pa'baeng-baeng sekitar 100-200 meter.
Selain menyediakan nasi gratis, rupanya pengusaha yang dikenal taat ibadah ini juga menyediakan ambulans gratis.
Dengan menghubungi nomor ponsel pribadinya 081355179179, warga yang membutuhkan angkutan ambulans gratis akan dilayani.
"Kalau seputar kota Makassar sampai di Sudiang, saya gratiskan. Kecuali kalau keluar daerah biasanya saya kasih tarif setengah dari tarif normal ambulans pada umumnya. Akan tetapi itu juga tidak wajib sebenarnya, karena kalau pasiennya betul-betul kurang mampu, biasanya saya bilang cukup pembeli rokoknya sopir yang angkutki," ujar suami dari Hj Diana ini.
Namun, layanan ambulans gratis ala Haji Didin, tidak berlaku di atas pukul 08.0 Wita. Pasalnya sehabis salat Isya, Haji Didin biasanya sudah menonaktifkan nomor ponselnya lantaran masuk waktu istirahat.
Jadi, Haji Didin hanya mampu melayani warga yang membutuhkan ambulans dari pukul 06.00-20.00 Wita.
Tidak hanya menyediakan mobil ambulans, Haji Didin juga kerap menyetir langsung ambulans yang ia sediakan.
"Kalau saya tidak sempat, biasanya ada buruh bangunan atau tukang bentor yang bisa bawa mobil saya minta untuk nyetir. Jadi saya bilang ke keluarga pasien kalau bukan saya yang bawa cukup kasih uang rokok untuk sopir, karena kalau bensinnya sudah saya tanggung," ujarnya.
Selama dua tahun terakhir menyediakan ambulans gratis, Haji Didin mengaku hampir seluruh wilayah Makassar telah ia sambangi untuk mengantar jemput baik pasien ataupun jenazah.
Sementara, untuk luar kota Makassar, ia mengaku sudah pernah mengantar hingga ke kabupaten Jeneponto, Bulukumba dan Bone.
"Sudah pernah sampai Bone juga, Bulukumba juga pernah, Jeneponto paling sering karena kan banyak pemulung, tukang bentor asal Jeneponto yang cari hidup di Makassar," ungkap Haji Didin.
Semenjak menyediakan ambulans dua tahun lalu, Haji Didin mengaku, ambulans rakitannya itu hampir tiap harinya melayani warga.
Namun, dua pekan terakhir ini, ambulans jenis suzuki AVP bernomor polisi B 1479 KRX itu hanya terparkir di depan pasar Pa'baeng-baeng.
"Mungkin banyak caleg yang sediakan ambulans yang sama, makanya dua minggu ini hampir belum pernah ada yang nelpon lagi minta diantar," ujarnya.
Dengan bersedekah itu, Haji Didin mengaku telah banyak ditawari agar mencalonkan diri sebagai wakil rakyat atau caleg.
Namun, Haji Didin kukuh tidak berniat terjun di dunia politik lantaran khawatir niat tulusnya melenceng menjadi modus politik.
"Banyakmi yang datang baik orang partai atau pun warga, dia minta saya maju jadi caleg tapi saya bilang, saya berbuat begini tidak ada niat lain kecuali mau berbagi dan mau membantu orang kesusahan," ungkap Haji Didin.
Terbukti, saat awak Tribun hendak melakukan wawancara, pengusaha perabot rumah tangga dan perlengkapam jenazah ini beberapa kali menolak untuk diekspose.
Alasannya menolak, lantaran ia tidak ingin dianggap riya ataupun sombong.
Namun, Haji Didin pun bersedia berbagi cerita setelah awak Tribun meyakinkan ayah satu orang anak ini, bahwa jasa ambulans gratis yang ia sediakan dapat diketahui banyak orang dan dapat diteladani dermawan lain untuk selalu peduli dan berbagi terhadap orang yang kurang mampu.
Lalu apa yang mendasari Haji Didin kepikiran untuk menyediakan makanan dan ambulans gratis?
Menurut Haji Didin, makanan dan ambulans gratis yang ia sediakan merupakan bentuk ibadah dan kepedulian dirinya terhadap kondisi sosial masyarakat yang masih banyak membutuhkan perhatian.
"Saya cuma kasihan saja lihat tukang becak, bentor, pemulung yang tiap hari lewat-lewat, pikiranku sempat diantara mereka ada yang belum makan, makanya saya sediakan nasi gratis. Untuk ambulans juga sama, suatu ketika saya lihat orang kurang mampu butuh ambulans tapi biayanya cukup mahal, makanya saya berfikir untuk hadirkan ambulans gratis," tuturnya.
Makna dari berbagi menurut Haji Didin ialah proses ketenangan jiwa atau batin. Dengan peduli dan berbagi menurutnya mampu menghadirkan kebahagiaan.
"Dengan berbagi, hati menjadi tenang, hati menjadi senang. Ketenangan dan kesenangan itulah yang membuat kita bahagia. Ketika kita bahagia insya Allah kita diberi umur yang panjang dan rezeki juga lancar. Maka teruslah peduli dan berbagi, insya Allah usaha anda akan selalu berkah," pesan Haji Didin.
"Beda ketika kita selalu wajah masam, murung, tidak tenang, tentu usaha yang kita jalani juga kurang maksimal karena kita tidak ada ketenangan dan kebahagiaan menjalaninya," terang Haji Didin.
Haji Didin berencana akan menambah satu aramada ambulans lagi untuk disediakan secara gratis. Rencana itu untuk mengantisipasi adanya warga yang membutuhkan layanan di waktu yang sama.
Ambulans yang saat ini digunakan Haji Didin, merupakan mobil bekas miliknya yang lama tidak terpakai.
Beberapa perlengkapannya seperti sirine dan alat lainnya merupakan bantuan dari rekan Haji Didin yang merupakan pengusaha non muslim.
"Banyak teman saya pengusaha non muslim juga sering bantu, misalnya itu sirine teman saya yang warga keturunan Tionghoa yang bantu, begitu juga ribennya. Jadi ini kan rencana saya mau tambah satu ambulans lagi, jadi kalau ada yang mau bantu silahkan," jelasnya.
Haji Didin merupakan generasi ketiga Toko 45 yang didirikan mendiang Haji Rangka, kakek dari istri Haji Didin, Hj Diana.
Haji Rangka wafat, Toko 45 yang didirikan oleh Haji Rangka pada tahun 1950-an pun dilanjutkan oleh putranya Haji Maulana Dg Jarre.
Kemudian beberapa tahun kemudian Haji Maulana Dg Jarre wafat, toko yang berlokasi di seberang jalan pasar Pa'baeng-baeng itu dilanjutkan Haji Didin bersama istrinya Hj Diana.
Toko yang awal pendiriannya hanya menjual rotan dan lampu strongking itu kini mempekerjakan tiga karyawan.(tribun-timur.com).
Laporan wartawan tribun-timur.com, Muslimin Emba.