Kakek Nenek Miskin di Tenringangkae Maros, Belasan Tahun Tinggal di Gubuk Reot dan Butuh Bantuan
Daeng Sangkala (69) dan Mase (70), sepasang suami istri di Dusun Bombongi, Desa Tenrigangkae tinggal di gubuk reot.
Penulis: Ansar | Editor: Munawwarah Ahmad
"Kadang kami tidak makan dalam sehari. Jika tidak ada beras, kami pilih berpuasa. Kami baru makan jika ada yang kasi bantuan. Kami mau kerja, tapi mau kerja apa," kata Dg Sangkal.
Saat kondisi fisik Sangkala masih normal, ia hanya mengandalkan upah sebagai buruh bangunan.
Upah hanya cukup digunakan sehari-hari.
Untuk ditabung, tidak cukup.
Selain buruh bangunan, Sangkala juga sering membantu tetangganya yang panen padi.
Jika akan diupah, Sangkala hanya meminta beras.
Saat itu kebutuhan sehari-hari mereka masih dapat dipenuhi.
Apalagi sang istri juga sering membantu warga yang akan melahirkan.
Seiring bertambahnya usia dan kondisi fisik tidak stabil, Dg Sangkala tidak bisa lagi bekerja.
Apalagi kedua matanya sudah tidak lagi berfungsi beberapa tahun lalu.
Sedangkan Dg Mase juga sudah jarang dipanggil untuk membantu warga, saat akan melahirkan.
Hal ini disebabkan karena kondisi fisiknya yang semakin lemah.
"Saya sudah jarang dipanggil jika ada orang mau melahirkan. Mereka pasti ke Puskesmas. Jadi saya tidak punya kerjaan. Kalau saya dipanggil, paling untuk memandikan bayinya," katanya.
Sebenarnya pasangan kakek-nenek ini memiliki lima orang anak.
Semuanya sudah menikah.